Dua Mata Koin

______________________________________________

 "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control."

Bertemu denganmu adalah takdir, menjadi temanmu adalah pilihan, tapi jatuh cinta denganmu benar-benar di luar dayaku."

______________________________________________

Romance Quote di atas hanya pemanis saja dan Sudah sering juga kita melihat kata-kata cinta model itu, lagi-lagi hanya membias judul dan kejadian yang memang dialami Onci.

Seperti yang diceritakan dalam Judul sebelumnya, ada yang terlihat janggal pertemuan pertama Onci dan Dhea, kita temukan faktanya sekarang.

Eits, tapi jangan lupa siapkan coklat atau kopi hangat sebagai kawan, biar tidak kantuk membaca Novelnya. Pada seruput pertama, Onci mulai intens komunikasi dengan Dhea, bahkan lelaki berkacamata ini, meluangkan waktunya untuk sekedar mencari angin dan bertemu gadis itu.

Yah, hanya sekedar mencari angin atau makan malam, rasa itu pun tumbuh. Tetapi Onci masih belum juga mendapatkan kesempatan bertemu ke rumah Dhea, atau mungkin gadis itu mencari waktu yang tepat untuk memperkenalkan Onci ke Mamah dan Papah-nya.

Oh iya kita belum tahu persis siapa gadis yang memiliki nama lengkap Dhea Christianti ( Tak kenal makanya tak sayang, cukup sampai di sayang saja yaaah?! Kalau dicintai kasian Onci nanti Jombo lagi).

Dhea, adalah putri pertama dari Keluarga yang memiliki marga berbeda. Papah nya bermarga Lee, sedangkan Mamahnya, bermarga Chan, kita 12 Ribu an marga yang tercatat dalam  Kamus Besar Marga Tiongkok (中华姓氏大辞典; Zhōnghuá xìngshì dà cídiǎn) jumlah marga yang tercatat dalam sejarah sekitar 11.969 buah.

Dimana Danxing atau marga berhuruf tunggal berjumlah 5.327, dan Fuxing atau marga berhuruf dobel berjumlah 4.329 buah, sedangkan marga lainnya jumlahnya 2.313 buah.

Ok, lanjut di seruputan ke dua...

Papahnya Dhea, adalah seorang pengusaha dan pekerja yang tekun, mulai dari pagi hari sampai tengah malam, masih bergelut dengan bidang usaha nya sebagai supplier alat berat.

Sedangkan mamahnya hanya seorang Ibu Rumah Tangga biasa, yang dengan sabar memahami karakter ketiga anaknya dan melayani sang suami.

Dhea memiliki dua orang adik, Intan dan Tama. Intan baru duduk di kelas 2 SMA sedangkan Tama masih kelas 2 SMP.

Intan gadis yang tambun dan cukup Humble. Sekalipun mereka terlahir di keluarga yang memiliki strata ekonomi Menengah Ke Atas tetapi tidak membuat mereka jumawa dan sombong, tidak pernah membeda-bedakan satu dengan yang lain.

Dhea sering berselisih paham dengan Intan, Yaah, seputar urusan beres-beres rumah dan kamar, karena Intan paling malas banget merapihkan rumah apa lagi kamarnya sendiri.

Sengaja orang tuanya tidak mempekerjakan asisten rumah tangga, disamping anak-anaknya sudah besar dan harus mandiri. Itu yang orang tua tanamkan kepada ketiga anaknya.

Sedangkan Tama, anak cowok satu-satunya dan asik dengan dunia games, ia super cuek dengan urusan orang lain, sekalipun Kakaknya berselisih, Tama cuek dan memiliki urusan lain dan asik sendiri.

(Gw yakin, Onci sendiri tidak banyak tahu tentang Dhea dan keluarganya. Dan tidak mau cari tahu tentang Dhea. Gw sendiri browsing cari informasi tentang Dhea dari Wikipedia...hahaa...kidding. Tapi slow Ci! Gw bukan Valentino Rossi yang hoby cari kesempatan di tikungan)

Keluarga Dhea begitu ta'at beribadat, mereka punya hari yang khusus, Sabtu dan Minggu (Full Day ) pelayanan di Gereja. Anak-anaknya sendiri pun rajin menjadi pelayan gereja.

__________________¤¤¤_____________

Suasana pagi ini jauh berbeda, disaat yang lain asik menyantap sarapan, dan seruput kopi atau teh manis, tidak dengan Onci paginya sedikit terusik. Suara kicau burung berganti dengan omelan dari kedua orang tuanya.

Byaaaaaaar....

Mimpi indah berganti dengan air bah yang mendarat di wajahnya.

"Banjiiir....banjiiir!" ekspresi wajahnya seperti orang kelelep, kontan membuatnya terbangun. Ketika sadarkan diri, dalam pandangannya yang burum, ia terkejut melihat dua sepasang manusia yang berdiri di hadapannya.

"Lama-lama ane kehilangan kesabaran sama ente Rozi! Orang-orang mah udah pada kelar solat Dhuha, ente masih ngedengkur. Ente kira di neraka ada kasur?! Cepat bangung atau ane bawa selang aer ke kamar ente!" sambil tolak pinggang dan memegang gayung, Abah Syahrul dengan muka angker beridiri di hadapan Onci.

"Iya Baaah, lagi juga Ozi tidur habis Solat Subuh." Onci membela diri dengan wajah kuyup.

"Ente dipesantrenin bukannya jadi orang beneeer malah makin hari, makin menjadi-jadi. Aneeee malu sama Allah, nggak bisa didik ente anak satu-satunya." Abah masih kesal dan terus menghujani Onci dengan omongan yang cukup terasa di hatinya.

"Udah Bah, biar ini anak Umi yang ajak ngomong bae-bae!" bela Umi, agar Abahnya tak terus memarahi Ozi alias Onci.

"Ente sih Mi terlalu manjain ini anak, jadi begitu kelakuannya. Anak kaya gini udeh nggak bisa diomongin bae-bae. Bagus ane nggak siram die pake aer panas!!" kalau sudah urusan ibadah, Abah Syahrul tidak bisa toleransi lagi.

"Istighfar Baaah!" pinta Umi.

"Abah takut Mi, kalau diminta pertanggung jawaban ini anak di akherat! Ente juga tahu, anak amanah Allah, dan kewajiban orang tua ngedidik agame!" Abah masih saja terus membombardir Onci dan Umi dengan nasehat agamanya.

Onci hanya tertunduk diam seribu bahasa, ia pun mengakui kesalahannya, dan paham apa yang orang tuanya harapkan. Lagi tengah memarahi Onci, suara ketukan pintu menghentikan omelan Abah.

Tok....tok...tok.

"Asalamu'alikum jiiii....!" suara itu mengusik telinga

"Alikum salaaam...." Umi pun menjawab dan menghampiri tamu yang datang, dan memastikan siapa dia?

"Ya Allah Ji Romli, kirain siapaa...masuk Jii...!" umi membuakan pintu dan mempersilahkan Haji Romli, sahabat Abah untuk masuk ke dalam rumah.

"Si Haji ada?" tanyanya

"Ada di dalem, lagi kongko sama si Ozi."

"Laaah itu anak udah balik ke rumah? Kirain ane masih mondok!"

"Udah lama pan kelar mondoknye! Lagi ada aje di rumah, biasanya sibuk urus acara ke mall-mall." Jelas Umi menyembunyikan aib anaknya, yang baru saja dimarahi.

"Ini ane ke sini mau lanjutin obrolan kite kemaren. Pan kemaren nggak ketemu si Haji, sekarang ane bawa nih anak ke mari! Neeeng masuk....Neng!" ucap Haji Romli, dan memanggil putrinya, yang masih menunggu di luar.

"Ooooh yang mau jadi guru di mari itu?!" Umi menegaskan lagi maksud kedatangan Haji Romli ke rumah.

"Sebentar ya ji, saya panggilin dulu Abahnya."

Baru saja Umi melangkah, Abah pun sudah muncul dari balik gorden.

"Eeeh ente jii....!" ucap Abah dengan dialeg Arab dan Betawi.

"Ente romannya sibuk beneeeer! Sampe susah ane temuinnya." Sindir sahabatnya itu.

"Ane sibuk apa lagi sih ji, cuman ngajar doang."

"Oh iya, ane mau minta tolong sama ente. Anak ane si Nabila kan baru kelar kuliah keguruan, kali aje ada peluang untuk anak ane belajar ngajar." Jelas Haji Romli membuka pembicaraan.

"Ane kalo ente yang minta udah nggak bisa nolak deeh! Ini dia anaknya?" sambil melihat ke arah gadis si pemilik hidung mancung itu, dan Nabila hanya tersenyum malu.

"Ane mah sekedar minta tolong sama ente aja ji, kali ajaa ini anak bisa bantu-bantu istri ente ngajar."

"Iyeeee ji, justru memang ane lagi butuh guru untuk ngajar murid. Ente juga tahu, ane sama Amineh udah tua, terbatas kesehatan dan fisik."

"Ane juga paham ji, ini lamaran kerjanye." Haji Romli menyodorkan amplop coklat besar.

"Yaaaeeelaah pake ginian segala, ane percaya putri ente pinter."

Disela obrolan, Umi Aminah muncul dari balik gorden membawakan minum dan setoples makanan ringan.

"Diminun ji, neng...siapa namanya deh?"

"Nabila, Umi." Jawabnya tersipu malu.

"Iya neng Nabila diminum yaaah?"

"Terimakasih Umi." Jawab Nabila sambil melempar senyum.

"Besok mulai ngajar ya Neng, untuk sementara kelas satu sampe tiga Ibtidaiyah dulu." Ucap Abah.

Tengah asik berbincang-bincang, Onci pun keluar dari kamar dan bergegas mau meninggalkan rumah.

"Bah..Umi, Onci keluar sebentar ya? Ada urusan sedikit." Onci pamit

"Tunggu dulu mau kemana ente? Salaman dulu sama si Haji dan Nabila." Pinta Abah

Onci pun menyodorkan tangan dan menyalami mereka.

"Ya Allah, lembut amaat tangannya." Gumam Onci dalam hati saat bersentuhan dengan jemari Nabila.

"Onci." Ia mulai memperkenalkan diri dengan Nabila.

"Inget waktu yaa Bang, ada yang mau Umi obrolin." Pesan Umi.

"Iya Mi." Ucapnya sambil menundukan kepala.

Karena hari ini, seperti biasa ada panggilan tugas dari Dhea, yang minta diantar ke kampus dan latihan dance.

"Assalamu'alikum."

"Walaikum salam." Jawab mereka serentak

Dan Onci pun pergi meninggalkan rumah, mengendarai motor sportnya, tak lama Haji Romli dan Nabila pun pamit pulang.

"Ji, udah gitu aja dulu ya? Ane ada urusan dulu dikit, biasa ada yang mau beli mobil." Pinta Haji Romli yang juga pengusaha jual-beli mobil.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Siti Yatimatin

Siti Yatimatin

salamnya bgus kok jawabnya alikum salam .authooooorrr dijaga dong bahasanya itu artinya apa

2022-07-12

0

Rostika Ali

Rostika Ali

Onci cocok deh ngan nabila. Lanjut.. 😁😁

2022-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 DARIMANA DATANGNYA CINTA TAK WAJAR?
2 Naskah Cinta Di Mulai Dari Sini
3 Bukan Sales Panci, Tapi Sales Hati
4 FIRS DATE :Bro, ini Bioskop Bukan Hotel
5 Dua Mata Koin
6 Wisdome : Gue Suka Gaya Loh!
7 SMACKDOWN : Oh, InI Alasannya
8 BACKSTREET : Bimbang Memilih
9 Asisten Pribadi apa Tukang Ojek, Bos?
10 Kita Beda?
11 Cenat-Cenut
12 Harap-Harap Cemas
13 Jebakan Pertama
14 Tidak Cukup Sampai Disini
15 Apa Karena Kita Beda? ( 2 )
16 Koko Samuel : Whats???
17 Belajar Dari Sepatu
18 Q&A : Satu Tapi Tak Sama
19 Batas Suci
20 Dilema
21 Kamu, Abah dan Umi
22 Cemburu ( Nggak Pake ) Buta
23 Peri Cintaku
24 Darurat Hati
25 PLAN A : DONE
26 Bidadari Jatuh Di Hati
27 Tuhan, ini Sudah Tak wajar
28 Beem! Seperti Pistol Menempel Di Kepala
29 Cinta Bicaralah
30 Assalamu'alikum, Salom
31 Boleh?Aku Mencitaimu Dalam Diam
32 Haramkah Wanita Katakan Cinta?
33 Dalam Mihrab Cinta
34 Asal Kau Tahu dan Cukup Tahu
35 Berdamilah Dengan Keadaan
36 Lalu Untuk Apa Tuhan Ciptakan Hati?
37 Memilih Hidup itu Berat
38 Jangan Salahkan Perpisahan
39 Sebatas Simbol
40 Menyembunyikan Air Mata
41 Duhai Pemilik Takdir Hidup
42 Oh, Disisi Lain
43 Cinta, Sesakit ini Kah?
44 Berharap Sakinah
45 Tak Ada Salju Di Malam Natal
46 Luka Tak Nampak Memar, Tapi Membekas Di Hati
47 Mujahiddah Rumah Tangga
48 Drama Luka
49 Diantara Yang Kedua
50 Menggadaikan Senyum
51 Apakah Semesta Mendukung?
52 Tentang Dongeng Di Malam Pertama
53 Aib Mu, Aib Ku Juga
54 What's?! Sakinah Mawadah Warahmah?!
55 Dosa Terindahkah?
56 305/306
57 Aku Punya Hati dan Air Mata Yang Sama
58 Dilema
59 Memilih Pergi
60 TEGA
61 Jangan Salahkan Umi Mengandung
62 Tak Pernah Dijamah Pria Mana Pun
63 Dag...Dig...Dug
64 Yang Punya Tak Merasa Memiliki
65 Banyak-Banyak Sabar
66 Ini Yang Dimaksud Qodrat Wanita?
67 Sebuah Konsekwensi Hidup
68 Harap-Harap Cemas
69 Tak Ada Yang Salah Dengan Perpisahan
70 Selamat Jalan Umi
71 H-1
72 Harusnya Aku
73 Babak Baru Pun Dimulai
74 Sebuah Konsekwensi
75 Mengguncang Langit
76 Oh Ternyata...
77 Belum Berakhir
78 Dan Kini Waktunya Tiba
79 Khadijah Milenial
80 Gayung Bersambut
81 Beda Tipis Cilok dengan Cinlok
82 Sebegini Sakitnya
83 Tak Perlu Ke Dokter Bedah
84 Dia, Dia, atau Dia?!
85 Mencari Luka Sendiri
86 Tunai Sudah Janji
87 Membuka Rahasia
88 Sungkem Satu
89 Rujak Coklat : Nasihat Pernikahan
90 Tak Ada Duka yang Abadi
91 Tamu di Rumah Sendiri
92 Jika Sakit Menjadi Penawar Dosa
93 Menjemput Cinta
94 Prasasti Abadi Untuk Sebuah Nama
95 Selamat Tinggal Orang Baik
96 Kembali
97 Selepas Abah Pergi
98 Sang Pewaris
99 Sakit Mu, Sakit Ku Juga
100 Kesempatan Kedua Kah?
101 Ujian Cinta Nabila
102 Teror
103 Masih Gentayangan
104 Bukan Bicara Manis, Tapi Pahitnya
105 Setitik Rahmat Di Tengah Duka
106 Ustadz, I'm Falling In Love
107 Sakitnya Pun Begitu Nikmat
108 Harap-Harap Cemas
109 Alhamdulillah Ala Quli Hal
110 Ada Hati yang Dijaga
111 Pilihan
112 Angin Syurga
113 Kabar apa ini?
114 Pergi Membawa Canda Pulang Memberi Luka
115 Suami Untuk Istriku
116 Sebatas Kenangan
117 Tak Perlu Menghujat Langit
118 Menanti Iddah
Episodes

Updated 118 Episodes

1
DARIMANA DATANGNYA CINTA TAK WAJAR?
2
Naskah Cinta Di Mulai Dari Sini
3
Bukan Sales Panci, Tapi Sales Hati
4
FIRS DATE :Bro, ini Bioskop Bukan Hotel
5
Dua Mata Koin
6
Wisdome : Gue Suka Gaya Loh!
7
SMACKDOWN : Oh, InI Alasannya
8
BACKSTREET : Bimbang Memilih
9
Asisten Pribadi apa Tukang Ojek, Bos?
10
Kita Beda?
11
Cenat-Cenut
12
Harap-Harap Cemas
13
Jebakan Pertama
14
Tidak Cukup Sampai Disini
15
Apa Karena Kita Beda? ( 2 )
16
Koko Samuel : Whats???
17
Belajar Dari Sepatu
18
Q&A : Satu Tapi Tak Sama
19
Batas Suci
20
Dilema
21
Kamu, Abah dan Umi
22
Cemburu ( Nggak Pake ) Buta
23
Peri Cintaku
24
Darurat Hati
25
PLAN A : DONE
26
Bidadari Jatuh Di Hati
27
Tuhan, ini Sudah Tak wajar
28
Beem! Seperti Pistol Menempel Di Kepala
29
Cinta Bicaralah
30
Assalamu'alikum, Salom
31
Boleh?Aku Mencitaimu Dalam Diam
32
Haramkah Wanita Katakan Cinta?
33
Dalam Mihrab Cinta
34
Asal Kau Tahu dan Cukup Tahu
35
Berdamilah Dengan Keadaan
36
Lalu Untuk Apa Tuhan Ciptakan Hati?
37
Memilih Hidup itu Berat
38
Jangan Salahkan Perpisahan
39
Sebatas Simbol
40
Menyembunyikan Air Mata
41
Duhai Pemilik Takdir Hidup
42
Oh, Disisi Lain
43
Cinta, Sesakit ini Kah?
44
Berharap Sakinah
45
Tak Ada Salju Di Malam Natal
46
Luka Tak Nampak Memar, Tapi Membekas Di Hati
47
Mujahiddah Rumah Tangga
48
Drama Luka
49
Diantara Yang Kedua
50
Menggadaikan Senyum
51
Apakah Semesta Mendukung?
52
Tentang Dongeng Di Malam Pertama
53
Aib Mu, Aib Ku Juga
54
What's?! Sakinah Mawadah Warahmah?!
55
Dosa Terindahkah?
56
305/306
57
Aku Punya Hati dan Air Mata Yang Sama
58
Dilema
59
Memilih Pergi
60
TEGA
61
Jangan Salahkan Umi Mengandung
62
Tak Pernah Dijamah Pria Mana Pun
63
Dag...Dig...Dug
64
Yang Punya Tak Merasa Memiliki
65
Banyak-Banyak Sabar
66
Ini Yang Dimaksud Qodrat Wanita?
67
Sebuah Konsekwensi Hidup
68
Harap-Harap Cemas
69
Tak Ada Yang Salah Dengan Perpisahan
70
Selamat Jalan Umi
71
H-1
72
Harusnya Aku
73
Babak Baru Pun Dimulai
74
Sebuah Konsekwensi
75
Mengguncang Langit
76
Oh Ternyata...
77
Belum Berakhir
78
Dan Kini Waktunya Tiba
79
Khadijah Milenial
80
Gayung Bersambut
81
Beda Tipis Cilok dengan Cinlok
82
Sebegini Sakitnya
83
Tak Perlu Ke Dokter Bedah
84
Dia, Dia, atau Dia?!
85
Mencari Luka Sendiri
86
Tunai Sudah Janji
87
Membuka Rahasia
88
Sungkem Satu
89
Rujak Coklat : Nasihat Pernikahan
90
Tak Ada Duka yang Abadi
91
Tamu di Rumah Sendiri
92
Jika Sakit Menjadi Penawar Dosa
93
Menjemput Cinta
94
Prasasti Abadi Untuk Sebuah Nama
95
Selamat Tinggal Orang Baik
96
Kembali
97
Selepas Abah Pergi
98
Sang Pewaris
99
Sakit Mu, Sakit Ku Juga
100
Kesempatan Kedua Kah?
101
Ujian Cinta Nabila
102
Teror
103
Masih Gentayangan
104
Bukan Bicara Manis, Tapi Pahitnya
105
Setitik Rahmat Di Tengah Duka
106
Ustadz, I'm Falling In Love
107
Sakitnya Pun Begitu Nikmat
108
Harap-Harap Cemas
109
Alhamdulillah Ala Quli Hal
110
Ada Hati yang Dijaga
111
Pilihan
112
Angin Syurga
113
Kabar apa ini?
114
Pergi Membawa Canda Pulang Memberi Luka
115
Suami Untuk Istriku
116
Sebatas Kenangan
117
Tak Perlu Menghujat Langit
118
Menanti Iddah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!