"Siapa Laila?" tanya Siska cepat membuat raut wajah Haikal berubah tegang. Pria itu terkejut pastinya mendengar pertanyaan sang istri.
"Siapa Laila, Mas? Jawab aku!" tegas Siska menatap lekat wajah kaku suaminya.
Haikal melepaskan celana tangan Siska, dia masuk ke dalam mobilnya. Tanpa berniat menjawab pertanyaan sang istri.
"Mas, kamu belum jawab pertanyaan aku! Siapa Layla?" Wanita itu mengetuk jendela mobil suaminya.
Haikal tak menghiraukan, pria tampan itu segera beranjak pergi dari sana. Dia menancapkan gas mobil, meninggalkan pekarangan rumah. Siska hanya mampu menatap nanar kepergian sang Suami.
Huff.
Wanita itu menghela nafas berat, dia berusaha tetap tegar dan berprasangka baik, guna menenangkan hati dan jiwanya. Dia sedang pusing, dan tak ingin menambah rasa pusing lagi dengan memikirkan siapa Layla.
"Bisa-bisa aku gila kalau mikirin Layla jablay itu," gumam Siska memukul kepalanya pelan.
*
*
Seorang wanita paruh baya berdiri di hadapan rumahnya. Dia melihat Siska sedang berada di garasi rumah, tersenyum cerah melihat wanita yang pernah ia temui sekali saat olahraga pagi.
"Buk Siska!" panggil nya kencang membuat Siska mengalihkan atensi ke arahnya.
Siska juga tersenyum cerah. Wanita itu segera melangkah mendekati pagar rumahnya.
"Eh, Buk Fatimah! Ada apa, Buk?" Siska bertanya dengan sopan pada tetangga nya itu.
"Hari ini Ibuk ada rencana ke mana?" tanya wanita paruh baya itu menghormati Siska dengan memanggil Ibuk.
"Tidak ke mana-mana, Buk. Rencananya cuma mau nonton Drama Korea aja sambil ngemil. Emang kenapa ya, Buk?" Siska bertanya kembali dengan raut wajah bingung.
"Saya mau ajak Ibuk buat ikut pengajian Di mesjid Nurul Iman hari ini, Ibuk mau tidak?" ajak wanita paruh baya itu membuat Siska terkejut.
Wanita itu menelan ludahnya kasar. Sudah puluah tahun dia tidak pernah mengaji lagi, ke mesjid pun waktu lebaran saja. Selebihnya tidak, gugup tentunya dan sedikit takut.
Namun, bila menolak pun tidak mungkin, sebab dia sudah jujur kalau dirinya takkan ke mana-mana. Fatimah melihat keraguan di wajah Siska.
"Ayolah, Buk. Sesekali ke mesjid buat ikut pengajian. Setidaknya sebulan sekali kita ke mesjid biar hidup kita berkah. Percaya deh, awalnya memang bosen dan ngantuk waktu denger ustadzah mengajar. Tapi, kalau udah terbiasa. Pasti bakal nagih, di sana juga kita bakal dapat banyak ilmu tentang pernikahan. Apalagi ilmu tentang merayu suami dingin seperti kulkas dua pintu!" rayu Fatimah membuat raut wajah Siska cerah.
Mendengar kalimat terakhir Fatimah, membuatnya semangat.
"Tapi, nanti di sana tidak bakal di tanya ini itu, 'kan, Buk? Soalnya saya sudah lama tidak mengaji. Jadi, rada-rada anu, Buk!" balas Siska gugup membuat Fatimah tersenyum geli.
"Tidak akan, Buk. Palingan kita nanti yang bertanya sama ustadzah!"
"Baiklah, kalau begitu saya ikut, jam berapa pengajian nya, Buk?" tanya Siska senang.
"Jam 09:00, Buk. Tapi, kita siap-siap sekarang saja biar bisa duduk di shaf depan."
"Baik, Buk. Perginya pake mobil saya saja gimana?" tawar Siska.
"Aduh, Buk. Kita jalan kaki aja gimana? Itung-itung biar dapat pahala banyak, bonus nya kita bisa lebih sehat, hehe!" balas Fatimah seraya terkekeh geli.
Siska pun menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pun kembali ke rumah masing-masing guna bersiap-siap untuk pergi ke pengajian. Siska mengeluarkan pakaian gamis terbaiknya yang ia simpan dalam lemari.
Wanita itu tersenyum cerah.
"Nah, ketemu juga! Hihi … gamis ini dulunya di beliin sama Mas Haikal waktu pacaran buat lebaran," gumam Siska pelan.
Wanita itu menatap pantulan dirinya di depan cermin seraya mencocokkan gamis berwarna putih itu dengan tubuhnya. Siska tersenyum cerah, ternyata gamis itu masih cantik dan awet.
"Aku mau mandi dulu ah! Hihi … kalau ada Reihan pasti dia bakal seneng lihat mamanya ikut pengajian … haiss … Reihan mama rindu," pekik Siska dalam kamar mandi.
*
*
Mobil Haikal melaju kencang membelah jalanan kota. Pria itu mendengus kesal karena keteledoran nya membuat pria itu lupa membawa berkas penting.
"Ck, lain kali aku harus lebih teliti," gumam Haikal pelan.
Pria itu sempat melirik mesjid yang berada di depan lorong kompleks rumahnya sangatlah ramai. Di penuhi oleh laki-laki dan wanita, tetapi dominan nya laki-laki.
"Tumben rame," gumam Haikal pelan.
Setelah sekian perjalanan, pria itu tiba di rumahnya. Segera saja dia masuk ke dalam rumah. Namun, saat tiba di ruang tamu. Dia melihat sang istri sedang turun dari tangga menggunakan pakaian syar'i dengan riasan natiraly.
Degg degg degg.
Jantung Haikal berdegup kencang seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia terkejut dengan kecantikan sang istri memakai pakaian tertutup. Dadanya berdebar kencang, perutnya terasa geli seperti ada di ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam nya.
"Anggun sekali," gumam pria itu pelan.
"Eh, Mas? Kamu kok pulang lagi? Apa ada yang ketinggalan?" Siska bertanya polos melihat sang suami berdiri di depan tangga.
"Mas?" panggil Siska lembut saat sang suami tak menjawab pertanyaan nya.
"Mas, kok kamu bengong sih?" tanya Siska lagi membuat Haikal sadar.
Merah pipi Haikal, malu kepergok menatap istrinya dengan tatapan kagum.
"A-aku."
Belum sempat Haikal menyelesaikan perkara nya. Suara bel berbunyi membuat Siska tersenyum cerah.
"Mas, aku pergi ikut pengajian dulu yah di mesjid Nurul Iman. Bareng Buk Fatimah tetangga kita! Assalamualaikum."
Siska mencium punggung tangan sang suami lalu pergi begitu saja. Tanpa menyadari kalau sang suami terkejut dengan sikapnya.
Tangan Haikal masih melayang di udara. Dia menatap tangannya yang di cium oleh sang istri. Entah mengapa hatinya yang beku perlahan mencair seperti di siram oleh air hangat.
Seperti bunga yang layu kini kembali mekar, bahkan lebih mekar dan harum dari sebelumnya.
"Apa ini mimpi?" tanya nya pada diri sendiri. Terlalu tabu melihat istrinya memakai pakaian syar'i. Biasanya Siska sering memakai pakaian kurang bahan.
Dia menoleh ke belakang dan melihat siluet istrinya keluar rumah. Pintu tertutup rapat.
Segera saja Haikal beranjak membuka pintu rumahnya. Tampak sang istri sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita paruh baya berpakaian syar'i juga.
"Buk, itu suami Ibuk liatin ibuk terus!" bisik Fatimah membuat Siska menoleh ke pintu rumah nya.
Dia melambaikan tangan nya, dengan senyuman manis membingkai wajahnya.
"Aku pergi dulu ya, Mas. Bye-bye." Siska tersenyum cerah mirip seperti Reihan. Lalu pergi jalan kaki meninggalkan Haikal yang terpaku di pintu rumah.
"Mesjid Nurul Iman? Bukannya tadi aku lihat banyak sekali lelaki di sana," gumam Haikal pelan dengan rasa cemburu membara dalam dada.
*
*
Komentar 100 author langsung up lagi insya Allah 🥰🥰
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Selita Awini
pantesan aja Haikal udah mulai perhatian sama istrinya dia udh mendua
2023-10-21
2
Mrs.Labil
nah lo, baru sadar kalo istrinya cantik 💃💃💃
2023-08-06
0
Ifti Nisa
cemburu pak bos?makan tuh cemburu🤣🤣bukanya situ udah punya kepala kelinci ya?😁
2023-05-05
1