Bab 2 | Tidak Seperti Seorang Lelaki
Leonard Wiratmadja!
Siapa yang tidak mengenal nama itu di seantero negeri ini?
Pria muda yang biasa Tuan Muda Leon itu, merupakan putra tunggal dari Presdir Ken yang terhormat dan terkenal itu, bersama istrinya Nyonya Ana yang terkenal cantik dan berjiwa sosial tinggi.
Tuan Muda Leon merupakan generasi ketiga, sekaligus pewaris selanjutnya kerajaan bisnis keluarga Wiratmadja. Di usianya yang sudah menginjak 25 tahun ini, pamornya tak kalah dengan sang ayah di usia mudanya, dulu.
Tentu saja, Nadine juga mengenal nama itu!
Dia, wanita itu, adalah Nadine Alexander. Seorang gadis cantik nan gigih yang berasal dari keluarga yang tidak terlalu kaya. Hanya sebuah keluarga sederhana yang mencoba mempertahankan perusahaan surat kabar, yang sudah dijaga secara turun temurun.
Gadis dengan rambut cokelat bergelombang yang masih berusia 23 tahun itu, tahu dan hafal betul semua nama yang disebutkan di atas.
Karena sebenarnya, pria yang ia tergetkan juga merupakan bagian dari keluarga Wiratmadja. Yang tak lain adalah sepupu dari Tuan Muda Leon, Joshua Wiratmadja. Atau, orang-orang biasa memanggilnya Tuan Josh.
Nadine juga tahu, apabila yang berada di sisi pemuda incarannya itu adalah adiknya yang bernama Mesha. Seorang gadis manis yang baru saja menginjak masa-masa dewasa di usianya yang ke 20 tahun ini.
Nadine hafal, ia bahkan tahu bahwa masih ada saudara sepupu mereka lagi yang tinggal di luar negeri.
“Hem…, bagaimana kalau kita beri waktu dulu untuk mereka berpakaian. Baru setelah itu, kita bisa minta penjelasan dari mereka!”
Ketika Nadine hendak kembali mencerna situasi tadi malam, yang menyebabkannya berada di situasi canggung yang tidak ia sangka, wanita yang ia yakin adalah Nyonya Ana buka suara dan memecah keheningan yang dibakar emosi dan amarah.
“Aku tidak perlu menjelaskan apapun, Bu! Wanita ini….” Leon menunjuk Nadine penuh emosi. Seketika, gadis itu pun menoleh padanya dengan tatapan tajam. Ia tidak rela ditatap penuh hina dan benci, seperti itu. “Pasti dia sengaja, pasti dia menjebakku, Bu! Ibu tahu, kan, aku tidak mungkin-.” Pembelaannya pun langsung dipotong oleh sang ayah.
“Apa kau pantas bicara seperti itu, Leon?!” tegas Ken. Mata sang ayah sudah melotot dan hampir keluar. “Bicaramu tidak seperti seorang lelaki, sama sekali!” Bukan menghina, tetapi Ken sedang mengutarakan kekecewaannya pada sang putra.
Bagaimana tidak!
Ken dan Ana selama ini sudah mendidik Leon, agar selalu menjadi seorang lelaki sejati. Membuat Leon belajar untuk selalu bertanggung jawab atas apapun yang diperbuat.
Terlebih, masa depan sang putra yang sudah terlihat jelas di depan mata. Sebagai seorang penerus, Leon pasti akan mengemban begitu banyak tanggung jawab di pundaknya.
“Tapi, Ayah! Aku memang tidak-.”
“Kita bicara lagi nanti! Sekarang, lebih baik kalian pakai baju dulu!” Ana, sang ibu yang kini memotong ucapannya.
Jangan salah paham dengan suara lembut ibunya itu! Karena dibalik kelembutan itu, Leon sangat tahu bahwa ibunya pun sedang marah dan kecewa padanya.
Sedari tadi, Nadine benar-benar diam. Bahkan, sampai semua orang keluar dari ruangan itu, ia masih memilih tetap menjepit bibirnya rapat.
Meski, pria di sampingnya kembali menghardik dan menuduh dengan suara keras.
“Ini semua gara-gara kau!” erang Leon. Seumur hidup, ia tak ingin melihat tatapan kecewa dari mata ibunya. “Hey, wanita! Katakan, siapa yang sudah memerintahmu! Lalu, akan ku beri imbalan dua kali lipat dari apa yang dia berikan padamu untuk melakukan hal ini!” Sungguh pun, ucapan Leon terdengar mencemooh sama sekali.
“Seperti kata ibumu, kita bicara lagi nanti, setelah memakai baju!” balas Nadine seraya mengedip pelan.
Dengan suara dan wajah tenang itu, ia tarik selimut yang saat ini masih membungkus tubuh polos mereka berdua. Dengan sekuat tenaga.
Bugh!
“Aww!”
Hingga menyebabkan Leon terjatuh ke samping tempat tidur. Pemuda itu terjerembab di lantai, dengan tanpa sehelai benang pun yang menutupi.
Sambil membalikkan badan, membelakangi posisi Leon, Nadine belitkan seluruh selimut putih itu pada tubuh rampingnya. Tak peduli apabila lelaki tampan dan tegas itu tengah meringis nyeri, sambil memegangi pinggang.
“Heh! Dia kuat sekali!” cibir Leon sembari memijat pelan pinggang yang barusan terbentur lantai.
Sementar dilihatnya, Nadine tengah memunguti pakaian yang berserakan di lantai. Lalu berjalan menuju kamar mandi. Dengan acuh tak acuh dan tanpa menoleh sama sekali.
Sambil menarik bantal untuk menutupi juniornya di bawah perut, Leon mendudukkan diri. Sepasang matanya menyipit, menatap punggung Nadine yang kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi.
“Dia datang ke sini atas perintah seseorang, atau mungkin, karena kemauannya sendiri?” Alis pria itu makin menukik dalam, kala ia dilanda kebingungan.
“Situasi ini agak aneh, karena dari tadi, dia tidak membela diri sama sekali. Tapi dia juga terlihat acuh dan tidak mencoba menggodaku, setelah bangun tadi dan tahu apa yang terjadi pada kami.”
Sama seperti apa yang terjadi pada Ken dulu ketika muda, Leon pun kini mengalami hal yang sama. Di mana begitu banyak wanita yang menggilainya.
Beberapa klien pun mencoba yang terbaik untuk menyenangkan hatinya dengan berbagai cara. Termasuk dengan melempar beberapa wanita cantik pada pemuda gagah itu.
Leon sudah tidak aneh dengan hal semacam ini. Namun selama ini, ia selalu berhasil menghindar dari berbagai jebakan. Tapi sepertinya, dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya kali ini. Akhirnya, ia masuk jebakan juga.
Sambil tak berhenti berpikir, pria itu juga memunguti pakaiannya sendiri. Lalu mengenakannya, sebelum ia dan wanita itu disidang oleh ayah dan ibunya.
Sementara di dalam kamar mandi,
Nadine tengah mengenakan dress hitam top less berlengan yang panjangnya sampai melewati lutut. Lalu, ditatap wanita itu cermin lebar di hadapannya.
Ia basuh wajah kusutnya dengan siraman air dingin yang menyegarkan. Meraup wajah basah itu, lalu menunduk dalam.
“Apa yang terjadi? Kenapa bisa jadi seperti ini?” desahnya frustasi sembari menyugar rambut cokelatnya ke belakang. “Kenapa jadi Tuan Muda Leon? Kenapa bukan Tuan Josh?!” Rasa frustasinya ia tiupkan ke wastafel di bawah wajah.
Berusaha keras wanita itu memikirkan kembali apa yang terjadi malam tadi. Mengapa sampai ia bisa salah jebak begini?
Benar! Nadine ingat ia juga memungut ponselnya yang keluar dari tas, ketika memunguti pakaiannya tadi.
Tutt!
Nadine segera menelepon sang adik, Michael Alexander. Atau biasa dipanggil Mike. Dan panggilan itu lekas tersambung.
“Bagaimana, Kak?” Sang adik langsung bertanya dengan antusias, begitu mengangkat panggilan kakaknya.
“Bagaimana apanya? Bukan Tuan Josh, tapi aku malah tidur dengan Tuan Muda Leon!” seru Nadine yang frustasi dan juga kesal.
Sadar suaranya terdengar agar keras, wanita itu pun buru-buru mengecilkan suara. Jangan sampai, pria di luar mendengar pembicaraannya ini.
“Kalau begitu, bagus malah-!” Suara Mike terdengar ambigu.
“Bagus?” beo Nadine yang kebingungan sembari mengernyitkan alis.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Wiwit
sukaaaaaa banget
2023-01-31
0
Erni Cahaya Nst
lanjuuut thor
2022-12-31
0