Cinta Sang Penguasa

Cinta Sang Penguasa

Bab 1. Awal Kisah

Seorang mahasiswi semester lima, bernama Nadania Davinka, tengah menunggu kedatangan orang tuanya, dari berjualan di taman kota.

Orang tuanya memiliki kedai bakso, dan setiap hari mereka berdua selalu berjualan. Mulai dari pukul delapan pagi, hingga pukul sembilan malam.

Nada sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, karena memang orang tuanya pun bekerja jelas-jelas untuk dirinya dan sang adik.

Kehidupan keluarga mereka nampak sederhana, dan tidak neko-neko. Nada adalah anak sulung, ia memiliki satu adik, Nasya namanya. Usianya kini baru menginjak 13 tahun, dan Nasya masih duduk di bangku SMP.

Adik Nada telah terlelap, namun orang tuanya tak kunjung tiba juga. Padahal, biasanya mereka selalu makan bersama, sebelum Nasya tertidur.

Malam ini sudah pukul sepuluh, namun kedua orang tuanya belum sampai juga di rumah. Biasanya, pukul setengah sepuluh pun, mereka sudah berada di rumah dan menghabiskan waktu yang singkat dengan Nada.

"Ibu dan Bapak ini ke mana ya? Kok belum pulang juga? Apa jualannya sedang ramai? Hmm, ini adalah hari ulang tahunku, apakah mereka sengaja, ingin mengerjaiku, dan memberi kejutan untukku?" Nada menebak-nebak, apa yang tengah terjadi.

Nada masih berpikir jernih, dan berharap semoga kedua orang tuanya segera sampai. Namun waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa, sudah pukul sebelas malam lagi.

Nada semakin heran, kenapa sudah satu jam lamanya, kedua orang tuanya tak kunjung datang juga. Nada mencoba menghubungi ponsel mereka, tetapi ponselnya malah tidak aktif.

Rasa cemas dan khawatir pun tak bisa dihindarkan. Akhirnya Nada memberanikan diri ke luar dari rumahnya, dan berniat untuk menyusul mereka ke taman kota.

Saat Nada keluar dari gerbang rumahnya, ternyata ada Yudha dan beberapa kawan lainnya. Yudha adalah tetangga Nada. Mereka berteman sejak kecil, karena rumah mereka berdekatan.

"Nad, lo mau ke mana malem-malem begini?" tanya Yudha.

"Gue mau ke kedai Ibu, mereka belum pulang."

"Gila lo, Nad! Malam-malam gini? Sendirian?" tanya Yudha lagi.

"Lah ya iya, emang lo liat gue mau berangkat sama siapa?"

"Udah gue anter! Lo itu cewek! Malah nekad banget lo! Gimana kalau ada preman godain lo? Dah, gue gak jadi rondanya. Gengs, lo pada duluan aja, gue mau nganter nenek lampir dulu, kasihan tuh,"

"Yaudah, ronda lo jadi malem besok aja ya Yud?"

"Oke Bro, siap,"

Yudha pun menatap Nada yang tengah cemas, "Udah! Jangan bengong aja lo, gue ambil motor dulu, ya. Lo tunggu di sini bentaran!" 

"T-Tapi, Yud," Nada merasa benar-benar tak nyaman.

Yudha tak mengindahkan rasa keberatan Nada. Ia tetap berjalan ke rumahnya untuk mengambil motor. 

Nada jadi merasa tak enak, karena Yudha mau menolongnya walaupun tengah malam begini. Hal ini membuatnya jadi canggung untuk berbicara dengan Yudha.

"Kenapa lo? Ga enak ya sama gue?" Yudha terkekeh.

"Makasih ya, Yud, lo udah mau bantu gue."

"Udah deh, gue kan malaikat tak bersayap. Gue pasti bantuin lo,"

"Hish, mulai deh! Terbang idung lo kalau udah kayak gitu!" Nada bergidik.

"Dah ayo, berengkot, katanya mau ke kedai emak bapak lu!" 

"Yaudah ayo, btw thanks ya Yud," Nada tersenyum manis.

"No problemo, bestie,"

Nada pun pergi bersama Yudha, saking ia khawatir dan cemas pada kedua orang tuanya. Nada berharap, jika tak ada apapun dan hanya sebatas karena ramai saja.

.

.

Seorang wanita dengan tangan dan kaki yang gemetar tengah menelepon seseorang. Tubuhnya benar-benar syok dan kaget, atas insiden yang barusan terjadi padanya.

Namanya Diana Arunika Santosa. Dia adalah anak konglomerat, pewaris tahta perusahaan Bina Sentosa Grup. Di dalam mobilnya, tangan dan kakinya tak henti-hentinya gemetar, karena ia telah menabrak pengendara motor.

Jalanan sudah sepi tanpa lalu lalang siapapun, karena ini memang hampir tengah malam. Dua pengendara motor itu jatuh tergeletak tak berdaya.

Diana pun keluar dari mobilnya, saking kagetnya ia karena telah menabrak pengendara motor. Ia melihat, jika pengendara motor tersebut telah tergeletak dengan darah berceceran di mana-mana.

Rasa takutnya semakin membuncah, Diana menangis dan refleks menutup mulutnya saking ia tak sanggup lagi berkata-kata.

Diana bingung, apa yang harus ia lakukan, melihat dua orang tergeletak didepan mobilnya. Ia tak mungkin mengaku, jika ini adalah perbuatannya, mengingat, sebentar lagi Diana akan menghadapi acara penting dalam hidupnya.

Tak lama lagi, pengesahan Direktur baru Bina Santosa akan segera digelar. Tentu saja Diana tak boleh melakukan kesalahan sedikitpun. 

Jika pimpinan perusahaan dan dewan direksi tahu, bahwa Diana telah menabrak pengendara motor, tentu sama namanya akan sedikit tercoreng.

Diana takut, jika perusahaan kakeknya itu malah jatuh ke tangan sepupunya. Semua pencapaian telah ia lakukan, Diana tak ingin karena masalah ini, akan membuatnya batal menjadi Direktur Bina Santosa.

Tanpa Diana sadari, ternyata ada sebuah senter menyoroti area tersebut. Melihat ada sinar, pancaran lampu dari senter tersebut, membuat Diana semakin kaget bukan main. 

Diana langsung masuk ke mobilnya, dan berniat untuk melarikan diri. Pemilik senter itu jelas melihat Diana yang barusan berdiri di luar dan melihat korban yang tengah tergeletak.

Diana pun langsung membelokkan mobilnya, dan berlalu meninggalkan korban yang ia tabrak. Pemilik senter itu ternyata Yudha. Yudha pun sontak berteriak, meneriaki Diana yang kabur, karena tak bertanggung jawab. 

"Hey! Berhenti lo! Woy, gak tau diri!" Yudha meneriaki mobil yang melaju dengan cepat.

Sejak berjalan di area sepi ini, Nada sudah benar-benar memiliki prasangka buruk. Mereka benar-benar kaget, melihat pengendara motor itu tergeletak, karena sepertinya telah ditabrak mobil mewah barusan.

Nada pun berjalan semakin mendekat pada korban tabrak lari tersebut. Saat langkah kakinya telah berada didekat korban, Nada merasakan sesuatu yang aneh.

Dadanya tiba-tiba sesak, saat dirinya menatap dan memerhatikan pengendara korban kecelakaan tersebut. Ketika Nada telah melihat korban, refleks Nada menjerit histeris.

Nada benar-benar syok bukan main. Karena korban tabrak lari itu ternyata adalah kedua orang tuanya sendiri. Betapa kaget dan tak percayanya Nada, melihat darah bercucuran, dan kedua orang tuanya tak sadarkan diri.

"Ya Allah, Astagfirullah hal adzim … Ibu …, Bapakkkkkkk …" Nada berhambur menuju kedua orang tuanya. Ia menangis histeris, Nada benar-benar kaget dan sama sekali tak percaya, akan kejadian yang menimpanya saat ini.

"Ya Allah, Nad, ternyata ini kedua orang tua lo. Sial, cewek tadi berarti sengaja niat tabrak lari! Woyyy, jangan kabur lo, sialan! Jangan kabur lo! Aarrggggggh sialaaaaan!"

"Aarrghhh, Yudha! Lo gila! Selametin Ibu sama Bapak gue! Ini yang paling penting! Cepet kita bawa mereka ke rumah sakit sebelum terlambat! Cepet panggil ambulans Yud!!! Jangan diem aja, cepeeeet!" teriak Nada histeris, ia tak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya.

Walaupun berlumuran darah, Nada tetap berusaha erat memeluk kedua orang tuanya. Ia sama sekali tak peduli, pada keadaannya saat ini. Yang terpenting, dan yang utama, adalah keselamatan kedua orang tuanya.

Untuk urusan orang yang menabrak lari orang tuanya, Nada akan cari tahi setelah nanti keadaan telah membaik.

"Kurang ajar! Manusia tak punya hati nurani!" Nada menangis sembari berteriak-teriak.

Terpopuler

Comments

Rhina sri

Rhina sri

menarik juga ceritanya... bikin kesel dikit udah nabrak malah kabur😤

2023-01-01

0

Rahmi Miraie

Rahmi Miraie

nyimak dulu masih mengikuti jalan cerita 😊

2022-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!