Bab 2. Di Rumah Sakit

Diana melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak memedulikan apapun lagi, selain ingin kabur dan menghindar dari insiden yang telah ia lakukan barusan.

Diana menekan pedal gas mobilnya sangat cepat dari sebelumnya. Ia ingin segera menghancurkan mobil ini, dan menghilangkan jejaknya. Diana tak boleh tercium melakukan kegilaan ini. Hal ini jelas bisa merusak reputasinya.

Dirinya tak boleh terkena masalah sedikitpun. Diana harus bersih, karena Diana adalah calon Direktur baru yang akan disahkan dalam minggu-minggu ini.

Diana enggan pulang ke rumahnya, karena ia takut pada kedua orang tuanya. Diana akhirnya memutuskan untuk menginap di sebuah penginapan terpencil, yang jaraknya jauh dari keramaian kota.

Setelah berhasil kabur dan menenangkan dirinya, Diana membuka ponselnya, dan menghubungi tunangannya. Diana ingin meminta pertolongan padanya, karena Diana yakin, hanya Gilang lah yang mampu menyelesaikan masalahnya.

Berulang kali Diana menghubungi Gilang, namun tak pernah jua Gilang mengangkat panggilannya. Diana geram, namun apalah dayanya, karena hubungannya dengan Gilang pun, merupakan hubungan karena sebuah keterpaksaan.

Diana dan Gilang sudah dijodohkan, karena kedua orang tua mereka berteman sejak lama. Namun pertunangan itu, hanya mendapat respon dari Diana, karena Gilang tak sedikitpun mencintainya.

"Ya Tuhan, Gilang ke mana sih? Kenapa dia selalu mengabaikanku? Aku tak peduli jika dia tak mencintaiku, tapi aku mohon, dia bantu aku untuk keluar dari masalah ini," 

Gilang adalah tunangannya, namun Diana sama sekali tak merasa memiliki tunangan. Gilang tak pernah ada untuknya, Gilang selalu mengabaikannya, seolah-olah Diana hanyalah benalu dalam kehidupan Gilang.

Tak lama, Gilang pun mengangkat panggilan Diana, karena merasa terganggu atas panggilan-panggilannya itu.

"Halo, ada apa? Ini sudah malam! Apa kau tak tahu waktu?"

"Sayang, sayang, tolong aku, bantu aku, aku menabrak pengendara motor! Aku ngebut di jalan, aku gak lihat kalau mereka mau belok. Ya Tuhan, aku takut sekali! Aku tak ingin terseret masalah ini, kau tahu kan, jadwal pengesahan Direktur itu sebentar lagi! Aku jelas tak boleh membuat kesalahan apapun. Gilang, tolong aku, kumohon … carikan orang yang mau bertanggung jawab atas tabrakan itu. Aku akan membayarnya, berapapun yang dia minta. Kumohon tolong aku, bantu aku, Lang, aku tak ingin terkena masalah apapun," Diana sepertinya menangis ketakutan.

"Yang kau pikirkan hanya jabatan dan perusahaan saja? Iya? Kau tak peduli pada orang yang kau tabrak? Di mana hati nuranimu itu ha? Kau memang keterlaluan! Di mana lokasi kau menabrak pengendara motor itu?" tanya Gilang serius.

"Di jalan garuda nomor empat, aku ngebut dan tak melihat mereka, Lang,"

"Jika itu di jalan garuda, maka mereka pasti dibawa ke Rumah Sakit Cempaka Putih. Aku yang akan tanggung jawab atas kecelakaan itu! Dasar wanita tak memiliki hati nurani! Kau sudah keterlaluan, Diana!

"Astaga, Gilang, Lang, jangan! Kau jangan terlibat apapun dalam kecelakaan itu! Jangan, Lang, kumohon! Kita tak boleh memiliki masalah apapun, sampai aku disahkan menjadi Direktur. Kumohon, bayar saja orang untuk—".

Tut, tut, tut, panggilan tiba-tiba terputus.

"Halo, Lang? Halo, Gilang? Aarrgghhh, sialan! Kenapa jadi dia yang harus bertanggung jawab!" Diana emosi, ia tak terima, jika Gilang harus melakukan hal tersebut.

Diana langsung melempar ponselnya saking emosi pada Gilang. Selalu saja Gilang membuatnya marah. Jika saja Diana mengadu pada orang tua Gilang, apakah semuanya akan baik-baik saja?

"Orang tuaku pasti akan marah besar padaku, jika tahu kejadian ini. Akan tetapi, Tante Merry, pasti akan tetap membantuku kan? Apalagi dia begitu menyayangi, dan mencintaiku. Aku yakin, jika Tante Merry pasti mau membantuku. Apalagi dia adalah jaksa, aku akan dengan mudahnya membuat keadaanku baik-baik saja. Masa bodoh dengan Gilang yang acuh padaku, akan tetapi Tante Merry pasti akan tetap membelaku," Diana tersenyum, ia tahu harus pada siapa ia meminta tolong.

Tante Merry adalah ibunda Gilang. Dia adalah orang yang paling menginginkan Gilang dan Diana bersatu. Apapun yang Diana lakukan, pasti akan selalu dibela oleh Tante Merry.

.

.

Rumah Sakit Cempaka Putih ….

Gilang bukan tipe orang yang mudah berbaik hati pada orang lain. Namun kali ini, entah kenapa, tiba-tiba saja ia merasa simpati, dan ingin melihat korban kecelakaan yang ditabrak oleh Diana.

Baru saja Gilang sampai di halaman depan rumah sakit, ia sudah diperlihatkan pemandangan menyedihkan dan memilukan.

"Ibu … Bapak … Nggak mungkin! Nggak mungkin kalian pergi! Gak mungkin kalian ninggalin Nada dan Nasya! Kita masih membutuhkan kalian. Ibuuuuu, Bapaaaaak, bilang semua ini bohong, kan! Semua ini hanya candaan saja kan! Kalian gak meninggal, kalian gak mungkin meninggal! Ini adalah hari ulangtahunku Bu, Pak! Aku harus mendapat kado ulang tahun dari kalian! Kenapa malah kado seperti ini yang kalian berikan padaku? Ha? Ibu ..., Bapak ...." suara histeris gadis itu terdengar jelas di telinga Gilang.

"Apakah dia adalah anak dari pengendara motor yang ditabrak oleh Diana? Apakah mungkin mereka meninggal? Kasihan sekali gadis itu, aku harus memastikannya, dan menolong mereka. Diana gila, dia memang kurang ajar! Kasihan sekali gadis polos itu, jika benar itu adalah ulah Diana, aku sungguh tak bisa memaafkannya!" batin Gilang, sembari melibat gadis cantik nan manis itu menangis histeris.

Terpopuler

Comments

Rahmi Miraie

Rahmi Miraie

secara ga langsung gilang udah mulai respect dgn nada..pantesan gilang mau melindungi nada ternyata kelakuan tunangannya jahat bgt

2023-01-01

0

Rhina sri

Rhina sri

kasian nada di tinggal kedua org tua nya.. nadia jahat juga yaa

2023-01-01

0

Evi

Evi

yg sabar

2022-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!