Pria itu menatap Nada sembari tersenyum tulus, lalu mendekat, dan ia turut jongkok di sebelah Nada, tak lupa ia juga menaburi bunga dan air di sekitar pusara makam.
"Siapa kau?" Nada menatapnya dengan tatapan sinis dan tak suka.
"Aku bukan siapa-siapa, aku hanya tak sengaja menguping orang itu merayumu. Jangan percaya padanya, dia bukan orang baik-baik. Aku sudah lama mengenalnya, dia adalah seorang penipu," ujarnya.
"Penipu? Tak mungkin! Kenapa kau kurang ajar sekali mengatakan jika pamanku adalah penipu? Jangan sembarangan bicara, ya! Dia adalah orang tua pengganti untukku! Kau tak usah ikut campur, apalagi jika harus menjelek-jelekkan pamanku!" teriak Nada tak terima.
Dia menghela napas panjang, memang tak mungkin Nada akan percaya begitu saja pada ucapannya. Siapa dia? Nada tak mengenalnya! Dia hanya orang asing, tak mungkin Nada bisa mendengarkan ucapannya.
"Kenalkan, namaku Gilang. Aku mahasiswa rantauan di sini. Aku pun terkadang berjualan makanan ringan di taman kota. Kau mungkin tak mengenalku, tapi aku serius mengatakan ini padamu. Jangan mudah percaya pada orang itu, karena dia hanya memanfaatkanmu saja. Aku sudah pernah tertipu olehnya," ujar Gilang.
"Aku tak butuh perkenalan darimu! Siapa kau? Masa bodo, aku tak peduli sedikitpun. Kau hanyalah orang asing, yang ikut campur dalam urusan keluargaku. Lebih baik kau pergi saja! Jangan pernah muncul lagi dihadapanku!"
"Mungkin kali ini kau pasti tak akan percaya dengan ucapanku. Aku hanya ingin kau berhati-hati aja. Aku tak menakutimu, tapi memang dia bukanlah orang baik-baik. Aku hanya mengingatkan saja,"
Nada geram, ia begitu kesal dengan ucapan orang asing itu. Sulit sekali membuatnya untuk pergi meninggalkan makam orang tuanya.
Akhirnya Nada memutuskan untuk meninggalkannya, karena orang tersebut terus saja berada di sampingnya, dan enggan untuk pergi. Padahal, sudah berulang kali Nada mengusirnya, namun ucapan Nada tak sedikitpun ia indahkan.
Nada berlalu, tanpa sedikitpun mengucapkan kata-kata apapun pada pria di sebelahnya. Dia memang keterlaluan, walau bagaimanapun, Anto adalah pamannya.
Anto adalah orang yang masih memiliki hubungan darah dengannya, tentu saja Nada tak akan dengan mudahnya percaya pada orang asing yang tak dikenalnya.
Nada pasti percaya pada pamannya, karena tak mungkin sang paman akan menipunya. Nada yakin, jika ucapan orang asing tadi salah, dan pamannya tak akan mungkin berani menipunya.
.
.
Waktu terus berjalan tanpa henti, hingga akhirnya, telah dua bulan berlalu, selepas kepergian orang tua Nada. Kini, mulai akhir semester, dan Nada harus membayar uang semester dengan uang bulanan yang sudah beberapa bulan ini tak kunjung dibayar.
Uang keuntungan dari kedai bakso orang tuanya, nyatanya tak pernah diberikan pada Nada seratus persen. Nada hanya diberikan uang makan dan bekal sekolah saja oleh Rina, sang tante.
Nada tak menyesal sedikitpun, karena memang akan lebih baik, jika uangnya dikelola oleh om dan tantenya saja, agar Nada mudah jika nanti ia membutuhkannya.
Seperti hari ini, menjelang akhir semester, Nada harus membayar uang kuliah, dan Nada memang berniat untuk mendatangi tante dan omnya ke kedai bakso mereka.
Semoga omset penjualan selama dua bulan ini mendapatkan hasil yang lumayan tinggi. Mengingat, Nada sudah memberikan resep bakso pada om dan tantenya.
Kedai pun terlihat semakin ramai dan banyak sekali pelanggan. Nada mendapat sebuah kabar, jika rasa baksonya kali ini lebih enak daripada sebelumnya.
Mungkin itu adalah resep yang awalnya Nada buat, hingga akhirnya kedai pun jadi semakin ramai. Nada bersama teman kuliahnya pun segera datang menuju ke kedai baksonya, berharap jika pelanggan tak akan terlalu ramai, karena ia ingin membicarakan perihal uang pada om dan tantenya.
"Nad, terakhir kali gue makan bakso di kedai ini tuh pas awal semester tiga kan? Sampe sekarang gue baru ke sini lagi, tapi dengan keadaan yang berbeda. Sumpah, gue sedih banget, Nad. Sekalinya gue datang ke sini, gue udah gak bisa lagi ketemu Ibu sama Bapak lo," ujar Sinta, teman kuliah Nada.
"Iya, Sin. Ibu sama Bapak udah pergi, sebelum lo ke sini lagi. Sedih sih, tapi gue harus kuat. Gue yakin, dibalik kejadian ini, pasti Allah punya rencana yang lebih indah. Gue cuma berharap, gue sama Nasya bisa bahagia, walaupun tanpa kehadiran Ibu dan Bapak. Semoga gue bisa bahagiain Nasya dengan kedua tangan gue, cuma itu harapan hidup gie satu-satunya, Sin," tiba-tiba saja air mata Nada mengalir.
Sinta mengangguk penuh haru. Ia tahu, luka yang Nada rasakan saat ini, bahkan akan sulit untuk disembuhkan.
"Yang sabar ya, Nad. Gue yakin, Allah punya rencana lain buat lo dan Nasya. Tetap tegar, tetap semangat menjalani hidup. Kan ada gue, dan teman-teman yang lain, yang siap hibur Lo, di kala lo lagi sedih, atau terpuruk. Udah, jangan sedih lagi. Ayo, kita masuk. Kedai bakso lu gak penuh banget kok kelihatannya, jadi lu gak susah minta duit, hihi …" Sinta terkekeh.
"Hish, elu nih, bisa aja deh, yaudah ayo, moga aja om gue ada. Agak risih kalau minta duitnya ama tante gue,"
"Pasti ada lah, ini kan hari sabtu. Karyawan ada yang libur ada yang setengah hari,"
Nada mengangguk. Sinta benar juga, jika karyawan pasti libur di hari sabtu. Nada dan Sinta pun semakin mendekat, dan masuk ke dalam kedai baksonya.
"Halo, Om, selamat siang," sapa Nada.
Anto dan Rina jelas kaget, melihat kedatangan Nada yang tiba-tiba. Biasanya, Nada akan mengirim pesan pada mereka, jika ia ingin bermain ke kedai.
Kali ini, Nada tak sedikitpun mengirim pesan pada mereka. Tentu saja mereka kaget bukan main, karena kedatangannya yang terkesan dadakan.
"Loh, Nada! Kok kamu gak bilang sih kalau mau ke sini? Kamu kan bisa kirim pesan dulu sama Om," Anto terlihat kaget karena kedatangan Nada yang terkesan dadakan.
"Maaf, Om, Nada gak ada kuota. Nada juga belum isi pulsa, karena uang saku Nada kepake buat iuran acara anak-anak."
"Ada apa kamu ke sini?" tanya Anto.
"Begini, Om, selama ini kan Nada gak pegang uang simpanan dari hasil penjualan Bakso, Nada hanya diberi uang saku saja oleh Om dan Tante. Nah, kali ini Nada mau minta uang Om, untuk bayar ujian semester sama uang bulanan yang belum Nada bayar," Nada begitu to the point pada tujuannya.
Sontak saja Anto dan Rina terlihat gugup dan tak suka dengan apa yang dibicarakan oleh Nada. Mereka tak suka jika Nada meminta uang dengan cara seperti ini.
"Kamu ini! Rupanya datang ke sini karena ada butuhnya saja ya! Pantas saja kau datang secara diam-diam! Nada, lihatlah! Kedai bakso ini sedang sepi! Om dan Tante belum memiliki uang pegangan! Balik modal saja belum, kamu malah dengan gampangnya meminta uang!" sentak Rina, tak terima.
"Loh, Tante, ini kan sudah dua bulan, pemasukan kemarin-kemarin pasti ada kan? Nada kan belum pernah memintanya. Selama dua bulan ini, Om dan Tante hanya memberi Nada dan Nasya uang untuk makan dan jajan sehari-hari. Sementara Nada, Nada tak pernah menerima yang katanya Om penghasilan bersih akan diberikan pada Nada seratus persen. Nada tak memintanya, hanya kali ini, Nada memang membutuhkan uang untuk bayar biaya kuliah, Om, Tante. Kumohon kalian mengerti, hanya tiga juta saja, untuk melunasi biayanya, agar Nada bisa ikut ujian akhir semester," ujar Nada dengan begitu memelas.
"Percuma kau memelas pun! Uangnya juga tidak ada! Nanti saja akan kami kabari, jika uangnya sudah ada! Sudah, pergi kamu! Memalukan sekali! Ada pelanggan datang, jangan ganggu kami! Pergi sana!" sentak Anto tanpa memedulikan hati dan perasaan Nada.
"Ya ampun, Nad, jahat banget Om dan Tante lo! Udah deh, kita pergi aja. Malu-maluin kayak gini tuh. Udah kita pergi, ayo!" Sinta mengajak Nada pergi dari kedai bakso tersebut, karena Sinta merasa, jika Nada terus di tempat ini, akan semakin menyakitkan baginya.
Nada terdiam, ia kemudian teringat pada ucapan pria yang beberapa bulan lalu berkata padanya di makam kedua orang tuanya.
"Ya Allah, kenapa Om dan Tante jadi seperti ini? Apakah ucapan pria asing waktu itu benar adanya? Tetapi, siapa dia sebenarnya? Apakah dia memang mengenal Om dan tanteku?" batin Nada, sembari mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
Ibu …, Bapak … Kenapa hidup Nada jadi seperti ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yati Yati
kmu ga percaya sombong udah muskin sombong org d liat gimana jgn main percaya ja kan bnr
2023-02-10
0
Rahmi Miraie
kamu siii ga percaya sama gilang
udah terlanjur jatuh..sekarang tinggal kamu berusaha merebut kmbali kedai bakso peninggalan orangtua km dr om dan tante kamu
dan nada tenang aja pasti gilang yg akan membantu melunasi uang semesteran kamu
2023-01-03
0
Rhina sri
klo udah gini nyesel kn... om sm tante km itu penipu, apa kah gilang bkl ketemu lg sm nada🤔🤔
2023-01-03
0