Kill Me Please!
Gerakkan kaki yang susah untuk dijalankan, rambut panjang yang dikepang dengan kepangan dua sisi tampak berkilau dibawah cahaya matahari yang mulai terbit. keringat bercucur dipipinya, itu semua tidak menutupi wajah cantik yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang.
Mei melangkah menyurusi tepi jalan. Melihat sekeliling namun berakhir memandang lurus kedepan. Melangkahkan kaki yang tak sanggup lagi berjalan, tetapi tetap dipaksakan untuk terlihat normal.
Langkah kaki Mei sangat lambat, karena kedua kakinya saat ini tengah terluka. Luka yang membuat orang-orang takut melihatnya. Untungnya ia mengenakan celana panjang yang lebar. Jadi, lukanya tertutupi walau masih belum sepenuhnya sembuh.
Seharusnya ia mengenakan celana pendek agar lukanya cepat kering. Tetapi, ia lebih memilih untuk menutupi luka dari pada mengumbarnya.
Mei mengendong tas yang berisikan Sayuran untuk dijadikan Sarapan pagi ini. Kenapa tidak menentengnya, karena tangan kanan dan kirinya juga terluka. Jadi, untuk bisa membawanya ia harus mengendong tas itu.
“Lihat,lihat...kamu tahu orang tuanya tidak mau merawat dia.”
“Bagaimana mau merawatnya... dia itukan jelek, malas lagi. Yang ku dengar, dia anak pungut kan?”
“Kasihan,”
“Untuk apa dikasihani,justru seharusnya kita membantu dirinya agar sadar bahwa jarang-jarang ada orang yang mau menampung hidup seperti dirinya,”
“Kamu benar.Tapi,dia tidak akan kenapa-napa dengan luka ditubuhnya? Kemarin malam aku mendengar suara hempasan cambuk,”
“Alah...itu pasti karena dia sudah melakukan kesalahan, wajar saja ia dihukum. Sudah jangan dilihat, Kamu mau menampung hidup seorang pemalas?”
“Ah tidak-tidak...cukup keluargaku saja yang susah,aku tidak mampu menampung satu orang lagi.”
“Nah,jadi tidak perlu dikasihani.”
Bisikan.bukan, lebih tepatnya gosip orang-orang untuk Mei. Setiap kali pergi kepasar dan melewati jalan setempat, Ia akan mendengar perkataan orang-orang untuknya.
Mei mematikan indra pendengaran, sehingga ia tak perlu mendengar hal-hal seperti itu. Lanjut berjalan dan pulang adalah tujuannya. Seperti itulah kehidupan Mei yang penuh akan tantangan.
Melangkah dan terus melangkah, meski terluka tetaplah melangkah. Indah bukan?, mendapatkan hidup yang penuh dengan duri seperti ini.
Mei berjalan sampai didekat desa tempat tinggalnya, jarak pasar kota dengan desa tak terlalu jauh untuk orang yang punya kendaraan. Mungkin, sekitar 30 menit agar tiba di pasar.
Dan untuk Mei sendiri, ia hanya berjalan kaki dari desa kekota. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana ia berjalan dari jam 5 pagi hanya untuk pergi kepasar dan pulang secepatnya agar bisa membuat sarapan dan berangkat kesekolah dengan tepat waktu.
Kaki yang terluka tidak membuatnya mengeluh. Ia terus melangkah meski rasa sakitnya bertambah. Mei tidak perduli dengan keadaannya, yang penting ia bisa pulang karena jam 7 ia harus berangkat kesekolah.Jadi, tidak boleh terlambat.
Saat ingin melangkah menuju kejalan yang biasa dilalui. Ada gang kecil yang jarang digunakan, dan itu adalah jalan pintas yang membuat Mei lebih cepat pulang.
Langkahnya berhenti saat ia mendengar suara aneh didepannya. Gang itu tak gelap hanya tampak kelam. Mungkin karena matahari tak menerangi, jadi suram dipandangannya.
“Apa ada orang disana?”ucap Mei dengan suara tenang. Tetapi, kedua tangan dan perasaannya bergemetar.
“...”
Tak ada jawaban, Mei menganggap bahwa suara bising yang terjadi,hanya suara kucing atau tikus yang sedang mencari makanan. Jadi, ia melanjutkan perjalanannya lagi tanpa menyadari seseorang menatapnya.
Gang sempit menjadi akses jalan pintas, memiliki panjang yang lumayan, mungkin sekitar 15 menit untukmu bisa melihat cahaya. Karena gedung-gedung bekas bangunan itu menutupi cahaya matahari. Sehingga makin dalam melangkah semakin gelap.
Mei sudah terbiasa dengan suasana dingin ini. Apa lagi suara-suara tak jelas. Seperti suara gesekkan atau suara benda terjatuh.
Namun kali ini ia memiliki perasaan aneh, sangat aneh. Langkah yang sulit ia lakukan, membuatnya harus melakukannya dengan cepat.
Matanya memandang sekeliling sambil mengatur nafas. Langkah terluka itu masih harus membuatnya terus berjalan. Sampai tak berapa lama, ia memutuskan untuk berlari.
Kaki yang sakit itu terasa hilang saat takutnya melandang, ia benar-benar takut sekarang.
Apa yang membuatnya takut. Karena, suara gesekan benda, bukan gesekkan dari ketidak sengajaan. Tapi gesekkan dari benda tajam. Dan suara gesakannya tepat dibelakang Mei.
BE-LA-KANG-NYA!!!
...***...
“HAHAHAHAHAHA......LARI...LARI...LARI...LARI..”
Teriakan itu membuat Mei langsung berusaha untuk cepat keluar dari gang pintasnya ini.
“Apa,apa itu?”benak Mei sambil terus berusaha lari. Ia melupakan rasa sakitnya. Menabrak apa saja yang menghalanginya. Sampai ia lupa bahwa ia harus berbelok karena ada dinding tua.
Brukkkk
“Agh!!!”Mei menyentuh kepalanya, merasakan aliran darah yang mengalir menuruni jidatnya dengan perlahan.
“HAHAHAHA,DIMANA KAU BERADA GADIS KECIL?”
Mei mendengar suara yang sama, seketika itu juga kesadarannya kembali. Ia langsung mengambil jalan yang biasa ia lewati. Dan berusaha lari kembali dengan melindungi tas belanjaannya.
Rasa takut menghantuinya, ia benar-benar merasa takut. Tubuhnya bergemetar. Bukan karena apa, suara gesekkan dari benda tajam itu makin lama semakin mendekat. Meski suara teriakkan tadi tak terdengar Tapi, suara gesekkan dari benda itu berada tepat dibelakangnya.
“AH...”batinnya berteriak.
Terus berlari sampai ia melihat sebuah celah yang bercahaya. Akhirnya, ia bisa keluar dari gang gelap ini. Selangkah lagi,hanya sisa selangkah lagi,ia akan bebas.
Grep!
Mata Mei membelak ketika seseorang menahannya dan membuatnya jatuh kedepan dengan ditindih oleh seseorang.
Mei perlahan membuka matanya, merasakan sakit disekujur tubuh serta Lukanya semakin terasa sakit. Apa lagi ditambah berat beban seseorang dibelakangnya ini,Benar-benar sangat berat.
“Uh,”
Orang yang dibelakang Mei bangun dari terjatuhnya. Sambil duduk melupakan Mei yang masih tertindih.
“Uhuk!”
“Ah...Ada orang ternyata,”ucap seseorang yang menindih Mei. Ia berdiri perlahan dengan merengangkan tubuhnya.
Mei hanya bisa menghela nafas melihat orang asing yang sibuk dengan dirinya sendiri. matanya melirik kearah belanjaannya. Semua sayuran yang ada berserakkan ditanah, dan lagi ia sudah terlambat untuk kembali kerumah.
Mei berdiri setelah merapikan segala yang ada. Ia mengendong tas lalu pergi meninggalkan orang yang menindihnya. Tetapi, belum langkah ketiga ia lakukan, dirinya ditarik mendadak hingga menubruk dinding.
“Agh!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nia sumania
kok gitu sih mulut orang-orang? hati mereka udah mati kali ya?
baru bab awal udah bikin naik darah ini, jangan sampe seterusnya ya Thor ...
semangat selalu, kembang dan iklan untuk karya barumu 😘😘
2023-01-13
1
olive
hadir Kim 😁
2022-12-30
1
Rossemarry
gundulmu itu anak pungut!😡 kalo ngomong sembarangan, minta di cuci pake pemutih nih mulut.😤
2022-12-29
1