Bab 3 | Separuh Benar Separuh Salah
Kini, pada saat ini, semua orang telah berkumpul di ruang tengah suite room tersebut. Nadine dan Leon juga telah mengenakan pakaian lengkap. Meski wajah mereka masih nampak sembab. Khas orang baru bangun tidur.
Sebagai kepala keluarga dan pemimpin sidang pada pagi ini, Ken duduk pada sofa tunggal yang terletak di dekat jendela kaca, kamar hotel tersebut.
Sementara Ana, sang istri, dengan setia berdiri di sampingnya. Menyilang tangan di depan, seraya meletakkan sebagian bobot tubuhnya ke sisi sofa. Menatap sang putra dengan tegas. Namun masih penuh kasih sayang.
Tak seperti Ken yang sudah menghunus tatapannya pada Leon semenjak putranya itu berhadapan dengannya lagi setelah berpakaian.
Sebagai tersangka, Leon dan Nadine duduk bersisian pada sofa panjang di sebelah kiri. Meski keduanya tampak berjaga jarak.
Lalu para saksi, Josh dan Mesha, kakak beradik itu memilih untuk tetap berdiri, tak jauh dari posisi Ana dan Ken saat ini.
Walaupun mereka ingin membela Leon, sebagai kentalnya ikatan persaudaraan yang terjalin. Namun, kuatnya pengaruh Ken dan Ana tak dapat mereka lawan dan hindari.
Josh dan Mesha sangat tahu. Maka dari itu, keduanya memilih berada di pihak yang aman. Bagi mereka, tentu.
Jangan sampai kakak beradik itu ikut terseret dalam masalah pelik ini. Sebab, kedua orang tua mereka pun, bukan tipe yang baik hati.
Masih sebelas dua belas dengan paman dan bibi yang sedang keduanya ikuti. Saat ini.
“Nona!”
Panggilan lembut itu mendadak menggetarkan batin Nadine yang belum siap. Pasalnya, saat ini, Nadine sedang mempersiapkan banyak alibi dan alasan untuk ia gunakan sebagai senjata.
Yang akan menyatakan dan mendukung bahwa dirinya adalah korban dalam masalah ini.
“Y-ya, Nyonya!” jawabnya. Menatap Ana dengan cepat, lalu menatap ke depan lagi.
Sungguh pun Nadine tak berani menatap mata indah tapi tajam itu terlalu lama. Ia sadar betul bahwa terdapat sinyal berbahaya dari sinar yang disorotkan oleh Ana.
Meskipun matanya tampak tersenyum.
“Bisakah kau jelaskan pada kami apa yang terjadi pada kau dan putraku, semalam?”
Sesungguhnya, Ken yang hendak melontarkan pertanyaan tersebut. Namun dirinya terlalu emosi, maka ia mempersilakan istrinya yang buka suara terlebih dahulu. Untuk membuka persidangan kali ini.
Kekecewaan mendalam masih bergumul dan membatu di dada. Terhadap putra kebanggaannya. Sehingga mulutnya terkunci rapat akan emosi yang membelenggu jiwa.
“Ch!” Leon sontak berdecak sembari melirik jijik.
Melihat hal itu, Ken hendak menegur. Tapi sang istri buru-buru meredam emosi dengan menyentuh lembut telapak tangan yang terkepal.
Putra mereka tidak sopan pada wanita yang sudah ia nodai. Begitulah Ken jadi sangat kesal. Tetapi Ana mampu membuat pria paruh baya itu menjadi lebih tenang. Dengan satu kedikan kepala dan kedipan pelan.
Dia pasti akan bicara omong kosong! Erang Leon dalam hati.
Pria muda itu masih menyangka bahwa Nadine adalah wanita suruhan dari salah satu kliennya. Supaya mereka bisa mengendalikan Leon dengan cara menjijikkan seperti ini.
Nadine melirik Leon sebentar. Dengan tajamnya, sambil menarik napas yang tertahan di dada. Dia kesal sekali dengan sikap Leon yang kurang ajar.
Akan tetapi Nadine tahu bahwa dia harus menahan diri. Sembari membuka mulut untuk bicara, ia embuskan gugupnya melalui udara.
“Saya..., tidak begitu mengingat apa yang terjadi semalam.”
Bohong! Leon langsung menanggapi dalam hati. Dengan marah.
Kini, Nadine beranikan diri untuk menatap Ken dan Ana secara bergantian.
“Saya hanya ingat sedang minum sendirian di sudut hall. Kemudian kepala saya terasa pusing dan sangat berat. Saya pun memutuskan untuk pulang karena sudah tidak tahan.”
“Lalu setelah itu...?” Ana bertanya dengan penasaran dan sabar.
“Saya tidak begitu yakin. Sepertinya saya bertabrakan dengan seseorang. Lalu setelah itu..., saya tidak dapat mengingatnya lagi, Tuan, Nyonya!” Ia tertunduk dengan menyesal.
“Heh! Klise sekali skenario yang kau buat! Apa kau tidak bisa kreatif sedikit dalam mengarang cerita, Nona?!” Kali ini Leon menanggapi dengan suara. Sinis dan nyinyir.
“Leon! Jaga bicaramu!” bentak Ken yang sejak tadi menahan diri.
“Tapi Ayah..., aku sangat yakin kalau dia memang sengaja menjebakku! Instingku tidak pernah salah, Ayah tahu itu!”
DEG
Bola mata Nadine seketika membola. Sungguh pun apa yang dikatakan Leon memanglah benar.
Dia memang sengaja melakukan hal ini. Nadine memang bermaksud menjebak seseorang. Tapi sayangnya, bulan Leon target yang sudah ia tentukan.
Separuh dari tudingan Leon benar. Tapi separuh lagi salah. Karena memang, ia tidak berniat menjebak Leon sama sekali. Sedikit pun.
Sudah terlanjur basah. Nadine tak dapat mundur meskipun ia semakin gugup sekarang. Iya tetap harus maju dengan tetap memasang wajah setenang mungkin.
Kedoknya tidak boleh terbongkar sekarang!
Dari sisi Ken dan Ana, Josh dan Mesha memperhatikan. Terutama sang kakak yang begitu saksama melihat ke arah Nadine.
Mengamati setiap mikro ekspresi dan gestur tubuh si wanita cantik. Josh tampak menemukan sesuatu. Namun ia memilih untuk menyimpannya sendiri. Untuk saat ini.
Nadine merasakan Josh menatapnya dengan intens. Namun ia tak berani membalas tatapan itu dan hanya melihat pria incarannya melalui ujung mata. Sebab pandangannya kini ia arahkan pada kedua orang tua pria di sampingnya.
“Dengan posisi dan situasi saya saat ini, saya tidak berharap semua orang akan percaya pada saya. Tapi..., saya yakin dengan apa yang saya ucapkan, bahwa saya tidak punya niat sedikit pun untuk menjebak putra Tuan dan Nyonya.”
Nadine hanya mengatakan yang sebenarnya. Namun masih ada yang belum terungkap, bahwa bagaimana bisa jebakannya ini jatuh pada seorang Tuan Muda Leon yang terhormat.
Ia masih tidak menyangka.
“Berhenti bicara omong kosong, Nona! Kau pikir, dengan memasang wajah tenang dan sok polosmu itu, kami akan percaya padamu?! Hah!” bentak Leon emosi.
“LEON!”
“Aku percaya....”
Leon langsung memandang yang barusan bicara. Sementara Ken segera menoleh setelah meneriaki sang putra, saking kesalnya.
“Apa maksudmu, Josh? Bisakah kau menjelaskannya pada Bibi?” Ana menanggapi dengan tenang.
Meskipun memiliki pendapat yang sama, dia tetap penasaran dengan penjelasan keponakannya itu.
“Sulit menjelaskan secara detail, Bi! Aku hanya menggunakan instingku, seperti bagaimana Leon melakukannya.
“Well! Instingku mengatakan bahwa nona ini tidak mungkin sampai melakukan hal rendah seperti ini. Bagaimana menurutmu, Mesha?” Josh menanyai adiknya.
Tadinya Nadine sempat merasa senang, berpikir bahwa Josh memihak padanya. Dibela oleh seseorang yang ia suka, siapa juga yang tidak senang?!
Hal rendah?
Sayang sekali wanita cantik itu langsung meneguk salivanya dalam, setelah menyadari bahwa Josh hanya sedang menyindirnya secara halus.
Ternyata, tak ada siapapun di pihaknya. Walaupun begitu, Nadine tetap harus bertahan.
“Pendapatku juga begitu, Kak! Menurutku nona Nadine ini tidak secara sengaja bisa bermalam bersama kak Leon.”
Sedangkan penuturan Mesha adalah sebuah pemikiran seseorang yang lugu dan polos. Yang tak mengetahui dan menyadari bahwa memang terdapat maksud tertentu yang terkandung dalam kejadian ini.
Namun Josh dan yang lainnya menanggapi dengan tersenyum. Mereka menghormati hasil pemikiran wanita muda itu.
Kecuali Leon yang semakin sangar wajahnya, melihat semua orang mendukung opini tersebut.
“Baiklah...,” desah Ken dengan suara berat dan dalam.
Kaki yang tadinya menyilang pun kini bertumpu bersama. Ia pun menegakkan punggungnya.
Membuat semua orang ikut menegang dan menarik punggung ke belakang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Elisa Nursanti Nursanti
😎
2022-12-31
0