Mei meringis kesakitan. Sudah lukanya dipegang dan tubuhnya ditarik lalu dibenturkan kedinding lagi. Indah sekali hidupnya ini.
“Kamu gadis kecil yang cukup berani ya, pergi tanpa meminta maaf kepadaku.” Ucap seorang pria yang mencengkram leher Mei.
Mei baru melihat dengan jelas orang yang ada didepannya ini. Ia tidak menduga bahwa orang itu adalah pria. Sebenarnya memang pria, hanya Mei saja yang tidak menyadarinya.
Mata Mei tajam menatap pria didepannya ini. Mata mereka saling bertemu dan saling memindai satu dengan yang lain.
Mei melihat dengan jeli, ternyata orang ini memiliki bulu mata yang sangat panjang dan tebal. Ditambah alis yang terlukis tajam, tanpa mengerutkannya sudah terlihat seperti pria pemarah. Ditambah bibir merah yang tipis dan rambut acak-acakkan.
“Kenapa? Kau menyukaiku?’’ucapan Pria yang terlalu pede menurut Mei. Mei hanya menatap datar.
“Kamu terlalu percaya diri.” Mei berucap sambil memalingkan wajahnya.
“Hahaha,menarik...kamu gadis yang berhasil ku tahan lebih dari 30 menit,biasanya orang yang ku temui pasti akan langsung ku bunuh.”ucap Pria itu yang kemudian mengoreskan pisau kecil diwajah Mei. Meski hanya sebuah goresan, pisau kecil itu tetap menghasilkan luka dipipinya.
Mata Mei membelak menyadari apa yang ada didepannya, Ia mencium bau darah. Dan orang didepannya ini adalah objek bau darah itu ada.
“Kamu,kamu,...pembunuh?”ucap Mei dengan gemetar. Membuat pria didepannya menjauh sedikit.
“Ah~...tatapan itu,” Pria yang ada didepan Mei bergegas untuk menjauh dengan helaan nafas yang berhembus.
Mei gemetar, tapi matanya berbinar. Bukan mata ketakutan, melainkan mata kagum yang terdalam. Membuat Pria itu mundur dengan perasaan aneh.
“Bunuh aku!”Pinta Mei dengan cepat sambil mengenggam tangan pria didepannya. Kaget, tentu saja Pria itu kaget. Melihat keantusiasan dari seorang wanita.
Padahal ia baru 30 menit yang lalu membunuh seorang wanita usia 30thn yang sombong ingin dibunuh. Jadi, karena gabut ia pun membunuhnya. Untungnya ketemu gang sempit dan tanpa basa basi ia memotong lidah wanita itu. Bahkan ia menunggu waktu yang tepat, untuk membunuhnya dan tanpa diduga. Ia melihat seorang gadis memasuki gang.
Itulah yang terjadi dan kenapa ia berada disini, ia mengira gadis didepannya ini akan takut dan akan ia jadikan objek selanjutnya. Tapi lihatlah sekarang, memuakkan.
“Apa untungnya aku membunuhmu?”tanya Pria yang menatap Mei dengan pandangan mengejek.
Mei mendekat hingga wajah mereka hanya tinggal beberapa senti saja lagi. “Aku...hm entah,” Mei menjauhkan tubuhnya.
Pria didepan meringit melihat apa yang ia lakukan. Kemudian pria itu melihat jam ditangannya. “Ah aku telat,” pekiknya yang kemudian pergi meninggalkan Mei.
Mei bengong sesaat, namun kemudian ia bergegas kembali kerumah dengan perasaan yang tak bisa digambarkan.
“Seharusnya aku dibunuh saja tadi.”benak Mei sambil melangkah menuju desanya.
...°°°...
Mei tiba didepan rumah. Ia melepaskan sandal yang untungnya tak hilang. Mei melangkahkan kaki untuk masuk kedalam rumah. Tetapi, belum juga pijakkannya mendarat. Tubuhnya sudah terdorong hingga ia duduk diteras.
“Gadis sialan! Sudah jam berapa sekarang? kau tahu ini sudah jam 7 pagi dan kau tidak menyiapkan sarapan. Kau ini sudah menumpang masih saja pemalas, apa kau ingin mati?” teriak seorang wanita yang berusia 40 tahun. Ia membawa cambuk disamping tangannya. Dibukanya cambuk itu, lalu menghempaskan kearah Mei.
“Agh!” Mei terkejut dan langsung meringkuh, dengan memeluk lututnya. ia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Belum lagi bekas tertubruk dinding dan ditindih tadi.
“Kamu ini sudah diberitahu, jangan terlambat. Kamu tidak lihat Roy dan Mia...Mereka sampai telat karena dirimu.”
“Ibu sudah,kasihan Kakak. ia sudah berjalan dengan kaki terluka jadi wajar ia telat.”ucap Mia sambil merapikan rambut cantiknya.
“Apa yang terluka? Bukankah sudah ku beritahu untuk mengobatinya sendiri.”ucap Wanita yang dipanggil Ibu itu. Ia lalu merobek celana lebar milik Mei dan menampakkan luka-luka bekal cambuk dan bekas sayatan dari papan. Semua luka itu belum kering.
“Lihat ibu,itu sangat menyakitkan.”Ucap Roy yang sengaja menyentuh kaki Mei. Membuat Mei merintih kesakitan.
“Agh! Lepas,lepas,lepas.” Mei memohon pada Roy. Tetapi, Roy hanya tersenyum sinis melihatnya. Dan kemudian pergi sambil menyempatkan diri untuk menginjak rambut Mei yang berusaha untuk bangun.
“Ibu! Aku dan Adik Mia akan berangkat sekarang. Jam tujuh lewat lima belas,gerbang akan ditutup. Jadi, kami harus cepat.”ucap Roy yang langsung mengendarai motornya bersama Mia. Mereka pergi meninggalkan Mei yang masih merintih kesakitan.
“Lihat! Ini semua karena ulahmu. Sudah sana, masaklah dan bersihkan segalanya. Hari ini tidak perlu pergi kesekolah, mengerti!”ucap sang Ibu yang langsung pergi meninggalkannya.
“Ba-baik.” Mei bangun dari duduknya. Luka yang ada dengan rasa sakit membuat Mei meneteskan air mata.
Mata yang berlinang itu semakin deras melihat isi rumah yang sangat kacau. “Uh~ aku ingin sekali sekolah.” Guman Mei.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Rossemarry
lanjuut
2023-01-28
1