KIENA

...🎬🎬🎬...

...Ghazam Bentley...

...🎬🎬🎬...

"Hei, kenapa diam..." Ghazam Bentley mengelus dagunya yang masih berlutut dibawah. Laki-laki itu memajukan tubuhnya, satu tangan bertumpu dipaha dan tangan satunya masih mengelus dagu Kiena untuk menyadarkan.

"Bisakah beri saya waktu Tuan Ghazam?" Ujar Kiena setelah lama melamun dan berpikir.

Ghazam melepaskan elusannya, memundurkan tubuh dan bersandar pada sofa. Mengangguk mengiyakan permintaan Kiena.

Kiena bergerak mundur dengan posisi berlutut, ia sedikit jauh dari Ghazam beberapa jengkal. Kiena mengeluarkan ponselnya dan memanggil seseorang sembari curi-curi pandang pada sosok Ghazam.

"Kie, sudah ketemu orangnya?"

"Mba, kok gak bilang kalau yang nyewa aku itu Ghazam? Ghazam Bentley suami sejuta umat." Mendengar itu hanya membuat Ghazam Bentley tersenyum tipis. "Mba, mau bunuh aku ya?"

"Kamu lupa? Kan memang syarat kita untuk gak kasih tau siapa penyewanya. Lagian kenapa juga sampai bunuh kamu." Ujar Farah nyantai, dan tiba-tiba wanita itu berteriak hingga membuat Kiena menjauhkan ponselnya sejenak. "Astaga Kie, mba lupa, ya ampuuunnnn.. Terus gimanaaa?"

"Mba, gak bisa batalin aja. Ini karir belum aku bangun loh." Memelas, Kiena butuh bantuan!!!!

"Kie, sekertarisnya minta bayar penalty dua kali lipatnya dari harga utama, bahkan uang bonusan juga minta dibayar dua kali lipat." Farah tampak mendesah kebingungan. "Mba sama sekali gak inget soal itu, maaf,"

"Mba, ganti aja bisa gak? Jangan aku." Kiena memohon dengan sesekali melihat Ghazam yang tersenyum tipis.

"Mana bisa main ganti, Kie. Itu Ghazam sendiri yang pilih kamu."

"Mba, ada yang lebih baik dari saya lohh. Ada Ariani?"

"Gak bisa, Ghazam diatas 22 tahun, Kie." Farah tidak akan membiarkan anak kecilnya ia berikan pada laki-laki dewasa. "Gak akan aku kasih. Kamu lupa sama peraturan khusus untuk Ariani?"

"Yaudah, mba Nindy ajaaaa..." Tawarnya lagi.

"Kan kamu tahu, kalau akhir tahun si Nindy gak on karena sibuk sama kantornya selama dua bulan." Jelas Farah.

"Si Erma gimana?"

"Dia penuh Kie selama dua minggu kedepan. Sama kaya jadwal maunya Ghazam, jadi gak bisa pakai Erma." Ucapnya lagi.

"Sadiya deh mba, dia kan acting-nya sempurna banget." Masih mencoba bernegosiasi dengan Farah. "Ya mba, coba deh mba bujuk Sadiya, dia pasti mau."

"Kie, Ghazam maunya kamu. Dia bilang, kamu kan artis, pasti lebih baik acting-nya dibanding yang lain." Farah mencoba menenangkannya. "Tenang dulu deh, barang kali dari sini masa sulit kamu dikeartisan jadi lebih mudah. Yakan? Manfaatkan saja."

"Mba gak bisa berpikiran jahat gitu dong,"

"Maaf ya Kie, semangat!! Masalahnya mba gak bisa bantu bayar uang penalty. Kalau kamu bisa, mba okay bantu batalin." Ya sama. Kiena juga tidak bisa mengembalikan uangnya.

"Mbaaa,,, mba Farahhhh!!??" Kiena berteriak tanpa mengeraskan suaranya. Astaga. Bagaimana ini, Farah mematikan sambungan telepon mereka. Kiena ingin menangis. Dia menoleh pada Ghazam yang masih setia melihat kearahnya, memasang wajah tersenyum begitu sempurna.

"How?"

Kiena mendekati Ghazam lagi dengan berjalan dikedua lutut, dia sangat takut berjalan dengan kedua kaki. Sampai tepat diujung kaki Ghazam Kiena membungkukkan tubuhnya seakan sedang menyembah, bahkan Ghazam menyingkirkan kakinya lagi agar Kiena tidak sampai menyentuh ujung sepatunya.

"Tuan Ghazam, saya mohon, jangan beritahu siapapun masalah ini."

"I know, kan sudah ada disyarat utama sebelum memilih sewaan." Ujar Ghazam tenang. "Bisa tidak kamu jangan berlutut?"

Kiena mengangkat kepalanya. "Janji, saya bersumpah akan ber-akting sebaik mungkin untuk anda. Tapi jangan sebar kalau saya bekerja seperti ini, bahkan nama saja belum dikenal siapapun, jangan hancurkan ya."

"Iya," lengan Ghazam kembali bertumpu pada kedua lututnya, satu tangannya meraih dagu Kiena dengan lembut, menatap wajah Kiena begitu memuja. Seperti tidak mendengar suara ketakutan Kiena. "So, do you want to be my lover?"

"Y-yes, i will." Ucapnya Kiena, menatap kedua netra sempurna Ghazam. Ini pertama kalinya ia melihat seorang bintang ternama sedekat ini, walaupun ia masih tidak tahu alasan Ghazam menyewanya. Jujur ini adalah sebuah keberuntungan baginya, ia disewa oleh idolanya.

Senyum Ghazam saat mendengar jawabannya membuatnya berhenti seketika. Ini yang semua orang inginkan? Ghazam adalah sosok sempurna, berhati baik, dan tidak pernah memiliki cacat sedikitpun selama menjadi bintang.

Ghazam melepaskan tangannya dari dagu dan berdiri. Kiena mendongak bingung melihat wajah bahagia Ghazam.

"Tobiasss.." Teriak Ghazam, laki-laki yang mengantarkan Kiena tadi datang dengan cepat dari balik pintu utama.

"Ya Tuan."

"Kamu dengar jawaban dia tadi,"

"Saya mendengarnya, Tuan."

"Okay, bawa aku ketempat tinggal Kiena." Ghazam mendekati laki-laki bernama Tobias, merapikan dasi milik laki-laki itu.

"Baik Tuan."

"T-tunggu," Kiena berdiri, menatap keduanya. Hanya Ghazam yang tersenyum padanya, sedangkan Tobias menunduk tidak menatapnya. "Kenapa ketempat tinggal saya?"

"Tobi, kamu belum memberitahunya?"

"Maaf Tuan. Saya akan memberitahu pada nona Kiena setelah nona mengiyakan."

"Ouh," Ghazam mengangguk. Menepuk dada Tobias pelan. "Beritahu Kiena,"

Tobias membuka tablet ditangannya, lalu menyerahkannya pada Kiena. Kiena menerima dengan pelan, membaca setiap pemberitahuan setelah ia mengiyakan ajakan Ghazam.

"A-apa? Tinggal bersama,"

"Kiena? Kamu belum pernah berpacaran ya?" Kiena menggeleng, dengan mata masih membaca isi persyaratan. "Lalu, bagaimana kamu menjalin hubungan dengan para penyewamu?"

Kiena menatap Ghazam, memberikan tablet pada Tobias. "Saya tetap tinggal ditempat saya, jika penyewa membutuhkan, baru mereka akan menjemput saya atau bertemu diluar."

"Caranya aneh," Ghazam menggeleng. "Kalau begitu, kamu tetap ikuti peraturan dari saya,"

"Tapi-"

"Tobi.." Ghazam menepuk lengah Tobias.

"Begini nona," Kiena menatap Tobias. "Tuan Ghazam berencana akan memperkenalkan anda sebagai kekasihnya diacara Grammy Award dua minggu mendatang. Tuan Ghazam telah memikirkannya sedari lama, untuk mengenalkan seseorang saat film terbarunya sukses besar."

Kiena menatap Ghazam yang mengangguk-angguk bangga pada setiap kalimat yang diucapkan oleh Tobias. Kiena tidak tahu apa peran Tobias disini. Secretary, asistent, atau manager? Tapi terlihat semua urusan Ghazam ada ditangan laki-laki itu.

"Boleh saya bertanya?"

Tobias mengangguk, dan Ghazam tersenyum mempersilahkan.

"Memangnya anda tidak apa-apa jika harus memperkenalkan saya kepada semua orang. Itu bisa mengancam karir anda?"

"Maaf nona Kiena, kalau saya memotong." Ujar Tobias. "Konteks mengancam yang anda bicarkan ini, yang bagaimana?"

Ghazam hanya diam, dia seperti sangat menyerahkan seluruh kalimat pada Tobias.

Kiena menelan salivanya. Ia tahu memang ini hanya sebuah sandiwara, tapi bukankah ini bersifat resiko besar?

"Eung..."

"Kiena, bisa kamu to the point saja?" Tobias mengangguk saat Ghazam bersuara. "Saya sudah memperkirakan segalanya, tenang saja, tidak akan ada yang dapat menghancurkan karir kamu maupun karir saya."

Kiena kembali diam. Sesuatu lagi menghantam dirinya, pertanyaan pertanyaan terus berputar pada otaknya.

"Hei..." Kiena mendongak. Ghazam berdiri dekat sekali dengannya. Maniak bintang itu meneliti masuk kedalam matanya, seperti memberikan sebuah ungkapan bahwa semua akan baik-baik saja dan cukup serahkan padanya. "Trust me, Kiena."

^^^Bersambung 🎬🎬^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!