NovelToon NovelToon

Presdir Kejam Dan Istrinya

Kak Alvin

Sepulang sekolah Andin dan Alvin pergi berjalan jalan untuk merayakan kemenangan Alvin saat lomba bahasa inggris tingkat nasional tujuh hari lalu.

"Andin? kamu mau nggak ikut aku makan makan? tenang aja nggak akan mahal kok, cuman makan bakso di warung pak mamat" Ujar Alvin memulai pembicaraan.

"Boleh kok kak, lagian Andin juga laper"

Mereka pergi ke warung bang mamat di pinggir jalan. Andin yang saat itu masih berusia 16 tahun dan Alvin berusia 18 tahun. Mereka makan di warung pedagang kaki lima, Alvin sangat tahu kalau Andin bukan tipe pemilih dan Andin sangat suka makan bakso di warung bang mamat. Mereka menyantap bakso itu dengan ceria, tetapi keceriaan mereka berubah ketika Alvin memberikan kabar yang menyedihkan bagi Andin.

"Andin?? A..a.aku sebenernya...... ada yang mau aku kasih tau ke kamu" Gugup.

"Kenapa kak??"

"Aku mau pamit ke kamu, aku akan ke luar negeri untuk kuliah, tapi sebelumnya aku mau bilang yang sejujurnya ke kamu. (menarik nafas dalam dalam) Aa,..aku suka ke kamu ndin" Ujar Alvin dengan keringat dingin yang membasahi wajah nya karena gugup.

"kak. . . (seketika terdiam mendengarkan ucapan Alvin) aku..aku udah tau kalau kakak suka sama aku, tapi kenapa harus ke luar negeri untuk kuliah?? aku belum siap kehilangan kakak"

"Andin.. setelah aku selesaikan pendidikan aku, aku pasti kembali ke negara ini lagi, aku akan ajak kamu makan di sini dan lamar kamu disini" ucap Alvin sembari memegang kedua tangan Andin berusaha meyakinkan.

"Aku akan setia mencintai kamu ndin. Aku harap selama aku kuliah di sana kamu akan tutup rapat hati kamu untuk pria lain" tambah Alvin sekarang tangan nya berpindah dan memegangi pipi Andin dengan penuh cinta.

Andin tercengah, dia melepaskan tangan Alvin dengan pelan dan mengatakan;

"Kak.. baik baik di sana yah, aku harap semuanya akan jadi seperti itu. (Berdiri dan menggandeng tangan Alvin dengan senyuman ceria di wajahnya yang tengah berusaha tetap tegar) Ayo kak, nanti terlalu sore aku sampai ke rumah"

"Oke.. mau aku antar??"

"Sebenernya itu tawaran yang bagus sih,.. cuman kita masih kecil! mana boleh bawa kendaraan bermotor??!"

"Itu kan kamu! (menyentil dahi Andin) kalau kakak sih udah ada KTP!"

(mencubit lengan Alvin) "Isshh iya deh si tua. Kejar aku kalau bisaa bleee" (Menjulurkan lidah nya dan berlari meninggalkan Alvin)

"Aww,, sini kamu!! awas kamu yah!!" (Berlari mengejar Andin)

Setelah berlarian lumayan jauh nafas mereka berdua tak teratur dan karena lelah akhirnya mereka memutuskan berhenti di depan minimarket.

"Kak?? huh huh huh...masuk nggak??"

Ucap Andin yang tubuhnya membungkuk karena lelah.

"Ayokk!"

Mereka masuk ke dalam minimarket tersebut. Andin mengambil air mineral dua dan Alvin membeli beberapa snack untuk dirinya dan Andin. Setelah puas berbelanja mereka ke kasir, akhirnya mereka keluar dari minimarket tersebut mereka berjalan lumayan jauh dan duduk di tepi jalan, menyantap semua yang mereka beli.

"Kak?"

"hm?"

"Makasih ya buat ini nya (tersenyum ceria)"

"Iyaa"

"kak? ngomong ngomong kakak mau berangkat ke luar negeri tanggal berapa? masih lama kah?" Tanya Andin sembari meminum air mineral.

"Kalo nggak salah... Tiga hari setelah ini deh!"

"aa..?(menelan air mineral yang ada di mulutnya) tiga hari? kenapa secepat itu kak? aku harus gimana supaya bisa hubungin kakak?"

"Aku udah siapin ini sebelum aku pamit ke kamu.." (mengeluarkan selembar kertas dari saku celana nya)

"Ndin? Di dalam kertas ini ada nomor kakak dan beberapa tentang akun sosial media kakak. Kamu nggak usah khawatir, kakak nggak akan gonta ganti nomor telepon sampai kita jumpa lagi. Dan kalau pun kakak ganti nomor telepon, disini ada nama akun sosial media kakak kan?, jadi..kita bisa terus berhubungan lewat ini. Kamu harus simpan ini baik baik yah!" (memberikan selembar kertas yang sudah di lipat itu kepada andin)

"Kira-kira kakak di luar negeri berapa lama?"

"Kurang lebih sih sekitar 6 tahun, sampai kakak jadi dokter."

"Lama sekali kak" Wajah Andin menjadi datar, matanya yang dari tadi memperhatikan Alvin yang sedang bicara kini hanya bisa tertunduk.

"Kamu jangan sedih.. Kakak pasti kembali lagi kok" (mengelus punggung Andin berusaha menenangkan Andin)

"Janji???" Ucap Andin. (mengajukan jari kelingking nya)

"Iya janji" (merangkul jari kelingking Andin dengan jari kelingking milik nya)

Mereka berdua pulang, di sepanjang mereka berjalan mereka terlihat bahagia dan ceria. Kurang kurang nya sekitar sepuluh menit mereka telah tiba di depan rumah Andin. Tangan Andin yang bergandengan dengan tangan milik Alvin sepanjang perjalanan, sekarang Andin melepaskan gandengan tersebut, matanya terbuka lebar terkejut mendapati kaca rumahnya yang di coret. Alvin setelah merasa gandengan tangan nya di lepas oleh Andin dia langsung berbalik berjalan hendak pulang setelah lumayan jauh dari tempat Andin melepaskan gandengan tangan nya, tiba-tiba Andin dengan tubuh nya yang mematung di tempat karena terkejut, memanggil Alvin.

"Kakkk! kak Alvin??! kak liat ini deh kak!!"

Alvin menoleh, dan dia kaget kira kira kenapa sama Andin, dia berlari kecil menghampiri Andin yang tengah mematung itu.

"Kenapa ndin??. Hah!!? (Melihat kaca dan tembok rumah Andin) pe..la..kor??? ja..lang...?? mati saja kau ******..." Alvin membaca beberapa dari coretan itu yang masih terlihat lumayan jelas dengan nada suara yang pelan bahkan Andin sendiri nyaris tak dengar.

"Ndin??? kamu..ini.. ndin?" Kini Alvin tak tau harus berkata apa kepada andin, bicara nya sungguh membingungkan.

(menggandeng tangan Alvin) "Kak! ayo masuk! kita liat di dalam!" (Berlari kecil memasuki rumah yang di coret itu)

"Ayah???!! yah??!! ayah dimana yah??!!" teriak Andin mencari ayahnya ke seluruh penjuru yang ada di rumah nya bersama Alvin.

"Kak? gimana udah ketemu sama ayah?"

"Belum ndin.. coba kita ke lantai atas! mungkin om alex ada di sana.."

Mereka berlari menaiki anak tangga dan benar saja mereka mendapati Alex yang duduk di samping ranjang tidurnya sedang menangis tak bersuara. Mereka berdua menghampiri Alex yang tengah menangis.

"Yah?? Gimana semua ini.. k,,ke,,kenapa yah??" Tanya Andin memegangi tangan ayahnya yang sedang menangis.

"Ndin... hu hu hu ini semua gara-gara ibu kamu. hiks hiks hiks tega tega nya dia buat rumah kita jadi begini,.."

"Emang nya ada apa yah??"

"Ibu kamu sudah pergi entah kemana,.. dia,..dia pergi sama suami orang,.. hiks hiks hiks Ketika melihat kehadiran alvin ayah andin segera menghapus air matanya kenapa kamu kesini bawa teman???! apa kamu nggak malu sama keadaan kita yang sekarang ini?? bisa bisa kamu jadi bahan olokan di sekolah ndin!!"

"Nggak yah, kak Alvin nggak akan kaya gitu, kak Alvin beda sama anak anak yang lainnya! dia kakak Andin di sekolah yah!"

"Andin? ayah sama ibu sudah cerai dua hari yang lalu, sekarang kamu mau ikut ayah atau putuskan untuk cari ibu kamu. Yang jelas disini ayah masih bisa buat hidupin kamu, ayah berharap banget kamu mau ikut sama ayah, tapi ayah nggak bisa maksain ini ke kamu"

"Kalau ayah udah tau yang sebenarnya kenapa ayah masih nangis? apa ayah masih berat buat lepasin ibu?"

"Ayah nggak peduli soal wanita itu lagi. Ayah cuma khawatir kalau kamu bakalan milih untuk cari dia, dan ayah bakalan disini sendirian, ayah nggak bisa ndin..ayah nggak bisaa" hiks hiks hiks

Andin masih merangkul ayah nya yang menangis dengan melipat kakinya, dia mencoba memberi kehangatan dalam rangkulan nya itu.

"Nggak yah, Andin mau ikut sama ayah, ayah jangan nangis lagi. Andin nggak bisa liat ayah nangis." Ujar Andin yang berusaha menenangkan ayahnya.

"Om, Andin? jangan sedih lagi, dari pada kita begini nggak ada gunanya, gimana kalau kita mulai buat beli cat? nanti bakalan Alvin bantuin kok om," Ujar Alvin yang berbicara di tengah sunyi nya ruang itu.

Ayah Andin yang mendengar usulan Alvin karena setuju, dia bergegas menghapus bekas air mata yang mengaliri pipinya. Andin turut senang karena ayah nya mampu bangkit secepat itu. Seketika rangkulan Andin terlepas dari ayahnya.

"Gimana kalau kalian yang beli cat nya?? nanti biar ayah yang bantu siapin alat cat nya!"

"Iya yah,," Jawab Andin dengan sopan kepada ayahnya.

Mereka berdua pergi meninggalkan ruangan itu, saat menuruni tangga tiba-tiba terbesit di pikiran Alvin;

"Ndin? apa ya kamu harus pindah rumah?, lagian kan nanti mereka juga bakalan neror di sini lagi, itu sih menurut aku jauh lebih baik dan aman buat kamu sama om alex."

"Ah. . nggak perlu kak, ini tempat satu satunya yang jadi kenangan terakhir pas keluarga Andin masih utuh. Andin nggak mau buru buru pindah rumah, siapa tau mungkin suatu hari nanti ibu bakalan pulang dan jenguk Andin disini."

*Bisa bisanya Andin masih menaruh harapan yang padahal dirinya sendiri tahu kalau itu nggak akan jadi kenyataan. Andin kemungkinan nya kecil untuk sesuai sama apa yang kamu ingin kan! Umpat Alvin di dalam hatinya setelah mendengar perkataan Andin.

"Yah..semoga aja sama kayak yang kamu omongin barusan ndin,"

Alvin hanya bisa mengatakan itu saja sebagai dukungan nya kepada andin.

-------------------------

BERSAMBUNG...

Wanita gila??

Mereka membeli cat di sebuah tokoh kecil yang lumayan jauh dari kediaman Andin, mereka pergi naik angkutan umum untuk bisa sampai ke tokoh tersebut. Setelah membeli cat mereka keluar dari tokoh dan berjalan hendak pulang. Andin membawa sekantung plastik yang berisi cat, sedangkan Alvin membawa dua kantung plastik di tangan nya.

"Kak? Andin haus nih,, kakak ada air nggak?" Ujar Andin merintih kehausan.

"Kamu haus ya? Bentar (menaruh dua kantung plastik itu di tepi jalanan yang di naungi bayang bayang pohon besar) kamu tunggu di sini dulu yah ndin." (Langsung berlari setelah nya)

"Kak!!?? mau kemana!!??" Teriak Andin dari tempat ia berdiri.

"mau beli air! kamu tunggu situ aja!" Jawab Alvin yang masih berlari kecil.

Lumayan lama Andin menunggu Alvin datang, di depannya terdapat banyak sekali angkutan umum yang melintas, hal itu membuat Andin terus merasa tak sabar menunggu Alvin datang, Andin merasa takut kalau nanti saat Alvin datang angkutan umumnya sudah tak ada yang melintas.

*Duhh, kak Alvin kemana yah, kok masih belum muncul, apalagi ini banyak banget angkot yang lewat, lagian aku juga sih! ngapain pake minta air segala! jadinya kan kak Alvin harus beli. Terus gimana kalau misalnya kak Alvin dateng dan udah nggak ada angkot yang lewat?? kan harus nunggu dua kali! Semoga aja kak Alvin cepet cepet deh!

Saat Andin bergumam di dalam hatinya tiba tiba seorang wanita menabrak Andin dari belakang sehingga Andin yang dari tadi berdiri menunggu Alvin, terjatuh,,lutut nya mencium tanah dan celana panjang nya menjadi sedikit kotor. Andin sesegera mungkin bangun, dia membersihkan celana panjang nya lebih tepatnya di bagian lutut, dan ia melihat kalau ibu yang tadi di tabrak angkot. Andin hendak menolong, tetapi tangannya di tarik Alvin dari belakang,

"Ndin?! jangan!!" (Menarik pergelangan tangan Andin berusaha mencegah Andin ter tabrak mobil karena Andin tak melihat lihat saat hendak menolong wanita itu)

"Kak Alvin?.. Kak! ibu yang tadi itu di tabrak angkot!!... kak kasihan!" Ujar Andin dan berjalan gegabah kembali ingin menolong wanita tadi.

Saat Andin melihat bahwa wanita tadi tak ada di jalanan, Andin merasa terkejut, bola mata nya melebar dan kepala nya berulang kali mencari keberadaan wanita tadi. Tetapi ia tak sedikitpun melihat batang hidung wanita yang barusan ter tabrak angkot. Saat merasa kebingungan, Alvin berdiri tepat di belakang Andin dan membawakan sebotol air minum dingin;

"Ndin? Minum dulu, (Mengulurkan sebotol air minum kepada andin)"

Andin mengangguk dan mengambil air yang ada di tangan Alvin. Sesegukan air melewati dahaga mereka, Andin dan Alvin kembali duduk di bawah naungan bayang bayang pohon besar tadi. Alvin merasa gerah dan lelah karena membeli air mineral itu cukup jauh, di tambah lagi dia pulang dan pergi harus berlari agar Andin tak merasa terlalu lama menunggu nya.

"Ndin? kak Alvin kelamaan yah?"

"Enggak kak.. jangan ngomong begitu.. Andin makasih banyak karena kakak udah nyelametin Andin dari keserempet mobil" Cakap Andin sembari menutup botol minumnya.

"Ahh nggak papa kok ndin, mm... mumpung masih ada beberapa angkot yang melintas, gimana kalau kita pulang sekarang?? kali ini kamu nggak capek kan??"

"Enggak kok! Ayok!!"

Andin dengan penuh semangat berdiri dan membantu membangunkan Alvin dari duduk nya dengan menjulurkan tangan nya. Alvin memberhentikan salah satu angkot yang sedang melintas dan mereka berdua naik di dalamnya hendak pulang. Sekira kiranya kurang dari 15 menit barulah mereka sampai. Karena rumah Andin berada di dalam suatu gang yang terhubung dengan jalan raya, akhirnya mereka turun di depan gang memasuki harus berjalan jika hendak ke rumah Andin. Tetapi Andin melihat seorang wanita yang tengah menangis menutupi wajah nya dengan kedua tangannya, dia duduk melipat lutut, karena merasa kasihan Andin mendekati wanita itu dan menanyainya, saat itu Alvin sedang membayar angkot yang baru saja mereka turuni. Pakaian wanita itu sangat kotor dan tak terawat sepertinya dia kabur dari rumah nya.

"Ibu?? kenapa nangis disini??"

Andin dudu di depan wanita itu dan salah satu tangannya mengelus pelan di punggung wanita itu berusaha menenangkan.

"Pelakor!! wanita itu pelakor!! hiks hiks hiks.. jal*ng wanita itu benar benar jal*ng yang menjijikkan!! dia mengambil suamikuu hiks hiks hiks.. bawa kembali suamikuu!!! hu hu huu...."

Wanita itu menangis di pelukan Andin, karena merasa kasihan Andin memberikan kehangatan di dalam pelukan nya, tiba-tiba terlintas di pikiran Andin;

*Apa bener jal^ng yang maksud itu.... hah!!? ibu?! mungkin aku harus tanya sekali!

Dengan memeberanikan diri tangan Andin meraba saku celana nya mengambil telepon genggam nya.

"Buu.. apa orangnya seperti ini??"

Andin menunjukkan foto ibunya kepada wanita yang baru saja ia lepaskan dari pelukan nya.

"Nah!! ini dia si jal*ng tak ada tahu diri itu!! dia.. dia yang curi suami saya!! dia yang curi!! saya mau ambil balik suami saya!!!!"

Wanita itu tak lagi memperdulikan Andin setelah dia melihat foto ibu Andin, dia langsung berteriak dengan penuh amarah, dan pergi meninggalkan Andin, dia berlari kesana kemari tak jelas, Andin merasa bersalah dan dia hanya bisa menundukkan pandangan nya, ia merasa sedih atas yang ibunya lakukan sehingga membuat wanita itu mengalami depresi berat.

"Ndin?? kenapa??"

Alvin muncul di samping Andin yang tengah tertunduk diam itu.

"Orang gila itu? Bukannya dia yang tadi nabrak kamu? mungkin aja bukan dia?.. tapi kenapa aku rasa dia sedikit mirip yah..."

"Kak! orang itu... dia... ibuk... ibuk udah salah sama dia kak! Dia istri yang suaminya kabur sama ibuk,,"

Andin berbicara terpenggal penggal, dia tak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Kamu jangan terlalu mikirin hal itu! Dia orang gila, mungkin aja dia hanya mengarang ngarang cerita di otaknya. Mendingan sekarang kita pulang, nanti keburu malem yang mau nge cat!"

Mendengar ucapan Alvin tadi seketika perasaan Andin merasa sedikit lebih tenang, dan mereka berdua berjalan kaki ke rumah Andin. Setibanya di rumah, ayah Andin sudah menunggu di depan pintu dengan telepon genggam milik Alvin.

"Nah kalian pulang juga akhirnya! Vin, dari tadi hp kamu ada yang telfon, karena kamu nggak ada,.. jadi om yang angkat telfon nya. Itu dari mama kamu dia minta om kasih tau kamu kalau kamu udah nyampe di rumah om, kamu harus pulang segera! Katanya penting!"

"Oh begitu kah? ya sudah om saya mau pulang, om nggak apa akan kalau saya nggak bisa bantuin nge cat??"

"ah! saya mah nggak apa atuh! ini hp kamu (memberikan telepon genggam milik Alvin) makasih yah udah bantuin Andin beli cat. Kamu hati hati di jalan yah nak! Om nggak bisa menjamu kamu, soalnya kata mama kamu itu hal yang penting, jadi om nggak berani buat ulur ulur waktu. Om harap kamu ngerti yah nak"

"Iya om, saya pulang dulu. Dah om"

**Alvin berlari keluar dari gang tersebut, dia khawatir kalau pesanan tiket pesawat keluarga nya dapat jadwal terbang besok pagi, dia sesegera mungkin memberhentikan angkot yang melintas dan langsung menaiki nya.

Sementara di rumah Andin,.. ayahnya tak memperbolehkan Andin mengecat di sore hari begini, dia menyuruh agar Andin mengecat berdua bersama dirinya di keesokan pagi**.

"Kamu mau ngapain??" Tanya Alex kepada Andin yang hendak mengambil peralatan mengecat.

"Udah jangan nge cat sekarang! masih ada besok! ayo masuk! ini udah sore loh!"

"Aa?.. iya yah Andin lanjutin besok aja."

Mereka berdua masuk ke dalam rumah...

-----------------------

BERSAMBUNG...

Wanita gila ini bunuh diri (!?)

Andin dan ayahnya masuk ke dalam rumah, di atas meja makan sudah tertata 3 mangkuk yang berisikan mie kuah siap makan.

"Andin?? ayo kita makan mie dulu, kamu pasti capek!" Ujar pak alex meminta agar Andin makan bersama dengannya.

Dengan senyum kecilnya Andin mengiyakan ucapan ayah nya. Mereka menyantap mie itu hingga habis, sekarang tersisa 1 mangkuk mie lagi yang masih utuh. Andin menatap ayah nya dengan mata sendu yang cantik miliknya. Dia mengira kalau ayahnya masih terbiasa dengan kehadiran ibunya. Lalu Andin memutuskan bertanya ;

"Ayah? mie yang ini... apa ayah keinget ibu??"

"Aah..mie itu? sebenernya ayah pengen menjamu Alvin..secara kan dia udah baik mau bantuin kita beli cat. Tapi karena orang tuanya telfon dan bilang begitu,..yah, apa boleh buat?? Kalau soal ibu kamu, ayah harus bisa merelakan dia dengan hidup barunya, mungkin itu kehidupan yang ibu kamu dambakan dan ayah nggak bisa wujudkan. Kamu tau sendiri kan, pelayan restoran kayak ayah mana ada uang sebanyak pria ibu kamu?..."

Dengan nada yang merendah dan tatapan mata yang tertunduk, pak alex sesekali menghela nafas. Andin yang dari tadi mendengarkan ucapan ayahnya, dia merasa sedih atas kejadian yang menimpa ayahnya. Tetapi rasa penasaran di hati Andin, dia memeberanikan diri menanyakan hal hal lainnya lebih mendalam ;

"Ayah?? Kenapa ayah masih nggak sedih setelah ayah tau kalau ibu kabur dengan pria lain?? Atau ay..."

Belum sempat Andin melanjutkan pertanyaan nya, pak alex segera menyekat dengan jawaban nya.

"Ayah udah tau dari dulu!, bagaimana ibu kamu berhubungan dengan pria itu, dia bermalam di hotel berdua, kencan berdua, dan banyak lagi!. Setiap kali ayah tanya dia dari mana, dia jawab kalau dia ada urusan pekerjaan dengan bos nya. Ayah nggak bisa menggugat cerai ibu kamu, ayah masih pikirkan kamu, 'kelak bagaimana sama Andin?? dia masih butuh ibu! kalau aku ceraikan ibunya, lalu siapa yang akan Andin panggil ibu??' Ayah takut nanti kamu akan benci ke ayah, jadi ayah masih pura-pura bodoh dan nggak tau apa-apa soal kelakuan ibu kamu, kalau ayah tau dia akan buat begini, baik ayah ceraikan dia hari itu!!"

Pak alex menceritakan semua yang ingin Andin ketahui, wajah nya dipenuhi rasa kecewa, dia berdiri dari kursi yang di duduki nya dan mengambil mangkuk yang sudah kosong, dia menata dan membawa mangkuk itu untuk di cuci, Andin memeluk ayahnya dari belakang saat ayahnya mencuci mangkuk dan berkata ;

"Ayah! ayah jangan sedih lagi! Andin janji nggak akan ninggalin ayah! Andin nggak akan tanya soal ibu lagi ke ayah! ayah jangan sedih yaa, Andin minta maaf kalau Andin buka luka lama ayah.."

Dengan penuh kasih sayang, Pak alex mengelus pipi Andin dengan satu tangannya.

"Ayah nggak apa apa ndin, anggap ini semua pelajaran buat kamu, kelak kalau kamu jadi istri, kalau bisa jangan sampai ber cerai dengan suami kamu, kamu harus pikirkan anak anak kamu nantinya oke??"

Andin dengan senyum nya mengangguk di bahu ayahnya. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu, dan hal itu membubarkan suasana mereka berdua,

"Siapa itu yah? (yang di maksud ayah) Nggak papa ayah lanjutin aja, biar Andin yang buka."

Andin berjalan hendak membukakan pintu, tetapi ketika ia melihat wanita yang tadi ia rangkul saat menangis di jalanan depan gang, kini berada tepat di pintu rumahnya, sehingga membuat Andin terkejut dan bicara nya terbata-bata.

"Kamu lagi!!? ngapain kamu disini!!" Tanya wanita gila itu dengan nada yang tinggi.

"In..ee..ini rumah saya. Kenapa buk??"

"Kamu siapa nya jal*ng ini?!! Huh?!!" Teriak nya lagi.

"Say..saya anaknya, kenapa buk??"

"Hah??! anak?? Kenapa? kenapa? kenapa orang yang saya pikir baik, kenapa semua samaaaaaa! huu huu..."

Wanita ini menangis sejadi jadi nya di luar pintu, suaranya yang bising membuat Pak Alex menghampiri Andin. Sebelum pak alex tiba di samping Andin, wanita itu langsung berlari pergi dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Siapa itu ndin? kamu kenal? kenapa dia nangis disini?"

"Dia.. emm..dia cuma ketemu di jalan aja kok yah, emm.. mending kita masuk, ini sudah petang loh yah."

Sesegera Andin menutup pintu, dia berjalan menaiki anak tangga hendak beristirahat di kamarnya. Pak alex pun begitu, hingga matahari telah terbit. Andin masih tertidur di atas ranjang dengan balutan selimut di tubuhnya. Tiba-tiba pak alex membangunkan Andin dengan menepuk nepuk pipi Andin, Andin yang terkejut langsung duduk di ranjang itu dengan mata yang terbelalak lebar masih mengantuk.

"Andin!? kamu jangan diem aja! tadi Alvin dateng ke sini, dia bilang dia mau berangkat dan suruh kabarin ke kamu!"

"aaa?... Kak Alvin?... mau kemana dia?... (mengucek matanya) Kak Alvin!!? Ya ampun!! kenapa ayah baru ngomong sekarang?!!!"

Andin bangun dari ranjang nya dengan terburu buru, dia kebingungan kesana kesini tak jelas.

"Ya.. maafin ayah ndin, sebenernya ayah mau bangunin kamu pas Alvin masih disini, cuman kata dia jangan nggak usah kasian takut ganggu tidur kamu. Tapi kalau pun kamu nyusulin dia, dia baru 10 menit keluar dari rumah kita."

Pak alex berbicara kepada Andin yang sudah masuk ke kamar mandi, entah kenapa begitu cepat Andin keluar dari kamar mandi, dan ternyata dia hanya mencuci mukanya saja. Andin langsung berlari keluar dari kamarnya dan berteriak ;

"Ayah!! Andin mau cari kak Alvin!! Ayah di rumah aja!!"

Pak alex menggelengkan kepala nya di dalam kamar Andin yang pintu nya terbuka, dan seketika terbesit di dalam pikirannya ;

*Aishh, sepertinya aku harus mengecat sendiri! sudahlah, lebih baik aku mulai dari sekarang!

Andin menaiki angkot setelah berlari keluar dari gang rumahnya, setelah lumayan jauh dari rumahnya Andin mendengar supir angkot bergumam

*Ckckck, sepertinya orang gila di sini sudah tak ada yang peduli.

*Hah?! orang gila??

Andin melihat ke arah jendela, dan benar saja, seorang wanita sedang berdiri di tepian jembatan, di bawah jembatan itu terdapat sungai dengan aliran arus yang sangat kuat, di tambah lagi banyak sekali pecahan botol miras dan bebatuan dengan ukuran besar, bahkan kalau kau mati dan mayat mu hanyut di sungai, polisi tak akan korbankan nyawa nya untuk mencari mayat mu!

"Berhenti pak! berhenti! saya disini aja pak!"

Andin pun turun dari angkot dan berlari, saat wanita itu hendak menjatuhkan tubuhnya dari jembatan yang tingginya 90 meter dari permukaan tanah, Andin dengan sigap menarik pergelangan tangan wanita itu, alhasil sementara waktu wanita itu kembali berdiri di tepian jembatan.

"Buk!! jangan!! ini bahaya!! kalau ada masalah harusnya di bicarakan baik baik dulu buk!!" Teriak Andin,

Semakin lama semakin licin tangan Andin yang memegangi pergelangan tangan wanita itu, tetapi Andin masih berusaha menahan nya sedangkan wanita itu tak mengatakan apapun dan mendorong kuat tubuh Andin sehingga membuat Andin terjatuh di jalan, dia segera melompat ke sungai itu.

Byyurr..

Wanita itu sudah masuk ke sungai yang ber arus deras itu, anehnya semua orang yang melihat kejadian itu mereka biasa saja, bahkan saat Andin terjatuh mereka menanyai Andin.

"Dek?? apa adek baik baik saja??"

(Andin segera bangun) "Eh.. iya saya baik baik aja" (Andin berlari ke tepian jembatan itu, melihat keadaan wanita itu) "Pak?! om?! ituu!!! tolongin!!!"

Andin semakin panik, dia berteriak namun tak ada yang ingin membantu wanita yang menceburkan dirinya ke sungai berbahaya itu. Sampai ada seorang ibu ibu yang menepuk bahu Andin dan berkata ;

"Nak? Jangan panik!, tempat ini memang sering terjadi hal hal serupa seperti hari ini, memang kebanyakan yang berbuat hal seperti itu disini adalah orang orang yang memiliki gangguan kejiwaan dan orang orang depresi, itu bukan salah kamu! itu salah keluarga nya, kenapa kalau tahu ada yang tidak waras masih saja tidak di jaga baik baik.. jadi, kamu jangan panik lagi yah."

"Tapi!! dia kasihan!..."

"Sudah sudah, biarkan saja."

*Andin.. ngapain kamu harus terlibat yang kayak begini? orang orang disini biasa saja, kenapa kamu harus lewatin waktu yang bagus?! kak Alvin pasti sudah naik pesawat!! Hilang sudah kesempatan bertemu untuk terakhir kalinya sebelum berpisah, semoga kakak selalu baik baik saja sampai kita jumpa lagi..

----------------------

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!