Keesokkan harinya...
Kegiatan yang sama dilakukan oleh Mei. Kali ini ia tak bertemu lagi dengan pria asing itu. Tapi tak masalah, Mei juga tak terlalu mengharapkan kedatangannya.
Namun, Mei masih mengharapkan ia bisa dibunuh oleh orang itu. Entah kenapa perasaannya berbeda saat mengetahui bahwa pria asing itu merupakan seorang pembunuh.
“Hari ini sepertinya hari yang menyenangkan.”benak Mei sambil menyusuri jalan. Ia melangkah menuju kesekolah. Benar, hari ini ia bisa turun kesekolah.
Untuk tugas, tentu saja telah selesai sebelum jam 7. Jadi sekarang waktunya ia berangkat kesekolah. Sudah kemarin tak turun, hari ini harus bisa menghadiri kelas. Karena pendidikkan itu penting.
Tak butuh waktu lama, akhirnya ia pun tiba disekolah. Tahukah kalian, bahwa luka-luka yang didapatnya kemarin masih belum sepenuhnya sembuh. Ia menahan sakitnya dan berusaha untuk tetap tampil sebaik mungkin.
“Hei Mei!!!”seruan oleh Sahabat Mei. Mei memiliki dua sahabat yang sangat akrab padanya. Dan dua sahabatnya itu adalah orang yang memiliki kehidupan mewah.
Namun,dari semua kemewahan yang didapat sahabatnya itu. mereka tak memandang seseorang dengan pandangan kelas atau tingkatan. Itulah yang membuat Mei memanggil dan menjadikan mereka Sahabat.
“Hai Lestari,Hai Putri.”sapa Mei melangkah menuju kearah Sahabatnya.
“Waah lihat wajahmu hari ini, kau terlihat bersemangat.”Lestari merangkul Mei dengan begitu mendadak membuat Mei merintih kesakitan.
“Ouch!”
Lestari yang mendengar rintihan Mei, bergegas melepaskan rangkulannya. Lestari memandang Mei dengan tatapan tak percaya.
“Apa orang tuamu menyakiti mu lagi?”tanya Lestari yang membuat Mei diam seribu bahasa.
Sahabatnya ini sudah mengetahui bahwa Mei sering terluka bahkan sering sakit, hanya saja tak pernah ditampilkan oleh Mei sendiri.
“Tidak, Aku kemarin tak sengaja jatuh saat melewati jalan pintas kerumah dan juga tak sengaja terbentur.”ucap Mei dengan menunjukkan hasil benturannya kemarin. Benturan itu sebenarnya ingin disembunyikan, tapi ia perlu membuktikan bahwa ia tak disakiti oleh orang tuanya.
Bukan apa, ia tak mau Sahabatnya ikut bermasalah nanti jika terus membela Mei. Apa lagi Mei tahu bahwa orang tua sahabatnya ini tak mengizinkan Ia mendekati anak mereka.
“Kamu yakin?”tanya Putri yang memeriksa kepala Mei dengan penuh perhatian.
Mei mengangguk. “Tentu saja...Oh ya maaf kemarin aku tidak turun sekolah, karena aku telat datang kerumah. ada kendala saat belanja dipasar.”ucap Mei lagi, membuat kedua sahabatnya itu mengangguk.
“Baiklah, ini! Kami ada beberapa salinan catatan untuk mu, jadi kau tak perlu lagi mencatat. Yang perlu kau lakukan adalah mempelajarinya,oke?” Putri menyerahkan beberapa salinan catatan untuk Mei.
Mei dengan senang hati menerimanya. “Terimakasih.”ucap Mei.
Mereka bertiga pun melangkah bersama menuju kekelas mereka. Mei saat ini duduk dikursi kelas 11-1 SMK. Ia sekelas dengan Mia dan Roy, hanya jurusan Roy berbeda dari mereka berdua.
...°°°...
Setelah menikmati waktu belajar, tiba saatnya waktu istirahat. Mei dan dua Sahabatnya menikmati waktu makan siang mereka dikelas. Mereka memilih mengobrol dan menikmati waktu yang ada. Meski Mei merasa sedikit risih disetiap harinya.
Tentu, seperti yang diketahui, sekolah disini sangat memandang kasta atau bisa dibilang jabatan. Jadi sepintar apapun dirimu jika kau miskin, kau tetap dipandang rendah. Karena nilai saja bisa dibeli dengan uang,apa lagi membeli teman. Semua itu adalah pemikiran yang luar binasa untuk Mei sendiri.
Saat menginjakkan kakinya di SMK, ia sudah tahu bahwa ia akan menjadi anak yang paling dipandang rendah dan tak memiliki teman, namun semua pandangannya berbeda saat Lestari dan Putri memilih untuk menjadi temannya. Bahkan mereka tak memandang Mei dengan pandangan jijik.
Dari semua itu, Mei sangat berterimakasih dengan kebaikan yang ia dapat, tapi ada resiko yang harus diterimanya. Pertemanan yang tak disetujui oleh orang tua sahabatnya. Dan teman dikelasnya juga sama tak menyetujui Lestari dan Putri berteman dengannya.
“Putri,hari ini kita pergi ke mall yuk!” ajak salah satu Siswi yang datang menghampiri meja mereka. Mei, Lestari dan Putri yang menikmati makanan siang menghentikan apa yang mereka lakukan.
“Tidak! Aku tidak punya waktu pergi kesana.” Tolak Putri dengan nada dinginnya. Membuat siswi yang mengajak tadi merasa jengkel.
“Apa baiknya sih berteman dengan orang miskin? Kau tahu dia hanya anak angkat, dan dia juga tak selevel dengan Kita. Adiknya Mia dan Roy saja yang masih dilevel bawah lumayan untuk diajak berteman, karena mereka tahu tren sekarang, sedangkan dia? Apa yang diketahuinya selain belajar?”sindiri Siswi itu yang merasa kesal karena ajakkanya ditolak dengan mentah-mentah.
“Jadi, apa yang menguntungkan diriku berteman denganmu?”tanya Putri dengan pandangan meremehkan. Membuat Siswi yang kesal itu menjadi makin kesal.
“Hah? Kau bertanya untungnya berteman denganku. Tentu saja untung, kau tak perlu malu berjalan dengan kami, kami selevel denganmu, orang tua mu juga kaya bukan?”Siswi itu mengeluarkan kartu atm yang dibawanya untuk menunjukkan betapa kaya Ia.
Mei yang tadi ingin menikmati makan siang, malah harus menonton orang-orang yang dengan tenang mengatakan bahwa uang adalah segalanya. Tapi benar adanya, dengan uang kau bisa membeli apapun, bahkan jika perlu kau akan membeli kebahagiaan dengan uang.
“Tak perlu kau pamerkan atm mu itu, simpan sana.” Lestari meranjak bangun dari duduknya. ia menutup bekal makan siangnya. Dan menutup bekal makan Putri lalu Mei.
“Kita pergi bree...Aku terlalu panas berada disini. seharusnya aku membayar angin untuk bisa mendinginkan ruangan ini.”ucap Lestari yang melangkah menarik Putri lalu Mei keluar dari kerumunan.
Siswi yang kesal itu menatap dengan tajam kearah pintu tempat dimana Lestari dan Putri keluar.
“Kenapa sampah itu sekolah disini?”ucap salah satu Siswi yang lain.
“Tentu saja ia sekolah disini karena beasiswa yang didapatnya.”jawab yang lain.
“Hei Mia! Apa dia benar-benar kakakmu?”tanya Siswi yang kesal tadi. Mereka mendekati Mia yang dengan tenang memainkan ponsel miliknya.
“Ah iya dia kakak Angkatku, kenapa?”tanya Mia dengan tenang tanpa melirik orang yang bertanya.
“Kamu itu kenapa berlagak seperti boss disini?”ucap Siswi yang kesal tadi. Ia mendekat dan ingin menjabak rambut Mia. Tetapi sayang tangannya terhalang oleh seseorang.
“Jangan kau berani menyentuh rambutnya!”ucap seorang Pria. Ia menghempaskan tangan siswi yang ingin menjambak Mia. Semua orang menatap kearah pria yang datang.
Tubuh tinggi sekitar 180cm dengan mata hitam pekat. memiliki rambut yang begitu indah. Selain itu, bulu mata dan bibirnya menjadi daya tarik untuk para wanita.
“Itu bukannya Tuan muda kedua Altha Fandra?”ucap salah satu Siswi. Semua langsung menundukkan kepala mereka karena harus menghormati orang yang tak lain seorang penerus dari pemilik sekolah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments