NovelToon NovelToon

Kill Me Please!

KMP 1: Gadis Kecil?

Gerakkan kaki yang susah untuk dijalankan, rambut panjang yang dikepang dengan kepangan dua sisi tampak berkilau dibawah cahaya matahari yang mulai terbit. keringat bercucur dipipinya, itu semua tidak menutupi wajah cantik yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

Mei melangkah menyurusi tepi jalan. Melihat sekeliling namun berakhir memandang lurus kedepan. Melangkahkan kaki yang tak sanggup lagi berjalan, tetapi tetap dipaksakan untuk terlihat normal.

Langkah kaki Mei sangat lambat, karena kedua kakinya saat ini tengah terluka. Luka yang membuat orang-orang takut melihatnya. Untungnya ia mengenakan celana panjang yang lebar. Jadi, lukanya tertutupi walau masih belum sepenuhnya sembuh.

Seharusnya ia mengenakan celana pendek agar lukanya cepat kering. Tetapi, ia lebih memilih untuk menutupi luka dari pada mengumbarnya.

Mei mengendong tas yang berisikan Sayuran untuk dijadikan Sarapan pagi ini. Kenapa tidak menentengnya, karena tangan kanan dan kirinya juga terluka. Jadi, untuk bisa membawanya ia harus mengendong tas itu.

“Lihat,lihat...kamu tahu orang tuanya tidak mau merawat dia.”

“Bagaimana mau merawatnya... dia itukan jelek, malas lagi. Yang ku dengar, dia anak pungut kan?”

“Kasihan,”

“Untuk apa dikasihani,justru seharusnya kita membantu dirinya agar sadar bahwa jarang-jarang ada orang yang mau menampung hidup seperti dirinya,”

“Kamu benar.Tapi,dia tidak akan kenapa-napa dengan luka ditubuhnya? Kemarin malam aku mendengar suara hempasan cambuk,”

“Alah...itu pasti karena dia sudah melakukan kesalahan, wajar saja ia dihukum. Sudah jangan dilihat, Kamu mau menampung hidup seorang pemalas?”

“Ah tidak-tidak...cukup keluargaku saja yang susah,aku tidak mampu menampung satu orang lagi.”

“Nah,jadi tidak perlu dikasihani.”

Bisikan.bukan, lebih tepatnya gosip orang-orang untuk Mei. Setiap kali pergi kepasar dan melewati jalan setempat, Ia akan mendengar perkataan orang-orang untuknya.

Mei mematikan indra pendengaran, sehingga ia tak perlu mendengar hal-hal seperti itu. Lanjut berjalan dan pulang adalah tujuannya. Seperti itulah kehidupan Mei yang penuh akan tantangan.

Melangkah dan terus melangkah, meski terluka tetaplah melangkah. Indah bukan?, mendapatkan hidup yang penuh dengan duri seperti ini.

Mei berjalan sampai didekat desa tempat tinggalnya, jarak pasar kota dengan desa tak terlalu jauh untuk orang yang punya kendaraan. Mungkin, sekitar 30 menit agar tiba di pasar.

Dan untuk Mei sendiri, ia hanya berjalan kaki dari desa kekota. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana ia berjalan dari jam 5 pagi hanya untuk pergi kepasar dan pulang secepatnya agar bisa membuat sarapan dan berangkat kesekolah dengan tepat waktu.

Kaki yang terluka tidak membuatnya mengeluh. Ia terus melangkah meski rasa sakitnya bertambah. Mei tidak perduli dengan keadaannya, yang penting ia bisa pulang karena jam 7 ia harus berangkat kesekolah.Jadi, tidak boleh terlambat.

Saat ingin melangkah menuju kejalan yang biasa dilalui. Ada gang kecil yang jarang digunakan, dan itu adalah jalan pintas yang membuat Mei lebih cepat pulang.

Langkahnya berhenti saat ia mendengar suara aneh didepannya. Gang itu tak gelap hanya tampak kelam. Mungkin karena matahari tak menerangi, jadi suram dipandangannya.

“Apa ada orang disana?”ucap Mei dengan suara tenang. Tetapi, kedua tangan dan perasaannya bergemetar.

“...”

Tak ada jawaban, Mei menganggap bahwa suara bising yang terjadi,hanya suara kucing atau tikus yang sedang mencari makanan. Jadi, ia melanjutkan perjalanannya lagi tanpa menyadari seseorang menatapnya.

Gang sempit menjadi akses jalan pintas, memiliki panjang yang lumayan, mungkin sekitar 15 menit untukmu bisa melihat cahaya. Karena gedung-gedung bekas bangunan itu menutupi cahaya matahari. Sehingga makin dalam melangkah semakin gelap.

Mei sudah terbiasa dengan suasana dingin ini. Apa lagi suara-suara tak jelas. Seperti suara gesekkan atau suara benda terjatuh.

Namun kali ini ia memiliki perasaan aneh, sangat aneh. Langkah yang sulit ia lakukan, membuatnya harus melakukannya dengan cepat.

Matanya memandang sekeliling sambil mengatur nafas. Langkah terluka itu masih harus membuatnya terus berjalan. Sampai tak berapa lama, ia memutuskan untuk berlari.

Kaki yang sakit itu terasa hilang saat takutnya melandang, ia benar-benar takut sekarang.

Apa yang membuatnya takut. Karena, suara gesekan benda, bukan gesekkan dari ketidak sengajaan. Tapi gesekkan dari benda tajam. Dan suara gesakannya tepat dibelakang Mei.

BE-LA-KANG-NYA!!!

...***...

“HAHAHAHAHAHA......LARI...LARI...LARI...LARI..”

Teriakan itu membuat Mei langsung berusaha untuk cepat keluar dari gang pintasnya ini.

“Apa,apa itu?”benak Mei sambil terus berusaha lari. Ia melupakan rasa sakitnya. Menabrak apa saja yang menghalanginya. Sampai ia lupa bahwa ia harus berbelok karena ada dinding tua.

Brukkkk

“Agh!!!”Mei menyentuh kepalanya, merasakan aliran darah yang mengalir menuruni jidatnya dengan perlahan.

“HAHAHAHA,DIMANA KAU BERADA GADIS KECIL?”

Mei mendengar suara yang sama, seketika itu juga kesadarannya kembali. Ia langsung mengambil jalan yang biasa ia lewati. Dan berusaha lari kembali dengan melindungi tas belanjaannya.

Rasa takut menghantuinya, ia benar-benar merasa takut. Tubuhnya bergemetar. Bukan karena apa, suara gesekkan dari benda tajam itu makin lama semakin mendekat. Meski suara teriakkan tadi tak terdengar Tapi, suara gesekkan dari benda itu berada tepat dibelakangnya.

“AH...”batinnya berteriak.

Terus berlari sampai ia melihat sebuah celah yang bercahaya. Akhirnya, ia bisa keluar dari gang gelap ini. Selangkah lagi,hanya sisa selangkah lagi,ia akan bebas.

Grep!

Mata Mei membelak ketika seseorang menahannya dan membuatnya jatuh kedepan dengan ditindih oleh seseorang.

Mei perlahan membuka matanya, merasakan sakit disekujur tubuh serta Lukanya semakin terasa sakit. Apa lagi ditambah berat beban seseorang dibelakangnya ini,Benar-benar sangat berat.

“Uh,”

Orang yang dibelakang Mei bangun dari terjatuhnya. Sambil duduk melupakan Mei yang masih tertindih.

“Uhuk!”

“Ah...Ada orang ternyata,”ucap seseorang yang menindih Mei. Ia berdiri perlahan dengan merengangkan tubuhnya.

Mei hanya bisa menghela nafas melihat orang asing yang sibuk dengan dirinya sendiri. matanya melirik kearah belanjaannya. Semua sayuran yang ada berserakkan ditanah, dan lagi ia sudah terlambat untuk kembali kerumah.

Mei berdiri setelah merapikan segala yang ada. Ia mengendong tas lalu pergi meninggalkan orang yang menindihnya. Tetapi, belum langkah ketiga ia lakukan, dirinya ditarik mendadak hingga menubruk dinding.

“Agh!”

KMP 2: Terlambat

Mei meringis kesakitan. Sudah lukanya dipegang dan tubuhnya ditarik lalu dibenturkan kedinding lagi. Indah sekali hidupnya ini.

“Kamu gadis kecil yang cukup berani ya, pergi tanpa meminta maaf kepadaku.” Ucap seorang pria yang mencengkram leher Mei.

Mei baru melihat dengan jelas orang yang ada didepannya ini. Ia tidak menduga bahwa orang itu adalah pria. Sebenarnya memang pria, hanya Mei saja yang tidak menyadarinya.

Mata Mei tajam menatap pria didepannya ini. Mata mereka saling bertemu dan saling memindai satu dengan yang lain.

Mei melihat dengan jeli, ternyata orang ini memiliki bulu mata yang sangat panjang dan tebal. Ditambah alis yang terlukis tajam, tanpa mengerutkannya sudah terlihat seperti pria pemarah. Ditambah bibir merah yang tipis dan rambut acak-acakkan.

“Kenapa? Kau menyukaiku?’’ucapan Pria yang terlalu pede menurut Mei. Mei hanya menatap datar.

“Kamu terlalu percaya diri.” Mei berucap sambil memalingkan wajahnya.

“Hahaha,menarik...kamu gadis yang berhasil ku tahan lebih dari 30 menit,biasanya orang yang ku temui pasti akan langsung ku bunuh.”ucap Pria itu yang kemudian mengoreskan pisau kecil diwajah Mei. Meski hanya sebuah goresan, pisau kecil itu tetap menghasilkan luka dipipinya.

Mata Mei membelak menyadari apa yang ada didepannya, Ia mencium bau darah. Dan orang didepannya ini adalah objek bau darah itu ada.

“Kamu,kamu,...pembunuh?”ucap Mei dengan gemetar. Membuat pria didepannya menjauh sedikit.

“Ah~...tatapan itu,” Pria yang ada didepan Mei bergegas untuk menjauh dengan helaan nafas yang berhembus.

Mei gemetar, tapi matanya berbinar. Bukan mata ketakutan, melainkan mata kagum yang terdalam. Membuat Pria itu mundur dengan perasaan aneh.

“Bunuh aku!”Pinta Mei dengan cepat sambil mengenggam tangan pria didepannya. Kaget, tentu saja Pria itu kaget. Melihat keantusiasan dari seorang wanita.

Padahal ia baru 30 menit yang lalu membunuh seorang wanita usia 30thn yang sombong ingin dibunuh. Jadi, karena gabut ia pun membunuhnya. Untungnya ketemu gang sempit dan tanpa basa basi ia memotong lidah wanita itu. Bahkan ia menunggu waktu yang tepat, untuk membunuhnya dan tanpa diduga. Ia melihat seorang gadis memasuki gang.

Itulah yang terjadi dan kenapa ia berada disini, ia mengira gadis didepannya ini akan takut dan akan ia jadikan objek selanjutnya. Tapi lihatlah sekarang, memuakkan.

“Apa untungnya aku membunuhmu?”tanya Pria yang menatap Mei dengan pandangan mengejek.

Mei mendekat hingga wajah mereka hanya tinggal beberapa senti saja lagi. “Aku...hm entah,” Mei menjauhkan tubuhnya.

Pria didepan meringit melihat apa yang ia lakukan. Kemudian pria itu melihat jam ditangannya. “Ah aku telat,” pekiknya yang kemudian pergi meninggalkan Mei.

Mei bengong sesaat, namun kemudian ia bergegas kembali kerumah dengan perasaan yang tak bisa digambarkan.

“Seharusnya aku dibunuh saja tadi.”benak Mei sambil melangkah menuju desanya.

...°°°...

Mei tiba didepan rumah. Ia melepaskan sandal yang untungnya tak hilang. Mei melangkahkan kaki untuk masuk kedalam rumah. Tetapi, belum juga pijakkannya mendarat. Tubuhnya sudah terdorong hingga ia duduk diteras.

“Gadis sialan! Sudah jam berapa sekarang? kau tahu ini sudah jam 7 pagi dan kau tidak menyiapkan sarapan. Kau ini sudah menumpang masih saja pemalas, apa kau ingin mati?” teriak seorang wanita yang berusia 40 tahun. Ia membawa cambuk disamping tangannya. Dibukanya cambuk itu, lalu menghempaskan kearah Mei.

“Agh!” Mei terkejut dan langsung meringkuh, dengan memeluk lututnya. ia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Belum lagi bekas tertubruk dinding dan ditindih tadi.

“Kamu ini sudah diberitahu, jangan terlambat. Kamu tidak lihat Roy dan Mia...Mereka sampai telat karena dirimu.”

“Ibu sudah,kasihan Kakak. ia sudah berjalan dengan kaki terluka jadi wajar ia telat.”ucap Mia sambil merapikan rambut cantiknya.

“Apa yang terluka? Bukankah sudah ku beritahu untuk mengobatinya sendiri.”ucap Wanita yang dipanggil Ibu itu. Ia lalu merobek celana lebar milik Mei dan menampakkan luka-luka bekal cambuk dan bekas sayatan dari papan. Semua luka itu belum kering.

“Lihat ibu,itu sangat menyakitkan.”Ucap Roy yang sengaja menyentuh kaki Mei. Membuat Mei merintih kesakitan.

“Agh! Lepas,lepas,lepas.” Mei memohon pada Roy. Tetapi, Roy hanya tersenyum sinis melihatnya. Dan kemudian pergi sambil menyempatkan diri untuk menginjak rambut Mei yang berusaha untuk bangun.

“Ibu! Aku dan Adik Mia akan berangkat sekarang. Jam tujuh lewat lima belas,gerbang akan ditutup. Jadi, kami harus cepat.”ucap Roy yang langsung mengendarai motornya bersama Mia. Mereka pergi meninggalkan Mei yang masih merintih kesakitan.

“Lihat! Ini semua karena ulahmu. Sudah sana, masaklah dan bersihkan segalanya. Hari ini tidak perlu pergi kesekolah, mengerti!”ucap sang Ibu yang langsung pergi meninggalkannya.

“Ba-baik.” Mei bangun dari duduknya. Luka yang ada dengan rasa sakit membuat Mei meneteskan air mata.

Mata yang berlinang itu semakin deras melihat isi rumah yang sangat kacau. “Uh~ aku ingin sekali sekolah.” Guman Mei.

KMP 3: Uang Segalanya

Keesokkan harinya...

Kegiatan yang sama dilakukan oleh Mei. Kali ini ia tak bertemu lagi dengan pria asing itu. Tapi tak masalah, Mei juga tak terlalu mengharapkan kedatangannya.

Namun, Mei masih mengharapkan ia bisa dibunuh oleh orang itu. Entah kenapa perasaannya berbeda saat mengetahui bahwa pria asing itu merupakan seorang pembunuh.

“Hari ini sepertinya hari yang menyenangkan.”benak Mei sambil menyusuri jalan. Ia melangkah menuju kesekolah. Benar, hari ini ia bisa turun kesekolah.

Untuk tugas, tentu saja telah selesai sebelum jam 7. Jadi sekarang waktunya ia berangkat kesekolah. Sudah kemarin tak turun, hari ini harus bisa menghadiri kelas. Karena pendidikkan itu penting.

Tak butuh waktu lama, akhirnya ia pun tiba disekolah. Tahukah kalian, bahwa luka-luka yang didapatnya kemarin masih belum sepenuhnya sembuh. Ia menahan sakitnya dan berusaha untuk tetap tampil sebaik mungkin.

“Hei Mei!!!”seruan oleh Sahabat Mei. Mei memiliki dua sahabat yang sangat akrab padanya. Dan dua sahabatnya itu adalah orang yang memiliki kehidupan mewah.

Namun,dari semua kemewahan yang didapat sahabatnya itu. mereka tak memandang seseorang dengan pandangan kelas atau tingkatan. Itulah yang membuat Mei memanggil dan menjadikan mereka Sahabat.

“Hai Lestari,Hai Putri.”sapa Mei melangkah menuju kearah Sahabatnya.

“Waah lihat wajahmu hari ini, kau terlihat bersemangat.”Lestari merangkul Mei dengan begitu mendadak membuat Mei merintih kesakitan.

“Ouch!”

Lestari yang mendengar rintihan Mei, bergegas melepaskan rangkulannya. Lestari memandang Mei dengan tatapan tak percaya.

“Apa orang tuamu menyakiti mu lagi?”tanya Lestari yang membuat Mei diam seribu bahasa.

Sahabatnya ini sudah mengetahui bahwa Mei sering terluka bahkan sering sakit, hanya saja tak pernah ditampilkan oleh Mei sendiri.

“Tidak, Aku kemarin tak sengaja jatuh saat melewati jalan pintas kerumah dan juga tak sengaja terbentur.”ucap Mei dengan menunjukkan hasil benturannya kemarin. Benturan itu sebenarnya ingin disembunyikan, tapi ia perlu membuktikan bahwa ia tak disakiti oleh orang tuanya.

Bukan apa, ia tak mau Sahabatnya ikut bermasalah nanti jika terus membela Mei. Apa lagi Mei tahu bahwa orang tua sahabatnya ini tak mengizinkan Ia mendekati anak mereka.

“Kamu yakin?”tanya Putri yang memeriksa kepala Mei dengan penuh perhatian.

Mei mengangguk. “Tentu saja...Oh ya maaf kemarin aku tidak turun sekolah, karena aku telat datang kerumah. ada kendala saat belanja dipasar.”ucap Mei lagi, membuat kedua sahabatnya itu mengangguk.

“Baiklah, ini! Kami ada beberapa salinan catatan untuk mu, jadi kau tak perlu lagi mencatat. Yang perlu kau lakukan adalah mempelajarinya,oke?” Putri menyerahkan beberapa salinan catatan untuk Mei.

Mei dengan senang hati menerimanya. “Terimakasih.”ucap Mei.

Mereka bertiga pun melangkah bersama menuju kekelas mereka. Mei saat ini duduk dikursi kelas 11-1 SMK. Ia sekelas dengan Mia dan Roy, hanya jurusan Roy berbeda dari mereka berdua.

...°°°...

Setelah menikmati waktu belajar, tiba saatnya waktu istirahat. Mei dan dua Sahabatnya menikmati waktu makan siang mereka dikelas. Mereka memilih mengobrol dan menikmati waktu yang ada. Meski Mei merasa sedikit risih disetiap harinya.

Tentu, seperti yang diketahui, sekolah disini sangat memandang kasta atau bisa dibilang jabatan. Jadi sepintar apapun dirimu jika kau miskin, kau tetap dipandang rendah. Karena nilai saja bisa dibeli dengan uang,apa lagi membeli teman. Semua itu adalah pemikiran yang luar binasa untuk Mei sendiri.

Saat menginjakkan kakinya di SMK, ia sudah tahu bahwa ia akan menjadi anak yang paling dipandang rendah dan tak memiliki teman, namun semua pandangannya berbeda saat Lestari dan Putri memilih untuk menjadi temannya. Bahkan mereka tak memandang Mei dengan pandangan jijik.

Dari semua itu, Mei sangat berterimakasih dengan kebaikan yang ia dapat, tapi ada resiko yang harus diterimanya. Pertemanan yang tak disetujui oleh orang tua sahabatnya. Dan teman dikelasnya juga sama tak menyetujui Lestari dan Putri berteman dengannya.

“Putri,hari ini kita pergi ke mall yuk!” ajak salah satu Siswi yang datang menghampiri meja mereka. Mei, Lestari dan Putri yang menikmati makanan siang menghentikan apa yang mereka lakukan.

“Tidak! Aku tidak punya waktu pergi kesana.” Tolak Putri dengan nada dinginnya. Membuat siswi yang mengajak tadi merasa jengkel.

“Apa baiknya sih berteman dengan orang miskin? Kau tahu dia hanya anak angkat, dan dia juga tak selevel dengan Kita. Adiknya Mia dan Roy saja yang masih dilevel bawah lumayan untuk diajak berteman, karena mereka tahu tren sekarang, sedangkan dia? Apa yang diketahuinya selain belajar?”sindiri Siswi itu yang merasa kesal karena ajakkanya ditolak dengan mentah-mentah.

“Jadi, apa yang menguntungkan diriku berteman denganmu?”tanya Putri dengan pandangan meremehkan. Membuat Siswi yang kesal itu menjadi makin kesal.

“Hah? Kau bertanya untungnya berteman denganku. Tentu saja untung, kau tak perlu malu berjalan dengan kami, kami selevel denganmu, orang tua mu juga kaya bukan?”Siswi itu mengeluarkan kartu atm yang dibawanya untuk menunjukkan betapa kaya Ia.

Mei yang tadi ingin menikmati makan siang, malah harus menonton orang-orang yang dengan tenang mengatakan bahwa uang adalah segalanya. Tapi benar adanya, dengan uang kau bisa membeli apapun, bahkan jika perlu kau akan membeli kebahagiaan dengan uang.

“Tak perlu kau pamerkan atm mu itu, simpan sana.” Lestari meranjak bangun dari duduknya. ia menutup bekal makan siangnya. Dan menutup bekal makan Putri lalu Mei.

“Kita pergi bree...Aku terlalu panas berada disini. seharusnya aku membayar angin untuk bisa mendinginkan ruangan ini.”ucap Lestari yang melangkah menarik Putri lalu Mei keluar dari kerumunan.

Siswi yang kesal itu menatap dengan tajam kearah pintu tempat dimana Lestari dan Putri keluar.

“Kenapa sampah itu sekolah disini?”ucap salah satu Siswi yang lain.

“Tentu saja ia sekolah disini karena beasiswa yang didapatnya.”jawab yang lain.

“Hei Mia! Apa dia benar-benar kakakmu?”tanya Siswi yang kesal tadi. Mereka mendekati Mia yang dengan tenang memainkan ponsel miliknya.

“Ah iya dia kakak Angkatku, kenapa?”tanya Mia dengan tenang tanpa melirik orang yang bertanya.

“Kamu itu kenapa berlagak seperti boss disini?”ucap Siswi yang kesal tadi. Ia mendekat dan ingin menjabak rambut Mia. Tetapi sayang tangannya terhalang oleh seseorang.

“Jangan kau berani menyentuh rambutnya!”ucap seorang Pria. Ia menghempaskan tangan siswi yang ingin menjambak Mia. Semua orang menatap kearah pria yang datang.

Tubuh tinggi sekitar 180cm dengan mata hitam pekat. memiliki rambut yang begitu indah. Selain itu, bulu mata dan bibirnya menjadi daya tarik untuk para wanita.

“Itu bukannya Tuan muda kedua Altha Fandra?”ucap salah satu Siswi. Semua langsung menundukkan kepala mereka karena harus menghormati orang yang tak lain seorang penerus dari pemilik sekolah ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!