KIENA

...🎬🎬🎬...

Kiena duduk didepan cermin, satu tangannya mengompres bagian pipinya yang membengkak, dan tangan lainnya sibuk memainkan benda pipih. Semua kalimat menyakitkan manager Cindy membekas diingatan, lebih sakit lagi saat semua orang tahu tapi bersikap pura-pura tidak tahu. Bagaimana begitu jahatnya semua orang terhadap artis pendatang baru sepertinya. Sudah hampir dua tahun dia hanya bekerja begini-begini saja, tidak ada peran yang lebih baik sejak awal untuknya, selalu saja peran yang menjadi orang paling sudut dikamera atau menjadi orang yang paling tersakiti.

Kiena sadar, hidupnya sendiri sudah sangat menyedihkan, tapi apakah bekerja sebagai pemeran karakter yang berbeda dari kebiasaannya juga harus ikut menyedihkan?

Kiena menatap kecermin didepannya, ia menghela napas pelan, menerawang pandangan. Apakah ada secerca harapan dari dirinya?

Ponselnya bergetar membuyarkan lamunannya, ada dua pesan, satu dari ibunya yang menanyakan soal kapan ia bisa mengirim uang bulanan yang telah telat dari janjinya kepada sang ibu, dan satu pesan dari Farah, orang yang dia kenal satu tahun lalu, Farah memintanya untuk menelpon jika ia senggang.

Kiena menaruh kompres dan berjalan menuju kasur single bed-nya. Menekan panggilan kepada Farah.

"Mba cari saya? Ada apa?"

Suara dari sebrang terdengar mendengus. "Basa-basi kek, langsung aja nih anak.."

Kiena terkekeh. "Apa kabar mba Farah?"

Farah ikut tertawa, dia memberi jeda sebelum kembali bersuara. "Hem.. Baik, baik, kamu gimana? Sama dunia kamu? ada kemajuan?"

Kiena diam, menatap kejenda yang dia biarkan terbuka. "Ya masih gini-gini saja mba,"

"Kamu sudah sebulan libur, uang masih ada enggak?" Tanya Farah khawatir. "Mau mba transfer?"

"Ehh, gak usah mba, saya kan belum buka lowongan." Ujarnya. "Masih sibuk syuting, jadi belum ada waktu untuk kesitu."

Farah hanya menggumam. "Tapi ini waktunya kamu ngirim uang ke ibu kan? Bahkan mungkin telat. Biar mba pinjemin."

"Gak usah mba," tegasnya. "Semingguan lagi deh saya kabarin mba, kayaknya scene bagian saya udah selesai gitu."

"Mba gak memaksa kamu kerja loh." Suara Farah menjauh lalu Kiena mendengar Farah sedang berbicara dengan Kemal, Kiena tidak mengatakan apapun agar tidak mengganggu. "Mba cuma menawarkan untuk mengirim uang bulanan untuk ibu."

"Iya mba, saya paham kok, terima kasih ya sudah mengerti."

"Ya sudah, kabari mba kapan saja kalau kamu butuh." Ucap Farah, Kiena hanya menggumam sebelum panggilan terputus.

Kiena menaruh ponsel kesebelahnya, ia berbaring terletang menatap langit-langit kamar. Farah sangat baik padanya, wanita itu selalu memperhatikan dirinya dan sang ibu. Apapun yang menjadi keluh kesah Kiena, Farah selalu menjadi pendengar yang baik. Mereka bertemu sekitar satu tahun lalu, saat dirinya menangis karena peran pertamanya yang begitu menyakiti perasaannya, Farah datang dan membantu menenangkan, memberikan wejangan soal keras hidup diibu kota dan susahnya menjadi bintang terkenal. Saking baiknya, Farah bahkan menawarkan pekerjaan yang sebetulnya tidak terlalu baik, namun dapat membantu biaya hidupnya selama diibu kota.

Sebetulnya Kiena juga yang bersikekeh menerima tawaran itu disaat Farah tidak ingin mengambil resiko besar ketika pekerjaan ini akan menyeret nama baiknya kelak saat namanya telah melambung tinggi.

Disela ia menatap langit-langit kamar, potongan-potongan ingatan baik datang menghampiri. Sebulan lalu, saat ia mendapatkan client yang baik dari pekerjaan sampingannya sebagai "Jasa penyewa pasangan" memberinya uang bonus lebih dari cukup. Sebagian ia kirim untuk ibunya dikampung dan sebagian ia gunakan untuk merenovasi rumah kontrak-nya agar membuatnya betah sedikit saja. Ditempat kerja, hanya Dito dan Jeni yang menghargainya sebagai manusia, selebihnya mereka hanya mampu memberikan senyum terpaksa, jadi Kiena butuh ruang untuknya merasa tenang dan nyaman.

Jika ia terkenal nanti, ia sudah berjanji pada diri sendiri agar selalu bersikap rendah hati. Kiena tak ingin dicap sebagai kacang lupa kulitnya. Tidak ingin sombong pada junior-nya.

...🎬🎬🎬...

Kiena tersentak kaget saat deringan panggilan berbunyi keras. Buru-buru ia mengangkatnya.

"ASTAGA KIENA!!! APA KAMU MATII? KENAPA LAMA ANGKAT TELEPONKU!!!" Teriakan itu mampu membuat Kiena sempat menjauhkan ponsel karena teriakan cukup keras. "Dimana kamu?"

"M-maaf, dirumah bos." Jawab Kiena gagap, disebrang adalah panggilan dari pemilik diAgensi tempatnya bernaung.

"Cepat ke kantor, ada yang ingin aku bicarakan!!" Teriaknya.

Panggilan terputus, jangankan artis-artis lain, penegak perusahaannya sendiri saja terkadang memperlakukan dirinya seenaknya.

Kiena bangkit dari tidur pulasnya, ia juga tidak menyangka jika semalam membuatnya tidur begitu nyenyak hingga pagi. Biasanya Kiena sudah bangun dan bersiap untuk mencari kegiatan, kali ini malah bos besarnya yang membangunkannya.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Kiena sampai didepan gedung 'Bmine Entertainment' tempatnya bernanung, perjalanan dari rumah kontrakan hingga kegedung ini memakan waktu sekitar 15 menit, dan Kiena tidak memiliki kendaraan pribadi karena dia adalah artis junior yang tidak banyak orang tahu, perusahaan tidak memberikan sedikitpun fasilitas.

"Hmm, cukup ngaret yaaa..."

Kiena hanya menunduk, tidak berani mengangkat wajahnya. Hari ini bos besarnya tampak sedang kesal.

"Eehhh, Jenika, baru berangkat ya sayang." Ujar bosnya pada sosok Jenika, artis pendatang baru yang sama sepertinya namun mampu melambung tinggi dan dikenal banyak orang dengan cepat karena sebuah scandal. Beberapa kali Kiena ditawari untuk membuat scandal untuk menaikkan namanya, namun Kiena menolak karena tidak ingin membuat namanya buruk.

Kiena lupa, pekerjaan sampingnya juga pasti akan membuat namanya buruk.

Perempuan bernama Jenika itu hanya tersenyum masam, menatapnya remeh dan berlalu pergi. Bos besar itu hanya tertawa hambar kala Jenika melengos tanpa membalas sapaannya, dan saat melihat matanya, pria bertubuh gemuk itu langsung memasang wajah garang. Kiena tahu kalau semua orang akan memberikan hormat jika memberikan keuntungan pada orang itu, dan kini ia tidak memberikan keuntungan apapun, membuatnya menjadi direndahkan.

"Kie, kamu kan tahu ya kalau perusahaan aku ini gak besar, kita dari agensi kecil." Kiena mengangguk mendengarkan. "Tapi aku mohon dong, jangan membuat masalah."

Kiena berpikir bingung, dia tidak melakukan apapun.

"Kenapa sampai perusahaan besar yang menaungi Cindy memberikan surat kerugian karena kamu." Pria itu melempar sebuah amplop cokelat. "Ini dunia entertain Kie, kamu harusnya paham kalau itu hanya acting, kenapa sampai bersikap berlebihan."

"B-berlebihan? Saya gak ngapa-ngapain loh bos." Kiena mengurungkan niatnya untuk meraih amplopnya.

Pria itu menggeleng. "Kalau gak ngapa-ngapain, kenapa muncul artikel kalau kamu marah karena scene dia nampar kamu dan membuat pipi kamu merah. Jangan berlebihanlah,,"

Astaga. Kiena ingin menangis.

"Kalau sampai mereka meminta ganti rugi, apa yang harus aku lakukan Kie? Kita agensi kecil,"

"Bos gak tanya sama posisi saya?" Dari sekian banyak pertanyaan, itu yang Kiena keluarkan. "Bagaimana tanggapan semua orang disana, bos gak tanya?"

"Untuk apa?"

"Untuk apa." Kiena mengulangi, ia hembuskan napasnya pelan. "Okay, saya akan minta maaf jika bertemu dengan kak Cindy."

^^^Bersambung 🎬🎬^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!