Presdir Kejam Dan Istrinya

Presdir Kejam Dan Istrinya

Kak Alvin

Sepulang sekolah Andin dan Alvin pergi berjalan jalan untuk merayakan kemenangan Alvin saat lomba bahasa inggris tingkat nasional tujuh hari lalu.

"Andin? kamu mau nggak ikut aku makan makan? tenang aja nggak akan mahal kok, cuman makan bakso di warung pak mamat" Ujar Alvin memulai pembicaraan.

"Boleh kok kak, lagian Andin juga laper"

Mereka pergi ke warung bang mamat di pinggir jalan. Andin yang saat itu masih berusia 16 tahun dan Alvin berusia 18 tahun. Mereka makan di warung pedagang kaki lima, Alvin sangat tahu kalau Andin bukan tipe pemilih dan Andin sangat suka makan bakso di warung bang mamat. Mereka menyantap bakso itu dengan ceria, tetapi keceriaan mereka berubah ketika Alvin memberikan kabar yang menyedihkan bagi Andin.

"Andin?? A..a.aku sebenernya...... ada yang mau aku kasih tau ke kamu" Gugup.

"Kenapa kak??"

"Aku mau pamit ke kamu, aku akan ke luar negeri untuk kuliah, tapi sebelumnya aku mau bilang yang sejujurnya ke kamu. (menarik nafas dalam dalam) Aa,..aku suka ke kamu ndin" Ujar Alvin dengan keringat dingin yang membasahi wajah nya karena gugup.

"kak. . . (seketika terdiam mendengarkan ucapan Alvin) aku..aku udah tau kalau kakak suka sama aku, tapi kenapa harus ke luar negeri untuk kuliah?? aku belum siap kehilangan kakak"

"Andin.. setelah aku selesaikan pendidikan aku, aku pasti kembali ke negara ini lagi, aku akan ajak kamu makan di sini dan lamar kamu disini" ucap Alvin sembari memegang kedua tangan Andin berusaha meyakinkan.

"Aku akan setia mencintai kamu ndin. Aku harap selama aku kuliah di sana kamu akan tutup rapat hati kamu untuk pria lain" tambah Alvin sekarang tangan nya berpindah dan memegangi pipi Andin dengan penuh cinta.

Andin tercengah, dia melepaskan tangan Alvin dengan pelan dan mengatakan;

"Kak.. baik baik di sana yah, aku harap semuanya akan jadi seperti itu. (Berdiri dan menggandeng tangan Alvin dengan senyuman ceria di wajahnya yang tengah berusaha tetap tegar) Ayo kak, nanti terlalu sore aku sampai ke rumah"

"Oke.. mau aku antar??"

"Sebenernya itu tawaran yang bagus sih,.. cuman kita masih kecil! mana boleh bawa kendaraan bermotor??!"

"Itu kan kamu! (menyentil dahi Andin) kalau kakak sih udah ada KTP!"

(mencubit lengan Alvin) "Isshh iya deh si tua. Kejar aku kalau bisaa bleee" (Menjulurkan lidah nya dan berlari meninggalkan Alvin)

"Aww,, sini kamu!! awas kamu yah!!" (Berlari mengejar Andin)

Setelah berlarian lumayan jauh nafas mereka berdua tak teratur dan karena lelah akhirnya mereka memutuskan berhenti di depan minimarket.

"Kak?? huh huh huh...masuk nggak??"

Ucap Andin yang tubuhnya membungkuk karena lelah.

"Ayokk!"

Mereka masuk ke dalam minimarket tersebut. Andin mengambil air mineral dua dan Alvin membeli beberapa snack untuk dirinya dan Andin. Setelah puas berbelanja mereka ke kasir, akhirnya mereka keluar dari minimarket tersebut mereka berjalan lumayan jauh dan duduk di tepi jalan, menyantap semua yang mereka beli.

"Kak?"

"hm?"

"Makasih ya buat ini nya (tersenyum ceria)"

"Iyaa"

"kak? ngomong ngomong kakak mau berangkat ke luar negeri tanggal berapa? masih lama kah?" Tanya Andin sembari meminum air mineral.

"Kalo nggak salah... Tiga hari setelah ini deh!"

"aa..?(menelan air mineral yang ada di mulutnya) tiga hari? kenapa secepat itu kak? aku harus gimana supaya bisa hubungin kakak?"

"Aku udah siapin ini sebelum aku pamit ke kamu.." (mengeluarkan selembar kertas dari saku celana nya)

"Ndin? Di dalam kertas ini ada nomor kakak dan beberapa tentang akun sosial media kakak. Kamu nggak usah khawatir, kakak nggak akan gonta ganti nomor telepon sampai kita jumpa lagi. Dan kalau pun kakak ganti nomor telepon, disini ada nama akun sosial media kakak kan?, jadi..kita bisa terus berhubungan lewat ini. Kamu harus simpan ini baik baik yah!" (memberikan selembar kertas yang sudah di lipat itu kepada andin)

"Kira-kira kakak di luar negeri berapa lama?"

"Kurang lebih sih sekitar 6 tahun, sampai kakak jadi dokter."

"Lama sekali kak" Wajah Andin menjadi datar, matanya yang dari tadi memperhatikan Alvin yang sedang bicara kini hanya bisa tertunduk.

"Kamu jangan sedih.. Kakak pasti kembali lagi kok" (mengelus punggung Andin berusaha menenangkan Andin)

"Janji???" Ucap Andin. (mengajukan jari kelingking nya)

"Iya janji" (merangkul jari kelingking Andin dengan jari kelingking milik nya)

Mereka berdua pulang, di sepanjang mereka berjalan mereka terlihat bahagia dan ceria. Kurang kurang nya sekitar sepuluh menit mereka telah tiba di depan rumah Andin. Tangan Andin yang bergandengan dengan tangan milik Alvin sepanjang perjalanan, sekarang Andin melepaskan gandengan tersebut, matanya terbuka lebar terkejut mendapati kaca rumahnya yang di coret. Alvin setelah merasa gandengan tangan nya di lepas oleh Andin dia langsung berbalik berjalan hendak pulang setelah lumayan jauh dari tempat Andin melepaskan gandengan tangan nya, tiba-tiba Andin dengan tubuh nya yang mematung di tempat karena terkejut, memanggil Alvin.

"Kakkk! kak Alvin??! kak liat ini deh kak!!"

Alvin menoleh, dan dia kaget kira kira kenapa sama Andin, dia berlari kecil menghampiri Andin yang tengah mematung itu.

"Kenapa ndin??. Hah!!? (Melihat kaca dan tembok rumah Andin) pe..la..kor??? ja..lang...?? mati saja kau ******..." Alvin membaca beberapa dari coretan itu yang masih terlihat lumayan jelas dengan nada suara yang pelan bahkan Andin sendiri nyaris tak dengar.

"Ndin??? kamu..ini.. ndin?" Kini Alvin tak tau harus berkata apa kepada andin, bicara nya sungguh membingungkan.

(menggandeng tangan Alvin) "Kak! ayo masuk! kita liat di dalam!" (Berlari kecil memasuki rumah yang di coret itu)

"Ayah???!! yah??!! ayah dimana yah??!!" teriak Andin mencari ayahnya ke seluruh penjuru yang ada di rumah nya bersama Alvin.

"Kak? gimana udah ketemu sama ayah?"

"Belum ndin.. coba kita ke lantai atas! mungkin om alex ada di sana.."

Mereka berlari menaiki anak tangga dan benar saja mereka mendapati Alex yang duduk di samping ranjang tidurnya sedang menangis tak bersuara. Mereka berdua menghampiri Alex yang tengah menangis.

"Yah?? Gimana semua ini.. k,,ke,,kenapa yah??" Tanya Andin memegangi tangan ayahnya yang sedang menangis.

"Ndin... hu hu hu ini semua gara-gara ibu kamu. hiks hiks hiks tega tega nya dia buat rumah kita jadi begini,.."

"Emang nya ada apa yah??"

"Ibu kamu sudah pergi entah kemana,.. dia,..dia pergi sama suami orang,.. hiks hiks hiks Ketika melihat kehadiran alvin ayah andin segera menghapus air matanya kenapa kamu kesini bawa teman???! apa kamu nggak malu sama keadaan kita yang sekarang ini?? bisa bisa kamu jadi bahan olokan di sekolah ndin!!"

"Nggak yah, kak Alvin nggak akan kaya gitu, kak Alvin beda sama anak anak yang lainnya! dia kakak Andin di sekolah yah!"

"Andin? ayah sama ibu sudah cerai dua hari yang lalu, sekarang kamu mau ikut ayah atau putuskan untuk cari ibu kamu. Yang jelas disini ayah masih bisa buat hidupin kamu, ayah berharap banget kamu mau ikut sama ayah, tapi ayah nggak bisa maksain ini ke kamu"

"Kalau ayah udah tau yang sebenarnya kenapa ayah masih nangis? apa ayah masih berat buat lepasin ibu?"

"Ayah nggak peduli soal wanita itu lagi. Ayah cuma khawatir kalau kamu bakalan milih untuk cari dia, dan ayah bakalan disini sendirian, ayah nggak bisa ndin..ayah nggak bisaa" hiks hiks hiks

Andin masih merangkul ayah nya yang menangis dengan melipat kakinya, dia mencoba memberi kehangatan dalam rangkulan nya itu.

"Nggak yah, Andin mau ikut sama ayah, ayah jangan nangis lagi. Andin nggak bisa liat ayah nangis." Ujar Andin yang berusaha menenangkan ayahnya.

"Om, Andin? jangan sedih lagi, dari pada kita begini nggak ada gunanya, gimana kalau kita mulai buat beli cat? nanti bakalan Alvin bantuin kok om," Ujar Alvin yang berbicara di tengah sunyi nya ruang itu.

Ayah Andin yang mendengar usulan Alvin karena setuju, dia bergegas menghapus bekas air mata yang mengaliri pipinya. Andin turut senang karena ayah nya mampu bangkit secepat itu. Seketika rangkulan Andin terlepas dari ayahnya.

"Gimana kalau kalian yang beli cat nya?? nanti biar ayah yang bantu siapin alat cat nya!"

"Iya yah,," Jawab Andin dengan sopan kepada ayahnya.

Mereka berdua pergi meninggalkan ruangan itu, saat menuruni tangga tiba-tiba terbesit di pikiran Alvin;

"Ndin? apa ya kamu harus pindah rumah?, lagian kan nanti mereka juga bakalan neror di sini lagi, itu sih menurut aku jauh lebih baik dan aman buat kamu sama om alex."

"Ah. . nggak perlu kak, ini tempat satu satunya yang jadi kenangan terakhir pas keluarga Andin masih utuh. Andin nggak mau buru buru pindah rumah, siapa tau mungkin suatu hari nanti ibu bakalan pulang dan jenguk Andin disini."

*Bisa bisanya Andin masih menaruh harapan yang padahal dirinya sendiri tahu kalau itu nggak akan jadi kenyataan. Andin kemungkinan nya kecil untuk sesuai sama apa yang kamu ingin kan! Umpat Alvin di dalam hatinya setelah mendengar perkataan Andin.

"Yah..semoga aja sama kayak yang kamu omongin barusan ndin,"

Alvin hanya bisa mengatakan itu saja sebagai dukungan nya kepada andin.

-------------------------

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

senja

senja

kkta ktanya kya gmna gtu.. ..

2021-12-27

0

Tirtha Zahra

Tirtha Zahra

masih nyimak, tapi kata2 nya ko kaya gk enak di baca y

2021-08-06

0

Nurul Aini

Nurul Aini

lanjut

2021-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!