My Idol My Imam
Episode 1:
" Duh, panas banget sih ini." Gadis itu menggerutu.
" Mana lagi nih angkot nya?" Ia menaungi dirinya menggunakan tangan, seraya berjaga jaga mana tau ada angkutan umum yang lewat.
Alina putri, gadis cantik berhijab dan berpakaian putih abu-abu itu sedang menunggu angkutan umum di pinggir jalan. Panas yang sangat terik, membuat tubuhnya basah karena keringat yang mengucur.
Alina putri termasuk gadis yang taat beragama dan selalu patuh kepada orang tua nya. Memang dia bukan anak kiyai atau semacamnya, namun ajaran dari orang tua nya yang selalu mengajarkan kepada nya, pentingnya nilai nilai agama serta kewajiban yang harus ia taati. Ia hanya gadis belia yang baru mengenyam pendidikan madrasah Aliyah yang berada di desanya. Ia baru berumur 17 tahun dan baru duduk di kelas sebelas.
Meskipun ada satu hal yang tak bisa ia hilang kan, yaitu kegemaran nya pada seorang aktor yang berasal dari bambu.
Bahkan ia rela secara diam diam menyimpan gambar idol tersebut di galeri ponsel nya agar tak ketahuan orang tua nya. Meskipun ia sadar, memandangi pria yang bukan mahram nya itu termasuk zina mata, meskipun itu hanya sebuah gambar ataupun sebuah poster saja.
Sudah beberapa jam lamanya, angkot yang di tunggu belum juga kelihatan. Memang jalanan saat itu terlihat agak sepi dari biasanya.
Dari seberang jalan, Alina melihat seorang pria paruh baya berpakaian formal seperti orang kantoran pada umumnya, berjas dan menenteng sebuah tas di tangan nya.
Awalnya Alina tak terlalu memperhatikan nya, namun lama-lama Alina semakin khawatir pada pria paruh baya tersebut. Pasalnya dia hendak menyebrang jalan, sedangkan sebuah truk melaju ke arah nya. Alina pikir, pria itu menyadari nya, ternyata ia tetap berjalan santai untuk menyebrang jalan tanpa mengetahui bahaya yang sedang mengincar nya.
" Awassss!!! " Alina memekik keras, dan refleks tubuh nya pun bergerak untuk menolong pria tersebut dan segera berlari ke arah nya.
Bugggh
Mereka berdua terpental ke pinggir jalan. Untungnya Alina berhasil menyelamatkan pria itu, meskipun ia agak sedikit lecet di bagian mata kakinya, namun itu tak masalah bagi nya. Sudah bisa menyelamatkan nyawa sesama manusia saja ia sudah sangat bersyukur.
" Bapak tidak apa-apa?" Tanya Alina sambil membantu pria itu untuk bangkit.
" Saya tidak apa-apa nak. Terimakasih ya kamu sudah menolong saya, kalau tidak ada kamu saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya." Tutur nya.
" Sama sama pak! Saya kebetulan lewat saja dan kebetulan melihat bapak yang hampir tertabrak. Sebagai sesama manusia kan harus tolong menolong." Jawabannya.
" Sekali lagi terimakasih, ternyata masih ada anak muda yang berhati mulia seperti kamu." Puji pria itu.
" Ah bapak jangan memuji berlebihan seperti itu, saya hanya membantu sekedarnya saja, saya rasa semua orang akan melakukan hal yang sama jika di posisi saya." Jawab nya merendah diri.
" Ya sudah, lebih baik kita duduk di sana!" Tunjuk pria itu pada sebuah kursi di pinggir jalan.
" Oh iya, baiklah pak." Mereka pun duduk.
" Oh iya, apa kamu tidak apa-apa? Saya sampai lupa menanyakan keadaan kamu." Sesal nya.
" Saya tidak apa-apa pak, hanya luka kecil saja, nanti saya bisa obati sendiri." Jawab nya.
" Apa kita perlu ke rumah sakit saja?" Tawar pria itu.
" Tidak usah pak, saya benar tidak apa-apa kok." Tolak Alina.
" Apa saya boleh lihat?." Tanya nya.
" Tidak usah pak, tak perlu kok, maaf pak saya hanya tidak mau aurat saya di lihat orang lain." Tolak nya dengan sopan. Pria itu pun nampak nya mengerti, ia hanya mengangguk paham dan tidak bertanya lagi.
" Oh iya, dari tadi kita belum berkenalan. Nama kamu siapa? Nama saya Ferdi! " Ucap nya memperkenalkan diri, ia hendak mengulurkan tangannya, namun Alina hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada, membuat pria itu mengerti dan segera menarik kembali tangannya dan beralih melakukan hal yang sama seperti Alina.
" Nama saya Alina putri pak, bisa di panggil Lina saja." Tutur nya sopan. Ferdi pun mengangguk sambil mengulas senyum nya.
" Ngomong ngomong, kamu dari mana dan hendak kemana?" Tanya Ferdi lagi.
" Saya dari sekolah dan mau pulang ke rumah pak, tapi sudah lama saya menunggu angkot di sini, tetapi tidak ada satu pun yang lewat." Ucap nya lesu.
" Bapak sendiri sebenarnya mau ke mana?" Alina bertanya balik.
" Saya mau pulang. Sebenarnya mendadak, karena ibu saya masuk rumah sakit, saya sudah berulang kali menelpon supir saya untuk menjemput, tapi dia bilang masih di jalan dan terjebak macet, alhasil saya harus jalan kaki dulu sampai supir saya datang, siapa tahu saya bertemu taksi, namun tetap saja jalanan seperti nya sedang sepi." Curhat nya panjang lebar.
" Ah itu dia supir saya sudah datang" Ucap Ferdi saat terlihat sebuah mobil sedan Corolla menghampiri mereka
" Apa kamu mau saya antar kan pulang sekalian? Dari pada kamu harus menunggu angkot yang entah datang atau tidak." Tawar nya.
" Tapi bukan nya bapak akan ke rumah sakit? Bagaimana jika harus mengantar kan saya terlebih dahulu? " Tanya Alina.
" Supir saya akan mengantarkan saya terlebih dahulu ke rumah sakit, setelah itu baru dia akan mengantarkan kamu, bagaimana? apa kamu tidak keberatan? "
" Tapi apa tidak merepotkan bapak nantinya? " Alina masih menolak karena ia tak enak hati.
" Siapa bilang saya merasa di repotkan? Anggap saja ini sebagai rasa terimakasih saya, karena kamu sudah menolong nyawa saya tadi." Tutur nya.
" Baiklah kalau begitu." Akhirnya Alina setuju dan ikut masuk ke dalam mobil dan menerima tawaran Ferdi untuk di antar pulang.
Setelah mengantarkan Ferdi ke rumah sakit, sang supir pun segera mengantarkan Alina ke rumah nya.
" Makasih banyak ya pak." Ucap Alina kepada supir pribadi Ferdi saat dia sudah sampai di pekarangan rumah nya.
" Iya non sama-sama, saya sudah di tugaskan untuk itu." Ucap sang supir sopan.
" Tapi tetap aja kan yang nyupirin bapak." Kekeh Alina. Supir itu hanya bisa terkekeh karena kekeras kepalaan Alina itu.
" Iya deh iya non, kalau begitu bapak pamit pulang dulu ya non, bapak harus nyamperin si bos lagi ke rumah sakit." Pamit nya.
" Iya pak, hati hati ya pak! " Supir itu pun mengangguk lalu menjalankan mobilnya kembali.
" Hufhh." Alina menghembuskan nafas dengan kasar, mengingat hari ini sangat melelahkan bagi nya, juga cuaca yang tidak mendukung.
Alina berjalan gontai untuk menuju rumahnya. Ia berpikir, setelah sampai di rumah, ia akan mengerjakan pekerjaan rumah dulu seperti biasanya. Seperti memasak dan mencuci peralatan dapur, setelah itu ia akan mengantarkan bekal untuk orang tua nya yang sedang berada di sawah. Itu lah kegiatan sehari-hari Alina.
Namun ada yang membuat nya heran. Mengapa di depan rumah nya seperti nya sedang banyak orang, memang sedang ada acara apa? Bukankah orang tua nya sedang ada di sawah.
Karena penasaran, Alina pun bergegas ke rumah nya, agar ia tahu apa yang sedang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments