Cinta Yang Hilang
**Malam dimana engkau datang, kesunyian selalu menemani setiap helaan nafas yang tertahan disetiap waktu yang terus bergulir. Bintang seakan tahu apa makna yang tersembunyi dibalik bulan yang meredup menyembunyikan sinarnya.
Menelusuri hari-hari yang terasa begitu menyesakan tanpa seseorang yang bisa dijadikan sandaran untuk berkeluh kesah, mengungkapkan segala kegetiran dalam menghadapi pahitnya kehidupan yang dijalani seorang diri.
Aaahhh...Helaan nafas yang terasa berat keluar dari bibir tipisnya...Entah sejak kapan Arini terdiam, termenung menatap langit gelap yang selalu setia menemani setiap malam-malamnya. Sunyi....Sendiri....Terpuruk...Kesedihan dan kepiluan yang selalu ada didekatnya. Tak terasa air mata jatuh di pipi polosnya, Sakit...Itu yang dirasakan hatinya sekarang.
Lima tahun telah berlalu, lika liku kehidupan dia jalani seorang diri, jauh dari keluarga, kerabat bahkan teman-teman terdekatnya. Seolah kenangan itu tak mau beranjak pergi dari ingatannya. Seberapa besar dan kuat dia mencoba menghapusnya, kenangan itu seakan enggan pergi meninggalkannya.
Aditya....Yang pertama dan menjadi pria satu-satunya yang bisa masuk dalam hati seorang Arini. Laki-laki yang membuat hatinya selalu berbunga-bunga mengisi hari-hari indah penuh canda tawa dan rasa cinta. Dan Aditya pula yang menorehkan luka yang teramat sakit dalam kehidupannya hingga saat ini.
"Bunda...." Arini tersentak dari lamunannya. Menatap seorang malaikat kecil yang menjadi sumber kekuatan dan alasan dia untuk bertahan menjalani pahitnya kehidupan yang dia jalani. Segera Arini hapus air mata yang sedari tadi telah lolos dari bola matanya. Beranjak menghampiri buah hati kecilnya yang terbangun dari tidur malamnya.
"Bunda menangis?" Menatap dengan mata menyipit yang sulit untuk dia buka sepenuhnya.
"Tidak, ada sesuatu yang masuk kemata bunda." Mencoba menutupi kesedihan yang tak pernah Arini perlihatkan didepan buah hati kecilnya.
"Ada apa sayang, kenapa bangun ini masih malam, haus yah?" Tanya Arini sambil mengelus rambut kusutnya.
" Nggak Bun, aku pengen tidur dipeluk bunda."
Arini pun merebahkan tubuhnya," Sini bunda peluk besok kan harus bangun pagi buat sekolah." Mengecup puncak kepala dan memeluknya erat. Arini mencoba memejamkan mata agar bisa cepat terlelap bersama buah hatinya.
*****
Semilir angin berhembus mengalun lembut menerpa dedaunan.
Deburan ombak berkejar-kejaran, bergelung berpacu indah dengan serpihan cahaya yang temaram disinari sang rembulan.
Dinginnya angin tak menyurutkan kedua insan, segera beranjak menyusuri bibir pantai, untuk berlalu dari gelap yang menyelimuti malam.
Kegiatan api ungun masih berlangsung, terdengar sorak sorai diselingi canda penuh tawa. Kegiatan berlibur yang merupakan agenda tahunan kampus memang selalu rutin dilakukan setiap tahunnya, tentunya dengan tempat yang berbeda-beda dan beragam kegiatan yang bervariasi pula.
Arini berjalan dengan bertelanjang kaki diatas pasir putih yang terbentang jauh seakan tanpa ujung. Aditya dengan setia menggenggam tangan Arini erat dan tak berniat sedikitpun untuk melepaskannya.
Angin seolah senang bermanja-manja menerpa rambut panjang Arini hingga menutupi sebagian wajah cantiknya. Langkah Aditya terhenti menghadap Arini yang seketika ikut menghentikan langkahnya.
"Kenapa Dit..?"
"Kamu cantik." Menyampirkan rambut ditelinga Arini.
Nyesss.....seketika hati Arini berbunga-bunga seakan banyak kupu-kupu beterbangan diatas kepalanya.
"Apaan sih..." Jawabnya salah tingkah, menyembunyikan wajah yang mungkin sudah berubah merah seperti buah cherry.
Tak berani menatap wajah Aditya, Arini pura-pura anteng melihat gulungan ombak yang sebentar lagi akan menerjang kearah kakinya.
"Rin,, aku sangat mencintaimu, malam ini malan satu tahun kita bersama. Kamu masih ingat saat kita bertemu. Dari sejak pertama aku melihatmu, aku udah mulai tertarik sama kamu. Kamu gadis teristimewa buat ku, gadisku yang cantik dan sederhana."
Arini tersenyum mendengar kata-kata yang meluncur manis dari mulut Aditya, angan-angannya melambung tinggi menggapai bintang dilangit sana.
" Makasih Dit, makasih buat kamu yang selalu mencintaiku dan selalu setia menjaga hubungan kita."
"Kamu bisa janji satu hal buatku?" Mengelus pipi Arini dengan punggung tangannya.
"Apa....?"
"Janji buat nunggu aku sampai aku siap melamar kamu dan membawa mu kerumah orang tuaku. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu, aku nggak akan pernah menyakitimu. Kamu percaya kan sama aku?" Mencium tangan Arini.
"Kamu yakin dengan yang kamu katakan Dit?"
"Sangat yakin, aku nggak mau kehilangan kamu. Aku nggak bakalan bisa lewati hari-hari tanpa kamu."
Mengembang air mata Arini mendengar semua kejujuran Aditya. "Aku janji Dit, akan selalu sabar dan setia menunggu mu. Aku sayang kamu, makasih."
Aditya melepas genggaman tangannya dan memeluk Arini erat. Membelai rambut Arini lembut. Mengendurkan pelukannya mengelus pipi Arini dengan ibu jarinya, saling bersitatap penuh rasa cinta.
Aditya mendekatkan wajahnya, melihat bibir ranum Arini yang berkilat diterpa sinar ombak yang terpantul dari cahaya bulan, semakin membuat dia ingin menyentuhnya. Seketika Arini memejamkan matanya dengan rasa yang berpacu kencang tak beraturan. Sentuhan bibir Aditya terasa lembut dibibirnya. Aditya mengeratkan tangan dipinggang Arini dan menyelusup tengkuk Arini seakan tidak rela untuk segera mengakhirinya.
Hingga akhirnya mereka harus menyudahi semuanya sebelum mereka semakin larut dalam api cinta yang membakar gejolak jiwanya.
"Aku punya sesuatu buat kamu." Aditya mengeluarkan sebuah kotak bludru berwarna merah dari saku celananya.
Arini menerima dan membukanya. Ternyata cincin bermata merah delima.
"Ini cincin sebagai tanda keseriusan aku sama kamu." Aditya memakaikan cincin itu dijari manis Arini, sangat pas.
"Dit makasih, aku bener-bener seneng banget. Aku nggak nyangka kamu bakalan seserius ini." Arini meneteskan air mata bahagianya.
"Aku nggak mau melihat orang yang aku cintai meneteskan air mata, ini hari bahagia kita jadi aku ingin kamu selalu tersenyum untukku."
"Ini air mata bahagia Dit." Memukul dada Aditya manja.
"Aku tahu itu sayang, tapi aku lebih suka liat kamu tersenyum kalau lagi seneng." Mencubit pipi Arini gemas.
"Aku janji Rin, kalau nanti aku udah bisa cari uang sendiri aku akan ganti dengan cincin yang lebih bagus dari ini. Dan memberikannya didepan semua orang sebagai tanda kita benar-benar sudah resmi sebagai pasangan." Aditya kembali memeluk Arini benar-benar erat.
"Dit lepasin, kamu bikin aku sesak." Arini memukul-mukul punggung Aditya agar segera melepaskan pelukannya.
Aditya terkekeh kalau pelukannya menyakiti Arini, " Maaf sayang, aku terlalu bersemangat."
"Tapi nggak gitu juga kali." Arini memanyunkan bibirnya, tanpa dia sadari sikapnya itu membuat Aditya semakin ingin menyentuhnya lagi. Aditya kembali mencium bibir Arini mencecapnya penuh kelembutan. Deburan ombak menjadi musik pengiring keromantisan mereka yang berpayungkan langit gelap dan bintang sebagai penerangnya.
Dingin....Sepi....Gelap.....
Seketika Arini bangun dari tidurnya, nafas yang masih menderu, menahan kepala dengan kedua tangannya dan berusaha memejamkan mata untuk segera sadar dari mimpi yang membawanya kembali kemasa lalu.
Kenapa dia muncul dalam mimpiku,,Aacchhh...aku benci...benciiiii....
Dilihatnya jam menunjukan pukul 02.00 malam, diliriknya Nuno yang masih terbaring disampingnya. Menatap sendu pria kecilnya itu, terlihat begitu damai dan tenang dalam tidurnya.
Maafkan Bunda sayang, bunda tidak bisa memberikanmu kebahagian seperti ibu yang lain. Dan karena Bunda kamu tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi Bunda janji, Bunda akan menjadi Ibu sekaligus ayah yang hebat buat kamu....
Arini berjalan menuju lemari baju dan membawa sebuah kotak yang dia simpan dibawah bajunya. Arini membuka kotak itu, kotak bludru berwarna merah seperti dalam mimpinya. Arini masih menyimpan cincin pemberian Aditya. Cincin yang penuh kenangan manis. Jika suatu saat dia bertemu kembali dia akan berusaha tegar untuk bisa mengembalikannya dan bersikap berani berhadapan langsung dengan orang yang sudah meninggalkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Enovia Harnita
diawali dgn air mata....smh ending nya bahagia
2022-03-07
0
bunda aryuta
kyk,a ceritanya bgs nich
2022-02-08
0
Janah
awal ceritanya sudah penuh air mata 😭😭😭
2021-08-21
0