Episode 1:
" Duh, panas banget sih ini." Gadis itu menggerutu.
" Mana lagi nih angkot nya?" Ia menaungi dirinya menggunakan tangan, seraya berjaga jaga mana tau ada angkutan umum yang lewat.
Alina putri, gadis cantik berhijab dan berpakaian putih abu-abu itu sedang menunggu angkutan umum di pinggir jalan. Panas yang sangat terik, membuat tubuhnya basah karena keringat yang mengucur.
Alina putri termasuk gadis yang taat beragama dan selalu patuh kepada orang tua nya. Memang dia bukan anak kiyai atau semacamnya, namun ajaran dari orang tua nya yang selalu mengajarkan kepada nya, pentingnya nilai nilai agama serta kewajiban yang harus ia taati. Ia hanya gadis belia yang baru mengenyam pendidikan madrasah Aliyah yang berada di desanya. Ia baru berumur 17 tahun dan baru duduk di kelas sebelas.
Meskipun ada satu hal yang tak bisa ia hilang kan, yaitu kegemaran nya pada seorang aktor yang berasal dari bambu.
Bahkan ia rela secara diam diam menyimpan gambar idol tersebut di galeri ponsel nya agar tak ketahuan orang tua nya. Meskipun ia sadar, memandangi pria yang bukan mahram nya itu termasuk zina mata, meskipun itu hanya sebuah gambar ataupun sebuah poster saja.
Sudah beberapa jam lamanya, angkot yang di tunggu belum juga kelihatan. Memang jalanan saat itu terlihat agak sepi dari biasanya.
Dari seberang jalan, Alina melihat seorang pria paruh baya berpakaian formal seperti orang kantoran pada umumnya, berjas dan menenteng sebuah tas di tangan nya.
Awalnya Alina tak terlalu memperhatikan nya, namun lama-lama Alina semakin khawatir pada pria paruh baya tersebut. Pasalnya dia hendak menyebrang jalan, sedangkan sebuah truk melaju ke arah nya. Alina pikir, pria itu menyadari nya, ternyata ia tetap berjalan santai untuk menyebrang jalan tanpa mengetahui bahaya yang sedang mengincar nya.
" Awassss!!! " Alina memekik keras, dan refleks tubuh nya pun bergerak untuk menolong pria tersebut dan segera berlari ke arah nya.
Bugggh
Mereka berdua terpental ke pinggir jalan. Untungnya Alina berhasil menyelamatkan pria itu, meskipun ia agak sedikit lecet di bagian mata kakinya, namun itu tak masalah bagi nya. Sudah bisa menyelamatkan nyawa sesama manusia saja ia sudah sangat bersyukur.
" Bapak tidak apa-apa?" Tanya Alina sambil membantu pria itu untuk bangkit.
" Saya tidak apa-apa nak. Terimakasih ya kamu sudah menolong saya, kalau tidak ada kamu saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya." Tutur nya.
" Sama sama pak! Saya kebetulan lewat saja dan kebetulan melihat bapak yang hampir tertabrak. Sebagai sesama manusia kan harus tolong menolong." Jawabannya.
" Sekali lagi terimakasih, ternyata masih ada anak muda yang berhati mulia seperti kamu." Puji pria itu.
" Ah bapak jangan memuji berlebihan seperti itu, saya hanya membantu sekedarnya saja, saya rasa semua orang akan melakukan hal yang sama jika di posisi saya." Jawab nya merendah diri.
" Ya sudah, lebih baik kita duduk di sana!" Tunjuk pria itu pada sebuah kursi di pinggir jalan.
" Oh iya, baiklah pak." Mereka pun duduk.
" Oh iya, apa kamu tidak apa-apa? Saya sampai lupa menanyakan keadaan kamu." Sesal nya.
" Saya tidak apa-apa pak, hanya luka kecil saja, nanti saya bisa obati sendiri." Jawab nya.
" Apa kita perlu ke rumah sakit saja?" Tawar pria itu.
" Tidak usah pak, saya benar tidak apa-apa kok." Tolak Alina.
" Apa saya boleh lihat?." Tanya nya.
" Tidak usah pak, tak perlu kok, maaf pak saya hanya tidak mau aurat saya di lihat orang lain." Tolak nya dengan sopan. Pria itu pun nampak nya mengerti, ia hanya mengangguk paham dan tidak bertanya lagi.
" Oh iya, dari tadi kita belum berkenalan. Nama kamu siapa? Nama saya Ferdi! " Ucap nya memperkenalkan diri, ia hendak mengulurkan tangannya, namun Alina hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada, membuat pria itu mengerti dan segera menarik kembali tangannya dan beralih melakukan hal yang sama seperti Alina.
" Nama saya Alina putri pak, bisa di panggil Lina saja." Tutur nya sopan. Ferdi pun mengangguk sambil mengulas senyum nya.
" Ngomong ngomong, kamu dari mana dan hendak kemana?" Tanya Ferdi lagi.
" Saya dari sekolah dan mau pulang ke rumah pak, tapi sudah lama saya menunggu angkot di sini, tetapi tidak ada satu pun yang lewat." Ucap nya lesu.
" Bapak sendiri sebenarnya mau ke mana?" Alina bertanya balik.
" Saya mau pulang. Sebenarnya mendadak, karena ibu saya masuk rumah sakit, saya sudah berulang kali menelpon supir saya untuk menjemput, tapi dia bilang masih di jalan dan terjebak macet, alhasil saya harus jalan kaki dulu sampai supir saya datang, siapa tahu saya bertemu taksi, namun tetap saja jalanan seperti nya sedang sepi." Curhat nya panjang lebar.
" Ah itu dia supir saya sudah datang" Ucap Ferdi saat terlihat sebuah mobil sedan Corolla menghampiri mereka
" Apa kamu mau saya antar kan pulang sekalian? Dari pada kamu harus menunggu angkot yang entah datang atau tidak." Tawar nya.
" Tapi bukan nya bapak akan ke rumah sakit? Bagaimana jika harus mengantar kan saya terlebih dahulu? " Tanya Alina.
" Supir saya akan mengantarkan saya terlebih dahulu ke rumah sakit, setelah itu baru dia akan mengantarkan kamu, bagaimana? apa kamu tidak keberatan? "
" Tapi apa tidak merepotkan bapak nantinya? " Alina masih menolak karena ia tak enak hati.
" Siapa bilang saya merasa di repotkan? Anggap saja ini sebagai rasa terimakasih saya, karena kamu sudah menolong nyawa saya tadi." Tutur nya.
" Baiklah kalau begitu." Akhirnya Alina setuju dan ikut masuk ke dalam mobil dan menerima tawaran Ferdi untuk di antar pulang.
Setelah mengantarkan Ferdi ke rumah sakit, sang supir pun segera mengantarkan Alina ke rumah nya.
" Makasih banyak ya pak." Ucap Alina kepada supir pribadi Ferdi saat dia sudah sampai di pekarangan rumah nya.
" Iya non sama-sama, saya sudah di tugaskan untuk itu." Ucap sang supir sopan.
" Tapi tetap aja kan yang nyupirin bapak." Kekeh Alina. Supir itu hanya bisa terkekeh karena kekeras kepalaan Alina itu.
" Iya deh iya non, kalau begitu bapak pamit pulang dulu ya non, bapak harus nyamperin si bos lagi ke rumah sakit." Pamit nya.
" Iya pak, hati hati ya pak! " Supir itu pun mengangguk lalu menjalankan mobilnya kembali.
" Hufhh." Alina menghembuskan nafas dengan kasar, mengingat hari ini sangat melelahkan bagi nya, juga cuaca yang tidak mendukung.
Alina berjalan gontai untuk menuju rumahnya. Ia berpikir, setelah sampai di rumah, ia akan mengerjakan pekerjaan rumah dulu seperti biasanya. Seperti memasak dan mencuci peralatan dapur, setelah itu ia akan mengantarkan bekal untuk orang tua nya yang sedang berada di sawah. Itu lah kegiatan sehari-hari Alina.
Namun ada yang membuat nya heran. Mengapa di depan rumah nya seperti nya sedang banyak orang, memang sedang ada acara apa? Bukankah orang tua nya sedang ada di sawah.
Karena penasaran, Alina pun bergegas ke rumah nya, agar ia tahu apa yang sedang terjadi.
Episode 2:
Ia semakin di buat bingung dengan kedatangan Andy dan orang tua nya yang sedang menghadap orang tua Alina.
Andy sendiri adalah kepala sekolah muda di kampung nya. Orang nya lumayan tampan, namun sayang sekali. Sifat asli pria itu yang membuat ketampanan yang ia miliki tiada arti nya di mata para warga dan para gadis, terutama Alina sendiri.
Ia memiliki sifat kasar, suka main wanita, suka mabuk dan ia juga tak segan segan untuk membunuh jika ada orang yang mencoba membangkang keinginan nya.
Ia juga tak lain adalah anak dari pak Bagio, seorang juragan beras sekaligus pemilik sekolah di mana Andy bekerja saat ini. Dia juga tak jauh berbeda dengan sang anak, sama sama memiliki sifat arogan dan sombong, serta suka semena-mena terhadap orang lain.
Semua mata tertuju pada Alina yang sedang berada di depan pintu rumah nya. Kening nya berkerut saat Imah, sebagai ibu Alina datang menghampiri nya, Alina seolah meminta penjelasan atas semua ini.
" Ayo nak duduk dulu! " Perintah Imah pada anak nya.
" Bu!! " Tiba-tiba Alina menahan tangan ibunya.
" Kenapa nak? Duduk dulu, nanti ibu jelasin di dalam." Ucap nya mencoba untuk membujuk.
" Tapi Bu." Tolak nya, namun Imah tidak menggubris nya lagi, dia terus saja membimbing tangan anak nya itu untuk menghadap Bagio dan keluarga nya. Ia mencoba tidak menghiraukan lagi rengekan rengekan Alina, meskipun ia sendiri tak tega mendengar nya.
" Gimana Alina kabar kamu, sehat?" Tanya Bagio basa-basi.
" Sehat juragan." Jawab nya. Pria itu tersenyum kearah nya dengan tatapan nya yang tak lepas dari Alina, membuat Alina menjadi risih. Belum lagi Andy yang sedari tadi menatap nya seperti orang mau menerkam saja.
Alina hanya bisa menunduk sambil memilin ujung bajunya.
" Begini pak Jaka dan Bu Imah, kedatangan saya beserta keluarga kesini untuk melamar anak bapak dan ibu yang bernama Alina untuk anak saya Andy." Ucap juragan Bagio berterus-terang dengan maksud kedatangan nya.
Tentu saja hal itu membuat Alina terkejut bukan main mendengar nya. Bagaimana tidak, dia harus di hadapkan dengan lamaran yang secara tiba-tiba itu. Belum lagi dengan ketidak siapan Alina, atau bahkan mungkin Alina tak minat sama sekali dengan lamaran ini. Dan penyebab nya semua orang juga tahu itu.
" Saya sebagai orang tua dari Alina, setuju setuju saja, namun bagaimana pun jawaban nya, saya kembalikan kepada anak saya Alina, karena bagaimanapun dia lah yang akan menjalani nya nanti." Jawab Jaka.
" Bagaimana nak? " Tanya Jaka kepada anak nya.
Alina mencoba menghembuskan nafas nya secara teratur. Menetralisir perasaan gugup sekaligus terkejut yang baru saja ia alami. Sebenarnya ia sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan itu, namun ia harus menguatkan diri untuk mengatakan nya. Mana tahu nanti keluarga juragan Bagio akan tersinggung lalu marah atas jawaban yang ia siap kan.
" Sebelum nya saya minta maaf, khusus nya kepada keluarga juragan Bagio. Karena saya tidak bisa menerima lamaran Aa Andy." Jawab Alina final.
Mungkin Alina memang mengidolakan aktor favorit nya itu, tapi bukan hal itu yang membuat Alina menolak lamaran Andy, melainkan karena sifat dan ambisi Andy sendiri yang membuat Alina bergidik ngeri.
Ia sendiri sadar, idola nya itu tak mungkin ia gapai, biarlah itu hanya menjadi ilusi semata saja, dan ia pun akan mencari pendamping hidup nantinya yang sepadan dengan nya, dan tentunya memiliki sifat baik dan bisa membimbing Alina dengan baik pula.
Brakk...
Juragan Bagio tiba-tiba menggebrak meja, membuat semua orang terkesiap, termasuk Alina sendiri. Ia memejamkan mata nya kuat-kuat, bersiap menghadapi amukan dari juragan yang terkenal kejam ini.
" Atas dasar apa kamu menolak anak saya? Bahkan jika di sandingkan dengan kamu, dia lebih segala nya." Ucap nya dengan penuh penekanan pada setiap kalimat nya.
" M_maaf ju_ragan, jangan memarahi anak saya, saya mohon! " Mohon Jaka kepada Bagio, ia menangkupkan kedua tangannya seraya bersimpuh di hadapan juragan kejam itu. Imah juga mendekat kepada suaminya, dia hanya bisa menangis melihat suaminya itu.
" Bapak, ibu! Apa yang kalian lakukan? Gak seharusnya kalian begini, ayo bangun!" Titah Alina seraya mencoba membangun kan ayahnya itu, namun sang ayah menolak.
" Sudah lah Alina, kamu terima saja lamaran nak Andy! Bapak tidak mau kamu kenapa kenapa nak." Ucap Joko.
" Lina tidak mau pak. Lina tidak cinta sama Aa Andy, dan lagi pun Lina masih sekolah, Lina yakin kok Lina akan baik baik aja." .
" Heh Jaka! Kamu masih ingat kan dengan hutang Budi? Tentu dong, kamu kan orang alim, tentunya kamu lebih mengerti tentang itu." Ucap nya. Kali ini dengan nada lembut, namun terkesan mengejek.
" I_iya juragan, saya masih ingat." Ucap Jaka terbata bata.
" Bagus, kalau begitu kamu harus membujuk anak mu bagaimana pun caranya saya tidak mau tau, yang penting anak kamu mau menikah dengan anak saya!" Ucapnya seraya menepuk pundak Jaka.
" Besok saya tidak mau tahu, anak ini sudah harus setuju, dan saya tidak akan datang ke sini lagi untuk melamar ulang. Saya mau Minggu depan mereka harus sudah menikah!" Ucap nya dengan penuh penekanan. Bagio juga menunjuk ke arah Alina yang semakin terkejut dengan fakta yang baru ia dengar.
" Sudah lah pa, jangan bentak mereka lagi! Bagaimana pun mereka akan segera menjadi keluarga Andy, dan Andy tidak mau terjadi apa-apa kepada orang yang Andy cintai." Kini Andy lah yang bersuara, ia memenangkan ayah nya agar tidak berbuat lebih pada keluarga Alina. Andy pun menatap ke arah Alina dan mengedipkan matanya genit, membuat Alina bergidik ngeri di buat nya.
" Baiklah, papa tidak akan kasar sama mereka, selagi mereka masih mempunyai rasa hormat sama kita." Kata Bagio.
' lah, yang tidak hormat itu siapa, mereka atau keluarga ku?. Apa setiap orang miskin itu, berada dibawah kaki orang orang kaya? ' Batin Alina.
" Dengar Jaka! kami akan pulang dulu, kalau sampai kamu tidak bisa membujuk anak kamu ini, kamu tahu sendiri akibat nya!." Ucap Bagio dengan penuh penekanan pada kalimat akhir.
" I_ iya juragan." Ucap Jaka pasrah.
Setelah mengatakan itu, keluarga Andy dan warga lainnya pun pulang. Kini tersisa Alina dan kedua orang tua nya yang sejak tadi hanya menangis dan tak berani berkata apa apa, apa lagi untuk menatap sang anak.
Rasa bersalah pada diri mereka, membuat mereka malu untuk bertatap muka dengan Alina.
" Lina mohon pak, Bu! Jelaskan sama Alina, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Alina mencoba untuk tetap sabar.
Sungguh, saat ini dia tak ingin menjadi seorang anak yang durhaka kepada orang tua nya karena memberi pertanyaan yang tak sepantasnya di lontarkan. Namun ia sangat penasaran, dan lagi pun semua itu menyangkut tentang dirinya.
" B_bapak minta maaf sama kamu neng, karena sudah melibatkan kamu dalam hal ini." Ujar Jaka.
" Bapak tidak bermaksud, tapi ini di luar kendali bapak neng."
" Pak buk, Lina minta maaf ya karena sempat marah sama bapak dan ibu. Lina cuma minta bapak jelasin, siapa tahu Lina bisa bantu bapak." Ucap Alina lembut sambil bersimpuh di depan kedua orang tua nya. Sedangkan Imah dan Jaka semakin di buat sesegukan dengan ucapan sang anak.
" Bapak minta maaf sama kamu neng, seminggu yang lalu, bapak di datangi oleh seorang yang tidak bapak kenal, dia mengaku sebagai penagih hutang. Dia bilang bapak terlibat hutang di bank sebesar sepuluh juta, padahal bapak sama sekali tidak merasa hutang dengan siapa pun, apa lagi terlibat hutang bank. Tapi mereka terus bilang kalau bapak memang punya hutang, bahkan mereka mengancam bapak, kalau bapak tidak melunasi nya maka mereka akan mengambil rumah dan sawah kita. Bapak bingung waktu itu, tapi tiba-tiba juragan Bagio datang seolah menjadi penolong untuk bapak, dia membayar lunas semua hutang bapak itu tanpa minta di kembalikan, tapi,,,,,,,,,,!"
Episode 3:
Flashback on.
Setelah tiga hari kejadian penagihan hutang:
" Jaka Kamu harus bayar hutang kamu kepada saya." Ucap juragan Bagio yang tiba-tiba datang.
" Loh, bukannya kemaren juragan bilang saya tidak harus bayar lagi sama juragan, kenapa sekarang tiba-tiba saya harus bayar?" Tanya Jaka heran.
" Benar, kemaren saya bilang tidak harus bayar menggunakan uang." Ucap nya membenarkan.
" Lalu harus bayar pakai apa lagi juragan?" Jaka mulai kesal karena merasa di permainkan.
" Kamu harus bayar pakai anak gadis kamu."
Deg...
Terasa di hantam kiloan batu jalanan, mendengar permintaan Bagio yang tak masuk akal itu. Anak nya bukan lah sebuah barang yang seenaknya saja di tukar dengan uang, alnak nya adalah wanita baik baik, bukan seperti wanita yang sering Andy bawa, lalu meniduri nya.
Tidak. Ia tidak terima dengan apa yang baru saja ia dengar.
" M_maksud juragan?"
" Kamu masih tidak mengerti apa maksud ku?" Bagio terlihat geram karena Jaka seperti nya pura-pura tidak mengerti, sedangkan Jaka hanya menggeleng dengan raut polos nya.
" Kamu harus menikah kan anak mu dengan Andy anak ku!" Jelas Bagio. Sekali lagi, Jaka di buat terkejut dengan permintaan Bagio.
" Ke_kenapa juragan?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja lolos dari bibir Jaka.
" Karena Andy sendiri yang meminta nya pada ku."
" Kamu tenang saja Jaka! Aku akan memperlakukan anak mu layaknya menantu. Andy meminta ku untuk melamar anak mu Alina dan menikahi nya secara sah, baik agama maupun negara, karena Andy sangat mencintai Alina anak mu." Jelas Jaka.
Kini perasaan Jaka benar benar berkecamuk. Ia bingung, antara harus merestui niat baik Andy, atau mengekang nya karena Andy sendiri bukanlah menantu idaman nya, bahkan jauh dari kata 'idaman'.
" Tapi maaf juragan, saya tidak mau menikah kan anak saya dengan anak juragan. Anak saya bukan sebuah barang yang harus di tukar dengan uang dan untuk melunasi hutang piutang saya. Tidak juragan,,,,,,,,,,sekali lagi saya minta maaf!" Ucap Jaka tegas. Entah dapat keberanian dari mana hingga ia berani setegas itu. Yang jelas ia hanya ingin melindungi anak nya dari pria seperti Andy.
" APA!! Kamu menolak niat baik saya?" Bentak Bagio merasa tak percaya dengan penolakan Jaka.
" Dengar baik baik ya Jaka! Jika kamu menolak niat baik saya dan keluarga saya, maka kamu tahu sendiri akibat nya." Ancam Bagio dengan penuh penekanan di setiap kata nya.
" Apa yang akan juragan lakukan pada saya?" Tanya Jaka seolah sudah pasrah.
" Heh, enak saja." Bagio mendengus.
" Siapa yang akan melakukan nya pada mu? Percaya diri sekali." Ucap nya dengan gaya angkuh.
" Aku akan melakukan nya pada kedua anak mu itu, kau dengar?" Hardik nya.
Hal itu tentunya membuat nyali Jaka menciut seketika, ia sangat takut jika juragan Bagio berbuat macam-macam kepada kedua anak gadis nya, yaitu Alina dan Gadis.
" A_apa yang akan juragan lakukan kepada kedua anak saya?" Tanya Jaka was-was.
" Yah, tentu nya akan aku ambil paksa, dan akan aku berikan pada Andy untuk menjadi pemuas nafsu nya, jika ia sudah bosan, maka akan aku berikan kepada harimau peliharaan ku." Ucap Bagio dengan gaya angkuh nya.
" J_ jangan juragan, saya mohon jangan! Baiklah juragan, saya akan merestuinya, saya juga akan berusaha untuk membujuk anak saya agar mau menikah dengan anak juragan." Jaka akhirnya menyetujui nya, meski dengan keterpaksaan.
Flashback off.
" Bapak minta maaf sama kamu neng, bapak sudah semena-mena menjodohkan kamu dengan Andy, padahal bapak tau sendiri, kalau Andy itu tidak baik." Jaka benar benar menyesali perbuatannya karena sudah menjodohkan Alina tanpa sepengetahuan nya.
Sedangkan Alina masih terdiam dengan tatapan kosong. Dia seolah masih mencoba untuk mencerna setiap ucapan yang baru ia dengar, dia juga sedang memikirkan apa yang harus ia perbuat nantinya.
Dia berpikir, jika hanya dia yang menjadi korban mungkin dia akan terima, tapi ini benar-benar sudah tidak bisa di benarkan.
Ia tidak mau adiknya yang baru kelas tiga SMP itu ikut menjadi korban keegoisan juragan Bagio dan anak nya itu.
" Bapak, ibu! Alina sudah dapat jawaban nya, dan Alina sudah memikirkan ini matang-matang." Ucap nya seraya memegang pundak sang ayah serta mensejajarkan posisi nya.
" Apa itu neng?" Tanya Imah.
" Lina akan menerima lamaran Aa Andy dan Lina bersedia menjadi istrinya." Ucap nya dengan wajah tertunduk.
" Y_yang benar ini teh neng?" Tanya Jaka tak percaya atas keputusan Alina.
Sedangkan Alina hanya mengangguk lesu sambil menunduk dalam.
" Enggak neng! Bapak tidak mau kamu di peristri sama si Andy itu, bapak tidak mau kamu selalu makan hati nantinya." Ucap Jaka tak setuju.
" Tapi pak, Lina sudah sangat siap untuk menjadi istri Aa Andy, dan Lina yakin Aa Andy akan memperlakukan Lina layaknya seorang istri. Bapak tenang saja ya!" Ucap nya meyakinkan sang ayah, padahal ia sendiri tidak yakin akan bisa hidup bahagia menikah dengan Andy, tapi ya sudahlah, yang penting bagi nya, keluarga nya baik baik saja itu sudah Alhamdulillah. Biarlah dia yang akan menjalani hari-hari nya nanti setelah menjadi istri Andy, syukur syukur ia bisa merubah perilaku buruk Andy untuk menjadi imam yang bisa membimbing nya sampai ke Jannah nya Allah kelak.
Mungkin Allah telah mempersiapkan takdirnya, yaitu menjadi istri dan ibu shalihah untuk Andy dan anak anak nya kelak.
Mungkin ia menginginkan imam yang shaleh, alim dan bisa menjadi panutan bagi ia dan keluarganya kelak, tapi jika Allah sudah mentakdirkan Andy sebagai imam nya pun dia harus menerima nya dengan ikhlas dan lapang dada, karena itu lah yang terbaik untuk nya.
" Tapi neng kalau kamu tidak mau pun tidak apa-apa, kita bisa cari cara lain untuk menghindari juragan Bagio. Kita bisa pindah dari sini dan pergi sejauh jauhnya agar kalian tidak tertangkap." Ucap nya memberi saran. Namun sekali lagi Alina menggeleng, namun kali ini dengan senyum tulusnya.
" Tidak perlu pak, Bapak yang selalu mengajarkan kepada Alina dan Gadis untuk tidak lari dari masalah, sejauh apapun kita menjauh dari juragan Bagio, dia dan anak buah nya pasti akan menemukan kita."
" Tapi ini berbeda neng. Kita tidak melakukan kesalahan dalam hal ini, jadi apa salahnya jika kita pergi!."
" Tidak pak, anggap saja ini adalah takdir untuk Alina yang sudah di tetapkan oleh Allah. Alina cuma belajar ikhlas dan menjalani takdir Alina ini pak, izinkan Alina untuk menjadi anak dan hamba yang berbakti ya pak!" Mohon Alina dengan sungguh sungguh.
" Tapi neng,,,,,,,,,." Belum sempat Jaka berucap, Alina sudah memotong nya lebih dulu.
" Udah ya pak, Lagi pula kalau kita pindah dari desa ini, lalu bagaimana dengan sawah dan rumah peninggalan kakak ini? Emang bapak sanggup untuk menjual nya?" Bujuk Alina sekali lagi.
Seakan sudah kehabisan kata-kata untuk menggagalkan niat anaknya ini, Jaka terlihat pasrah dan mengangguk lesu seraya memaksimalkan senyum nya.
" Nah gitu dong, Hatur nuhun ya pak!" Ucap nya dengan senyum yang mengembang seperti tanpa beban.
" Assalamualaikum bapak, ibu, teteh! Gadis pulang!!" Teriak Gadis lantang, sontak mereka semua menoleh ke asal suara.
" Kamu ini ya Dis kebiasaan, kalau pulang selalu saja teriak teriak, kamu ini perempuan neng, gak baik." Tegur Imah kepada gadis berusia 14 tahun itu.
" Hehehe maaf, abis nya kalau gak teriak teriak pasti gak denger." Ucap nya sambil nyengir kuda.
" Kamu ini selalu ada aja alasannya. Huuu dasar bocil." Ejek Alina kepada sang adik.
" Huuuu mentang mentang teteh sudah tua." Gadis pun tak mau kalah.
" Ehh sudah sudah! Kalian ini, baru ketemu sudah bikin ribut aja." Lerai Imah pada kedua anak nya, sedangkan Jaka hanya bisa terkekeh melihat tingkah mereka.
" Hehehe maaf!" Ucap kedua nya hampir bersamaan.
" Ya sudah, Gadis kamu ganti baju dulu, setelah itu kita makan bersama!" Titah Imah kepada anak bungsu nya. Gadis pun menuruti perintah ibunya untuk berganti baju, sedangkan Alina sudah berganti baju sebelum acara lamaran tadi di mulai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!