RENT A GIRLFFRIEND
...🎬🎬🎬...
PLAK....
"Ahh, gak bisaaa.." Perempuan berambut panjang merengek menatap tangannya yang memerah. Dia terus saja berteriak mencari perhatian seluruh orang. "Bisa take ulang gak kaakkk..."
Laki-laki berumur 35 tahun duduk didepan layar monitor menghidupkan Toa speaker ditangannya. "Break dulu break, lihat tangannya Cindy dulu, kalai bisa kompres dulu takutnya ada pembengkakan."
Seluruh orang bubar, mencari tempat berteduh dari teriknya matahari. Perempuan bernama Cindy langsung dihampiri beberapa orang, salah satunya membawa payung dan langsung menutupi perempuan itu dari sinar matahari, ada yang menghampirinya dengan membawa baskom berisi air dingin untuk merendam tangannya, ada yang bertugas membawa kipas batrai mini dan sekotak tissue untuk membersihkan peluh diseluruh bagian wajahnya.
Semua orang tahu bahwa itu hanyalah bohongan. Tapi tidak ada satupun orang yang berani melawan ataupun sekedar memberi penegasan untuk serius dalam pekerjaan yang sedang mereka kerjakan.
"Kiena duduk dulu," perempuan berambut lebat hitam sepunggung menoleh pada perempuan sebayanya, memakai pakaian kaos bertuliskan kru membersihkan tempat duduk plastik untuknya. "Aku periksa pipi kamu dulu,"
"Pipi saya tidak apa-apa kok," ujar Kiena tenang, duduk dan meraih botol mineral dari laki-laki yang memasang wajah kesal. "Kamu kenapa Dito?"
"Sumpah ya, kok bisa sih orang kayak gitu jadi artis terkenal." Masih dengan wajah merah menahan kesal, laki-laki lembut itu menatap tidak suka pada sosok bernama Cindy yang sedang mendapatkan perawatan intensif dari manager dan asistant-nya. "Aku tahu deh, kalau tadi dia sengaja scene salah terus biar ada kesempatan untuk nampar kamu."
"Iya, aku lihat juga." Ujar perempuan didepannya, yang terus berusaha mengompres pipi Kiena yang memerah. Kulitnya sangat putih, hingga bekas tangan terlihat jelas disana. "Pak sutradara gak bisa lihat apa ya."
"Ketutup mata hatinya Jen, kan sponsor besar dari agensi Cindy."
Kedua tangan Kiena meraih tangan Jeni dan Dito. Ia sangat takut jika seseorang akan mendengar dan mengadukan pada sosok topik yang menjadi pembicaraan mereka. Itu sangat berbahaya bagi semua yang bersangkutan. "Sudah yaa, nanti ada yang dengar, saya tidak enak. Sumpah saya gak apa-apa, ini kan emang sudah jadi tanggung jawab saya sebagai artis peran."
"Tapi kamu bisa kenapa-kenapa Kiena, pipi kamu sudah merah banget ituu," Dito mendesah kesal, menatap kulit putih Kiena yang memerah. "Bisa jadi malah pipi kamu yang ada pembengkakan."
"Saya tidak apa-apa."
"Lagian kamu kenapa terima sih untuk ditampar beneran, padahal diawal mereka mau pakai angel camera kan?"
"Saya....."
"Yuk yukk lanjutt,," suara keras Toa speaker kembali terdengar membuat ketiganya bungkam. Kiena berdiri, tersenyum pada kedua temannya, Jeni adalah kru yang turut bergabung dalam sinetron yang sedang Kiena kerjakan. Dan Dito adalah manager serta asistant Kiena yang sama-sama berasal dari agensi kecil, apa lagi Kiena adalah pendatang baru, jadi cukup wajar jika dirinya tidak terlalu diperdulikan disini.
"Ihhh, padahal merah dipipi kamu belum hilang,"
Kiena menggeleng. "Jangan membuat yang lain menunggu, sudah ya, saya kesana dulu."
Kiena berlari kecil, matanya sedikit menyipit kala mata hari menusuk indra pandangannya. Kiena sudah berdiri tepat dihadapan Cindy, ia menarik napasnya dalam-dalam sebelum merubah dirinya menjadi pemeran yang ia mainkan. Saat hembusan tarikan napasnya keluar....
PLAK...
Kiena tersentak, matanya melebar, ia dapat melihat bibir Cindy tersenyum tipis, Kiena menatap sutradara dan beberapa kru lain yang ikut kaget. Sutradara menghidupkan Toa speaker lagi. "Cindy sayang, saya belum mengatalan ACTIOOON!!!"
"Ahhh, maaf, aku lupa." Ujar Cindy dengan suara menggemaskan. Kiena cukup menahan sesak didadanya. Dapat terlihat jelas bahwa Cindy memiliki dua wajah, mengatakan lembut pada semua orang dan memasang wajah membenci kepadanya. "Maaf ya Kiena, aku gak sengaja."
"It's okay kak Cindy," Kiena menggangguk, dia harus tetap tenang bukan? Tidak boleh marah meski dalam dadanya ingin sekali mengumpat.
"Camera, rolllll, action."
Kiena menarik napasnya pelan. Lalu dia mulai masuk kedalam perannya. "Seharusnya kamu yang sadar disini, bahwa dia yang kamu anggap baik malah berbalik menyakitimu.."
PLAK...
"Tidak tau diri kamu,"
"Cut,,," suara sutradara menghentikan adegan mereka. "Bagus Cindy, kamu memang yang terbaik."
Cindy tersenyum senang, menatap Kiena dengan senyum yang sama namun tatapan mata yang dapat Kiena artikan sebagai sesuatu yang berbeda. "Kie, are you okay?"
"I'am okay," jawab Kiena, masih dengan wajah yang tertunduk karena tamparan keras Cindy saat berakting tadi.
Dito yang sudah berlari menghampiri Kiena menatap kaget saat membantunya duduk dan malah mendapatkan sudut bibir Kiena mengeluarkan darah. "Ya ampun, Kie,, Kiena bibir kamu ngeluarin darahhh...."
Hal itu membuat seluruh orang menatap kearahnya.
"Aduh gimana inii...."
"Saya tidak apa-apa Dito," Kiena meraih tangan Dito untuk tenang agar tidak mengundang simpati dari banyak orang. Tapi itu memang yang diinginkan oleh Dito sendiri.
Sutradara menghampiri mereka, membuat Dito setidaknya lega karena mereka diperhatikan. "Gak apa-apa Kie?"
"Aman bang," ujar Kiena, membuat Dito menganga kaget. Laki-laki itu seperti merasa tidak terima dengan jawaban enteng Kiena.
"Wajar deh, Cindy kan profesional, kamu buat emosi dia memuncak makanya dia okay banget masuk kedalam perannya," Sutradara itu mengelus puncak kepalanya. "Gak kamu masukin kedalam hati kan?"
"Eeh, ya enggak dong." Kiena tersenyum, menatap beberapa orang yang tatapan matanya seakan sedang mencibir dirinya. "Saya malah senang, berarti peran saya juga bagus karena sudah buat Cindy marah banget."
Sutradara mengangguk, dia menepuk pelan bahu Kiena. "Kamu keren."
Manager Cindy berdehem untuk meraih fokus mereka. "Cindy memang seprofesional itu Kie, dia beneran masuk kedalam peran kesalnya. Kamu masih perlu belajar lagi dari Cindy. Susah emang mau jadi artis besar tuh, apa lagi kamu dari agensi kecil dan akting kamu kurang bangeeettt." Jelas manager Cindy, terlihat Cindy mengangguk-angguk disana, membuat Dito yang mendengar merasa kepanasan. "Sekali-kali gabung sama artis senior Kie, biar belajar gimana akting yang bagus."
"Eh iya kak, terima kasih sarannya." Kiena melirik ke arah sutradara yang pergi meninggalkan tempat. Kiena paham bahwa pria itu pasti tidak ingin ikut campur dengan permasalahannya yang berhubungan langsung dengan Cindy.
"Hem.." Manager itu bersidekap menatap Kiena rendah. "Seperti Cindy dong yang tidak menyendiri, dia kenal dengan artis besar lainnya, bahkan menjalin hubungan dengan aktor terkenal. Masih untung loh Cindy mau beradu akting denganmu, biasanya Cindy akan alergi dengan artis pendatang baru apa lagi dari agensi kecil."
Kiena tidak membalas, ia hanya menggenggam kuat tangan Dito yang mengepal menahan amarah.
^^^Bersambung 🎬🎬^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments