Mereka membawa Andin ke suatu tempat yang bahkan Andin sendiri tak tahu, tapi nampaknya seperti gedung pabrik tua. Mereka turun dari mobil, dan masih saja menodongkan senjata di kepala Andin, kini mau tak mau Andin yang ketakutan itu harus ikut dengan kemana mereka membawanya.
Andin mengikuti kemana mereka membawa Andin. Setibanya di dalam bangunan tua itu Andin di duduk kan secara kasar oleh mereka berempat.
"Kalian ini siapa? Kenapa bawa aku kesini?" Tanya Andin dengan suara kecilnya yang terlihat sangat ketakutan.
"Aku rasa aku nggak pernah buat salah sama kalian, dan aku juga nggak kenal sama kalian." Pandangan nya tertunduk kedua tangannya meremas bungkusan uang yang ada di pangkuannya.
Seseorang dengan langkah kakinya yang gagah datang dari balik pintu.
Dengan pakaian yang rapi, dan paras yang tampan dia berjalan menuju Andin yang tertunduk diam.
Lelaki itu mencengkram dagu Andin dan membuat Andin menatap wajahnya.
"Kamu...Andin?" Mengangkat satu alisnya.
Menyipitkan mata, penuh dengan tanda tanya;
"kk..kamu..kamu siapa?"
"Jadi apa benar kamu yang namanya Andin?"
"I..i..iya"
Mencengkram dagu Andin dengan kuat.
"Aauu.." Seru Andin merasa kesakitan.
"Benar ini ibu kamu? (Menunjukkan ponsel dengan foto ibu Andin di dalam nya)"
"Iya, benar"
Dia melepaskan cengkraman nya dan memberikan isyarat kepada anak buahnya untuk pergi meninggalkan Andin sendiri.
Kini di ruangan itu hanya ada Andin seorang,
"Kalau aku teriak juga nggak akan mengubah apapun! Sebelum petang dan menjadi gelap aku harus keluar! Ayah butuh uang ini"
Andin menyebarkan pandangan matanya ke segala penjuru yang ada di dalam ruangan tersebut, sampai akhirnya dia menemukan sebuah jendela tanpa kaca.
Andin memutar otak, bagaimana caranya agar dia dapat mencapai jendela yang lebih tinggi dari tubuhnya.
Andin mendapatkan ide, dia menyusun beberapa benda yang sudah bergeletakan di dalam ruangan tersebut. Dia menyusun sedemikian rupa agar bisa mencapai ke jendela itu dan keluar untuk melanjutkan mencari Ayahnya.
Tetapi saat Andin memanjat, seseorang membuka pintu, yang benar saja lelaki tampan tadi dengan empat orang di belakangnya yang mengikuti dengan rapi.
"Rupanya mau kabur yah! (senyum sinis) Kalau bisa keluar dari tempat ini juga belum pasti bisa selamat sampai rumah loh!"
Andin terkejut, dia menjadi tak seimbang dan jatuh ke lantai, dengan sesegera Andin mengambil uangnya yang jatuh dan memegang nya erat erat. Dia takut lelaki ini akan mengambil uangnya.
Berjalan menghampiri Andin, mengeluarkan ponsel nya dan menunjukkan video Ayah Andin yang tak sadarkan diri di dalam tempat misterius.
Andin menjadi sangat panik, matanya terbelalak lebar dengan tatapan yang kosong.
"A..ayah..." Lirih Andin.
"Ka..kamu mau apakan Ayah? Ayah ada dimana?" Tambah Andin.
Andin memegang semakin erat uang yang ada di pangkuannya, dengan perlahan mundur karena ketakutan, dia menunduk dan menangis tak bersuara.
"Apa yang kamu pegang itu?" Tanya hans dengan wajah dingin nya.
Andin tak menjawab, dia masih menangis dan menjauhi hans yang berjongkok di depannya.
"Apa itu? cck (Berdecak kesal)"
Hans mengambil benda itu dari tangan Andin dengan kasar. Dia membukanya dan melihat uang dalam jumlah banyak di dalamnya.
"Kamu mencuri?" Menatap Andin.
"Uang itu.. jangan.. itu uang pinjam, Ayah harus berobat"
"Hmph, kamu kira penyakit yang parah begitu bisa sembuh dengan uang se sedikit ini?" Hans bicara dan melempar benda itu ke sembarang tempat.
Andin beranjak hendak mengambil kembali uang yang Hans lempar, tetapi Hans dengan cepat memerintahkan orang nya untuk mengambil uang itu.
"Kalian ambil dan simpan uang itu!"
Salah satu dari empat orang itu mengambil uang Andin, sementara Andin menatap penuh rasa ketidakrelaan, Tangan Hans yang kuat menarik tangan mungil milik Andin, Andin pun terkejut;
"Kamu, kalau mau Ayah tercinta selamat dan sembuh, aku akan buat pilihan. Dan kamu hanya boleh menjawab satu kali."
Hans semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Andin dan Andin hanya diam saja ketakutan.
"Antara hidup kamu atau hidup Ayah kamu!" Tambah Hans.
Hans berdiri dan meninggalkan Andin, kemudian empat orang Hans membawa Andin kembali ke mobil mewah tersebut. Saat supir pribadi Hans membukakan pintu mobil, Hans berbalik melihat ke arah Andin yang tengah berjalan dengan todongan senjata tepat di sekeliling kepalanya.
"Jadi.. apa jawaban kamu?? kalau itu kehidupan kamu, maka aku akan hubungi orang orangku yang sudah stay disana untuk segera bunuh dan buang jasad Ayah kamu!" Hans mengancam Andin sekali lagi.
"Jangan, biarin Ayah hidup, jangan.. aku mohon.. aku cuman punya Ayah hiks.. hiks.. hiks.."
Andin menjawab dengan air mata yang mengaliri pipinya.
"Hmph, gadis yang baik! kamu penurut juga yah, kalian bawa dia ke villa pribadi! Mengerti!"
"Ya tuan!, mengerti!" Jawab mereka serentak.
---------------
Villa pribadi Hans
Andin masuk dengan langkah kaki kecilnya, jujur saja Andin tak pernah mendapati rumah yang besar nan mewah seperti ini.
*Rumahnya besar juga, sepertinya dia bukan orang biasa, kenapa dia bawa aku kesini? emangnya dia mau bunuh aku disini kah?
Andin bergumam sembari melihat lihat rumah tersebut. Andin melihat di sofa sudah ada pria yang mencengkram dagu barusan, dia terlihat lesuh dan menyandarkan tubuh di sandaran sofa yang empuk. Matanya tertutup, sementara Andin mematung setelah melihat keberadaan Hans.
"Aku lelah!" Ujar Hans kepada Andin.
"Hah!? Kamu bilang apa?"
"Apa telinga kamu tuli??? cepat pijat kakiku!"
Hans menaikkan kedua kakinya ke atas meja di depannya. Andin tak menjawab, dan dia langsung berjalan ke Hans, dia duduk dan memulai pijatan nya.
"Umm. . . aku harus mulai darimana?"
"Betis!"
Andin memijat nya dengan hati-hati, dia memijat dengan lemah lembut. Tetapi itu tak membuat Hans merasa puas, dia memang sengaja mencari kesalahan agar bisa secepatnya menghukum Andin.
"Terlalu pelan!"
Andin menambahkan tekanan dalam pijatan nya. Jujur bagi Andin ini kali pertama ia memijat seseorang, bahkan Ayahnya tak pernah meminta Andin untuk memijat kaki.
"Masih kurang!" Tambah hans dengan mata tertutup nya.
Sekali lagi Andin menambahkan tekanan dalam pijatan nya. Dan itu membuat presdir ini marah karena merasa sakit;
"Aakhh!.. (Mendorong Andin dengan kakinya sehingga Andin terpental sedikit ke belakang) Apa kamu mau bunuh aku,?! hah?!!!" Teriak Hans kepada Andin.
"Maaf, tapi kamu terus minta untuk lebih kuat, jadi aku.."
Belum sempat Andin melanjutkan bicara nya, Hans sudah menarik kuat rambut Andin.
"Aku ini tuan kamu! kamu bawahan! gunakan bahasa yang pantas!"
Hans berbicara dengan mendekatkan wajahnya ke Andin. Andin hanya menyeringai ketakutan.
"Aaa..auu, sakit.. lepaskan!" Andin berlirih kesakitan.
"Maka dari itu, mulai dari sekarang panggil aku tuan!"
Hans melepaskan tangan nya dari rambut Andin.
"I..i..iya tuan"
"Kali ini aku biarkan kamu! tapi lain kali, akan ada hukuman yang menyiksa!"
Setelah mengancam Andin, Hans pergi menaiki anak tangga, dia bergumam dalam hatinya;
*Kamu rasa aku akan biarin keluarga kalian bahagia, sementara sampai sekarang jasad ibu belum di temukan! hmphh! mimpi! Andin, kamu cuman satu satunya cara agar si jal*ng itu mau kembali ke negara ini lagi! ckckck.. betapa na'as nya kehidupanmu setelah aku jadikan kamu istriku! liat saja nanti!
-----------------------
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Rohayati Aye
hhhm mulai ngartiiii😂😂😂 jngn kejam" nti ky novel"yg lain.ujung"nya buciiin😉😉😉
2021-09-26
0
Mia Mia
Ak kira alfin ank y wanita gila yg bnuh diri loh
2021-08-10
0
Ratna Utami
kasihan andin
2021-05-06
0