Tok...tok...tok...
Suara pintu terdengar diketuk.
Terdengar sahutan dari dalam ruangan.
"Masuk...!"
Kreaakkkk...pintu terbuka setengahnya.
"Selamat siang Pak Wiria."
Menjawab hanya dengan anggukan kepala. Seolah mengerti pria itu langsung duduk di sofa yang ada disampingnya.
"Bagaimana?" Tanyanya langsung.
Laki-laki itu langsung memberikan map yang berisi file yang sedari tadi dia pegang. Dengan cepat Wiria membuka file dan membacanya dengan seksama.
"Good job." Kembali menutup file tersebut. "Tak salah kau menggantikan ayahmu."
"Terima kasih Pak."
"Pastikan kedatangan putra dan menantuku tidak mendapatkan kendala apapun." Perintahnya.
"Baik Pak."
"Dan satu hal lagi, pastikan jangan sampai wanita itu kembali lagi ke kota ini apalagi sampai bertemu kembali dengan putra saya. Lakukan tugasmu dan jangan mengecewakan saya, bekerjalah seperti ayahmu."
"Saya akan berusaha melakukan yang terbaik sesuai keinginan Bapak." Jawabnya tegas.
"Bagus, kamu boleh pergi."
"Baik, saya undur diri. Selamat siang." Berdiri dan menundukan kepalanya dan berlalu dibalik pintu.
Setelah asistennya pergi, Wiria mengambil ponselnya hendak menelpon seseorang, sambungan telepon terhubung.
"Siapkan segalanya, sudah waktunya tiba." Begitu yang diucapkan Wiria dengan seseorang yang ada disebrang sana. Kemudian kembali menutup sambungan teleponnya.
Wiria berdiri menuju jendela ruang kerja yang menghadap ke taman luas yang ada dibelakang rumahnya. Memegang file yang sempat dia simpan di meja kerja dan melihatnya sekilas. Menatap pohon cemara yang berjajar disepanjang jalan yang beralaskan bebatuan kecil putih yang menghubungkan taman yang tertata apik dengan segala jenis bunga warna-warni dan tumbuhan hijau dengan gazebo yang didesain dengan ukiran khas jepara yang didepannya terdapat ayunan yang bisa diduduki empat orang yang saling berhadapan. Sungguh indah dan nyaman.
Mengingat kembali akan kenangan-kenangan indah bersama anak dan istrinya, yang selalu menghabiskan waktu bersama ditaman saat ia memiliki waktu luang di tengah jadwal pekerjaan yang banyaj menyita waktu.
Keluarga sempurna yang selalu penuh dengan kebahagian, yang siapapun orang melihatnya tidak akan pernah menemukan celah didalamnya. Tersenyum kecut, Wiria mengenang masa lalunya.Tapi itu semua seakan hilang bagai debu tertiup angin setelah seorang gadis datang dalam kehidupan putranya. Anak yang selalu menuruti semua keinginannya berubah menjadi anak pembangkang dan sangat sulit untuk dia kendalikan. Sampai akhirnya dia harus merelakan kepergian istri tercinta untuk selama-lamanya karena pertengkaran yang terjadi antara dia dan putra semata wayangnya itu.
Tidak ada seorangpun yang bisa membantah keinginanku, kau harus menjadi seperti apa yang aku kehendaki putraku. Sekarang dan untuk selamanya.
Ya begitulah Wiriaatmaja, seorang pengusaha sukses yang selalu penuh dengan ambisi. Dengan kekuasaan, status dan kedudukan yang dimilikinya apapun akan dia lakukan demi nama baik dan kehormatan yang dia junjung tinggi.
"Tuan..." Terdengar seorang perempuan memanggil namanya diiringi suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunannya.
"Ya masuk."
"Tuan makan siang sudah siap, apa tuan mau makan disini atau di meja makan. Nanti simbok siapkan." Tutur mbok Sumi, perempuan sepuh yang sudah lama bekerja sebagai asisten rumah tangga sejak Wiriaatmaja menikah.
"Dimeja makan saja." Jawab Wiria cepat.
"Baik. Oya tuan tadi Dokter Burhan menelpon, setelah jam makan siang Dokter Burhan akan kemari untuk melakukan check-up kondisi kesehatan tuan."
Dokter Burhan adalah Dokter kepercayaan keluarga Wiriaatmaja.
"Hemm..." Jawab Wiria.
Belum sempat mbok Sumi memegang handle pintu Wiria kembali berkata,"Mbok siapkan kamar Den Bagus, lusa dia akan kembali dengan istrinya."
Dengan mata berbinar mbok Sumi mengiyakan perintah majikannya dengan sumringah karena sudah lama mbok Sumi tidak bertemu dengan Den Bagusnya yang sudah dia asuh sejak masih bayi merah.
Mbok Sum sapaan akrabnya, menyunggingkan senyum setelah keluar dari ruang kerja Wiria. Berjalan tergesa menuju lantai atas seolah tidak sabar menanti hari agar cepat berlalu berganti lusa. Ia begitu menyayangi dan merindukan Den Bagusnya. Mbok Sum hanya mendengar cerita kalau Den Bagusnya sudah menikahi seorang gadis dari teman dekat Wiria di Jerman. Mbok Sum tentu saja tidak bisa datang dalan acara itu karena keadaan dan jarak yang sangat jauh. Mbok Sum hanya berharap dan berdoa kalau Den Bagusnya akan mendapatkan istri yang baik dan mencintai Den Bagus begitu juga dengan sebaliknya. Walau Mbok Sum tau bagaimana kehidupan asmara Den Bagusnya yang tidak berjalan mulus.
"Den akhirnya kamu pulang nak, Simbok kangen." Ucapnya dalam hati.
Mbok Sum segera merapikan dan membersihkan kamar, mengganti sprei menjadi warna kesukaan Den Bagusnya.
Suara bel berbunyi, menandakan ada seseorang yang akan datang untuk berkunjung. Mbok Sum segera turun kebawah membuka pintu masuk utama.
"Pak Dokter, silahkan masuk."
"Pak Wirianya ada Mbok?"
"Ada pak Dokter, tadi sudah simbok sampaikan pesan Pak Dokter. Sekarang tuan sedang makan siang. Sebentar simbok panggilkan. Pak Dokter silahkan duduk nanti simbok buatkan minum."
"Iya makasih Mbok."
Tak berapa lama Pak Wiria datang menghampiri.
"Selamat siang Dokter Burhan."
"Selamat siang Pak Wiria, bagaimana keadaan Bapak hari ini?"
"Ya beginilah, kadang masih suka terasa sakit dibagian sini." Menunjuk kearah dada sebelah kirinya.
"Itu masih sangat wajar Pak Wiria, karena jantung Bapak baru saja selesai dicangkok. Jadi saya harap Bapak tidak terlalu banyak melakukan kegiatan terutama tidak boleh banyak pikiran yang nantinya akan membuat Bapak menjadi stress."
"Saya akan ingat itu, mari Dokter kita lakukan pemeriksaannya dikamar saja." Dokter Burhan pun mengikuti langkah Pak Wiria menuju kamarnya.
Disana Dokter Burhan mengeluarkan semua alat medisnya, alat pendeteksi jantung, stetoskop dan lainnya. Mulai melakukan pemeriksaan secara bertahap. Tak lama MboK Sum membawakan minuman Dokter Burhan ke kamar Pak Wiria.
"Ini minumnya Pak Dokter."
"Terima kasih. Mbok ini resep obat yanh harus diminum Pak Wiria. Diminum dengan teratur jangan sampai terlewat. Usahakan makanan yang dikonsumsi diperbanyak sayuran dan buah-buahan. Dan kurangi makanan yang berlemak seperti daging. Paham ya Mbok?"
"Baik Pak Dokter, simbok paham."
Dokter Burhan selesai memeriksa Pak Wiria dan membereskan kembali peralatan medisnya kedalam tas yang dia bawa tadi.
"Pak Wiria ngomong-ngomong kapan anak Bapak pulang ke Indonesia?"
"Rencananya besok lusa dia akan kembali. Dia akan mengurus perusahaan saya disini karena kata Dokter Burhan sendiri tadi bilang kalau saya tidak boleh banyak melakukan kegiatan yang bisa membuat saya stress.
"Itu lebih baik Pak, seusia Bapak memang harus sudah berhenti dari dunia kerj. Bermain-main dengan cucu bisa membuat kita lebih rileks, tertawa senang melihat tingkah mereka. Bukannya anak Bapak sudah menikah, pasti sebentar lagi Bapak akan segera mendapatkan cucu."
Pak Wiria terdiam mendengar kata cucu, dia tidak berpikir sampai kearah sana. Pernikahan anaknya pun atas dasar perjodohan. Apa mungkin dia akan mendapat seorang cucu dalam waktu satu tahun usia pernikahan mereka.
"Ya sudah Pak Wiria saya pamit undur diri, saya harus kembali ke rumah sakit."
Kata-kata Dokter Burhan membuyarkan lamunannya.
"Oh iya silahkan. Terima kasih Dokter Burhan sudah menyempatkan datang kemari."
"Sama-sama Pak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Giesa
baca ceritanya harus fokus nih soalnya alurnya kdang maju mundur..hihihiiii
2021-08-11
0
Nofi Kahza
dr bab sbelumnya kn ada alur mundur. trs di bab ini kembali ke alur maju.
nah yg nglabrak arini di kafe untuk menjahui anaknya itu wiria kalau gk salah.
trs yg akan pulang ke indo itu aditya n istrinya.
apa bener gt thor?🤔
menurutku alurnya mudab dimengerti ko🥰
2021-04-01
1
Dina Abasia
malesss lanjut, berantakan banget alurnya
2021-02-05
2