Setelah selesai membersihkan dirinya, Siska turun ke bawah dan para pembantunya sudah pulang ke rumah. Siska hanya menyewa jasa pembantu, tugas mereka hanya bersih-bersih atau memasak, setelah selesai mereka semua langsung pulang ke rumahnya masing-masing.
Wanita itu tidak sarapan karena selera makannya hilang memikirkan permasalahan nya.
"Lebih baik aku joging saja. Sambil refreshing agar pikiran ku segar kembali dan saat Mas Haikal pulang, aku bisa bertanya dengan kepala dingin," gumam nya pelan.
*
*
Siska berlari kecil di jalanan kompleks rumahnya khusus untuk orang joging. Dia sedang berusaha tegar, meski sesekali air matanya jatuh membasahi pipi.
Wanita itu pun memilih duduk di kursi taman. Dia menutup wajahnya menangis sesenggukan. Pura-pura tegar bukanlah karakter Siska. Wanita itu selalu menangis bila memang sedang sedih.
"Laila? Hiks … namanya norak banget. Pasti orangnya jelek juga! Tidak cocok banget jadi pelakor," ketus Siska seraya menangis.
Seseorang memperhatikan Siska dari kejauhan. Dia merasa kalau Siska sedang tidak baik-baik saja, wanita itu butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.
Dia pun segera menghampiri Siska.
"Buk Siska," sapanya ramah membuat Siska mendongak menatap orang yang menyapa nya.
"Anda siapa?" Bukan menjawab, Siska malah bertanya. Wanita itu tidak mengenali siapa wanita paruh baya su hadapannya. Wanita itu juga memakai pakaian olahraga, bedanya dia berhijab.
Logat nya pun seperti bukan orang Indonesia.
"Ah, iya. Perkenalkan nama saya Fatimah, rumah saya tepat di depan rumah, Buk Siska. Saya mengenal Anda karena sering melihat Anda keluar rumah. Buk Siska, kenapa?" tanya Fatimah pada Siska.
Wanita paruh baya itu duduk di samping Siska. Aura nya seperti orang baik, Siska merupakan karakter orang yang apabila sedang sedih jangan di tanya kenapa? Karena air matanya langsung menangis.
"Nggak apa-apa, hiks!" tangis Siska langsung pecah membuat Fatimah terkejut. Dia pun langsung menarik Siska membawa wanita itu masuk ke dalam pelukannya. Fatimah mengelus punggung Siska yang bergetar karena menangis.
"Ada apa, Buk? Kalau memang butuh teman cerita, saya siap, kok. Tenang saja! Rahasia Ibuk pasti aman sama saya."
Fatimah berkata lembut membuat Siska nyaman. Wanita itu menangis sesenggukan dalam pelukan Fatimah, sejenak dia merasa tenang.
Setelah selesai menangis sesenggukan. Siska pun langsung menatap ke arah Fatimah. Wanita paruh baya itu menatapnya dengan sorot mata iba.
Tidak dapat ia tahan sendiri, akhirnya Siska pun menceritakan permasalahan nya pada Fatimah.
"Saya sedih, Buk. Semalam setelah berhubungan badan, suami saya menyebut nama wanita lain saat sampai k*limaks. Saya sedih, Buk. Takut sekali kalau suami saya main api di belakang saya. Bagaimana kalau dia sudah main api dan sampai ke tahap berhubungan badan? Saya tidak siap, Buk. Saya takut! Di dunia ini saya cuma punya dia dan anak laki-laki saya!"
Siska menceritakan nya dengan berderai air mata. Dia sakit hati juga lemah, kalau bercerita pada kedua orang tua Haikal maka sudah pasti Haikal babak belur. Sebab kedua mertuanya itu sangat menyayangi Siska.
Pernah sekali Haikal di hajar oleh ayahnya karena ketahuan memarahi Siska. Tentu saja wanita itu takut kalau suaminya terluka.
Fatimah mendengarkan dengan cermat. Dia tidak menyela pembicaraan Siska sedikitpun.
"Apa suami Ibuk akhir-akhir ini suka main HP? Atau senyum-senyum sendiri di depan ponsel?" tanya Fatimah serius membuat Siska berpikir keras.
Seingatnya Haikal tak pernah begitu. Wajahnya selalu datar dan dingin, dia sendiri jarang melihat pria itu tersenyum manis. Berbeda saat pacaran dulu.
"Boro-boro tersenyum, Buk. Buat ngomong saja dia jarang. Kalau pun dia senyum, saya yang takut! Karena saking jarang nya dia tersenyum!" balas Siska cepat membuat Fatimah terkejut bukan main.
"Jadi, maksud Ibuk suami Ibuk tidak pernah tersenyum gitu? Saat bersama Buk Siska juga tidak pernah tersenyum?" tanya Fatimah tak dapat menutupi raut wajah terkejut nya.
Siska pun menganggukkan kepalanya. Dia sendiri tidak mau berbohong, berbicara apa adanya dengan Fatimah. Karena merasa wanita itu orang baik.
"Kalau begitu ceritanya, sepertinya benar dugaan, Ibuk. Karena –,"
Belum sempat Fatimah menyelesaikan perkara nya. Siska sudah lebih dulu menangis histeris mendengar jawaban Fatimah.
"Huwaa … saya tidak mau di selingkuhi, Buk." Siska menangis kencang membuat Fatimah panik. Dia langsung menutup mulut Siska agar wanita itu tidak berteriak dan orang-orang akan tahu aib rumah tangga Siska.
"Suttt … jangan teriak-teriak, Buk. Ini aib," gumam Fatimah berbisik pelan.
"Ibuk tenang saja, saya akan kasih tahu cara agar suami Ibuk tidak selingkuh," bisik Fatimah pelan membuat Siska terdiam.
"Caranya?" tanya Siska dengan suara serak.
Darimana tersenyum misterius. Dia pun berbisik di telinga Siska.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Bahrul Ulum
nasehat yg baik tdk pernah datang trlambat, ibuk fatima tulus menasehati.
2023-06-02
1
💥💚 Sany ❤💕
Syukurlah...Ada orang baik yg nasehatin n kasih solusi buat Siska.
2023-04-18
2
Nyoman Wirati
semoga saja bu fatimah beneran baik ya😊😊😊
2023-04-15
1