"Kurang ajar emang Om sama Tante lo. Mereka bener-bener gak punya hati. Udah lah, lo gak usah pikirin apapun lagi, Nad. Mulai dari sekarang, lo harus bisa rebut lagi kedai peninggalan kedua orang tua lo! Sayang banget, karena itu kan jelas hak milik lo dan adek lo. Jangan sampe jatuh ke tangan mereka yang serakah!" Sinta begitu berapi-api.
"Ya gimana lagi? Gue udah terlanjur memercayakan semuanya sama Om dan Tante gue. Awalnya gue gak ada pikiran jelek sama mereka. Sumpah, ini out of the box banget. Gue bakalan kesulitan buat ngerebut kedai itu. Gue cuma mau, Om gak kayak gitu. Katanya dia mau jadi pengganti Ibu sama Ayah, tapi kenapa sekarang mereka malah gak peduli sama uang kuliah gue? Sakit hati gue, Sin, sakit banget."
"Mulai sekarang, lo gak usah gubris mereka lagi, dan lo gak usah ngemis-ngemis minta duit ke mereka. Lo harus buktiin ke mereka Nad, kalau lo mampu, lo bisa hidup tanpa mereka. Cari kerja sampingan aja setelah ujian nanti," saran Sinta.
"Gimana cari kerja sampingan, Sin? Kuliah gue bukan kelas karyawan, yang bisa kuliah di malam hari, atau di weekend aja. Gue kan kelas reguler, yang tentunya musti kuliah tiap hari. Okelah nanti gue usahakan buat cari kerja, tapi untuk tiga juta ini? Gue cari dari mana? Om bener-bener gak punya perasaan," ujar Nada sembari menatap ke langit-langit luas.
"Lo tenang aja, untuk ujian semester kali ini, duit gue dulu aja. Lo gak usah pikirin cara bayarnya, gue gak akan nagih, karena gue tahu, lo punya duit dari mana? Ntar aja, kalau lo udah kerja, udah punya penghasilan, baru lo boleh bayar ke gue. Dah tenang aja, jangan pikirin apapun ya. Yang penting kita berbenah diri, dan terus berbuat baik sama siapapun,"
Mata Nada berkaca-kaca. Nada sungguh tak menyangka, memiliki sahabat sebaik Sinta. Di kala dirinya yang kesusahan seperti ini, rupanya ada yang ikhlas membantu dan menolong Nada.
"Ya ampun, Sin, kenapa harus gitu? Lo beneran? Maaf, maafin gue jadi ngerepotin lo. Sumpah, gue bingung harus ngomong apaan, ya ampun, gue malu banget sama lo, Sin," air mata itu lagi-lagi terjatuh.
Nada jadi begitu cengeng, setelah mengetahui Om-nya yang begitu serakah. Tak mudah baginya untuk melewati semua ini, apalagi tidak adanya dukungan dari siapapun.
"Lo gak usah banyak pikiran, tenang aja. Gue temen lo, gue sahabat baik lo. Gue gak mungkin biarin lo gak ikut ujian, hanya karena keserakahan Om dan tante lo. Udah yuk, balik, ngapain di sini aja. Gak akan ada cerita, om lo ke sini minta maaf ke lo dan ngasih duitnya! Gedek banget sumpah, mereka tuh bikin gue naek darah!" Sinta benar-benar larut dalam emosi.
"Ya ampun, thanks banget, Sin. Lo emang yang terbaik. Gue bingung harus bilang apa selain kata makasih. Maaf ya, gue ngerepotin lo banget. Yaudah, kita balik aja. Maaf ya, maaf banget,"
"Dah sih, gak usah lebay gitu. Ayo balik,"
Tak lama, saat Nada akan naik motor Sinta, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Nada mendapat sebuah panggilan dari Yudha.
"Eh, Sin, tar dulu. Yudha nelepon nih, gue angkat dulu bentar. Takutnya ada yang penting," ujar Nada.
"Oh, oke. Mau ngapain tuh buaya nelepon lo? Hati-hati kena perangkapnya!"
"Gak lah! Dia pasti mau bahas orang yang nabrak orang tua gue. Gue yakin banget, bentar ya,"
Sinta menganggukan kepalanya, sembari mengangkat kedua jempolnya pada Nada. Nada pun mulai mengangkat panggilan Yudha, dan berbicara dengannya.
"Halo, Yud, kenapa?"
"Nad, lu di mana? Kita harus ke kantor polisi sekarang! Polisi udah nemuin pengemudi dengan plat nomer yang kita bilang kemarin. Dan dia juga udah ngaku, Nad. Dia bilang, emang dia pelakunya. Dia bener-bener menyesal katanya, kita harus ke kantor polisi sekarang! Lo pasti akan dapat kompensasi tinggi, lo harus minta pertanggung jawaban dia! Kita harus masukin dia ke penjara, dan beri uang ganti rugi sama lo!"
"Gak semudah itu, Yud. Kita harus ikutin apa yang polisi bilang. Lagian, gak usah diperpanjang sih. Gue udah ikhlas sebenarnya, cuma gue mau dengar permintaan maaf dari dia aja, udah gitu doang. Biar gue semakin rela, semakin ikhlas ngadepin kenyataan pahit ini." Nada menghela napas.
"Oke, gue paham maksud lo. Ya udah, gue sekarang on the way ke kantor polisi. Gue masih di kampus sih. Lo di mana? Apa di kampus juga? Ya udah kita bareng aja gimana?" ajak Yudha.
"Eh, enggak bisa. Gue ada di taman kota, Yud. Kita janjian di kantor polisi aja ya? Ntar gue kabarin kalau udah sampai di sana," ujar Nada.
"Oh gitu, lo pasti lagi di kedai bakso lo ya! Oke deh, nanti kita ketemuan di sana aja! Bye, gue berangkat dulu," ucap Yudha.
"Oke Yud. Hati-Hati di jalan, ya,"
"Asiap!"
Panggilan pun terputus. Nada kini menatap Sinta, bermaksud untuk memberi tahu apa yang Yudha katakan padanya.
"Sin, lo pulang duluan aja, gue harus ke kantor polisi. Akhirnya orang yang nabrak lari orang tua gue ketangkap. Dan gue memang harus ke sana. Ini pasti makan waktu banyak, lo gak usah ikut,"
"Oh gitu tah, ya ampun, akhirnya dia ketangkap juga ya. Syukur deh, gue bener-bener lega dengernya. Biar tu dia dihukum seumur hidup aja deh! Lo harus bisa ngomong nanti. Sekalipun harus masuk pengadilan, gak apa-apa, karena lo ada di posisi yang benar. Gak usah takut, lo harus siap hadapi semuanya, ya, Nad! Gue tahu, lo cewek yang kuat. Lo cewek yang tegar," ujar Sinta menguatkan.
"Thank u so much, Sin. Lo emang bener-bener penguat gue. Lo penyemangat gue yang luar biasa. Ya Allah, terima kasih, terima kasih banyak atas teman-temanku yang baik dan perhatian ini …"
"Dasar lebay, biasa aja lagi. Ya udah, lo hati-hati ya. Gue pulang duluan kalau gitu. Bye, Nada,"
"Bye, Sin … Lo juga hati-hati ya," Nada melambaikan tangannya pada Sinta.
Akhirnya Nada pun mencari busway yang arahnya menuju kantor polisi. Nada semakin gugup, karena akhirnya ia akan dipertemukan dengan orang yang telah menabrak orang tuanya. Nada hanya berharap keadilan, dan hukuman yang tepat untuk penabrak orang tuanya.
Setelah Nada berlalu, seorang pria berpakaian jas hitam pun mulai menelepon seseorang. Entah siapa, wajahnya ditutupi masker, dan ia juga mengenakan kacamata.
Pria itu tengah menguping Nada sejak tadi. Pria aneh itu mulai menelepon seseorang, dan ketika panggilannya terhubung, dia berbicara :
"Dia akan ke kantor polisi, ada yang mengatakan, jika tersangka tabrak lari telah tertangkap dan akhirnya menyerahkan diri. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?"
Deg. Selama ini, ternyata ada yang memerhatikan Nada, dan selama ini juga, gerak-gerik Nada selalu dipantau oleh orang asing, yang bahkan, tak pernah Nada sadari semuanya.
"Untuk apa semua ini?"
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yati Yati
paling tunanganya cewek yg nanjak itu
2023-02-10
0
Rhina sri
waah siapa itu yg mata matain nada🙄
2023-01-03
0
Rahmi Miraie
orang suruhan gilang kah atau suruhan tunangannya gilang
2023-01-03
0