Unconditional Love For My Uncle
7 Hari Sebelum Pernikahan,
Brugh!
"Oh, oh, maaf," ucap seorang wanita yang menabrak seorang pria di suatu pusat perbelanjaan. Wanita itu asik dengan ponselnya sehingga ia tidak memperhatikan jalannya.
Ia membantu pria itu merapikan barang-barang serta minuman berwarna cokelat yang tumpah di lantai marmer yang mengkilap itu.
"Maafkan aku. Aku sedang-," wanita itu terpana saat kedua matanya bersitatap dengan pria tinggi dan berkharisma itu. Suara jantungnya mulai mengalunkan musik dengan irama yang sangat cepat.
Pria itu tersenyum kepadanya. "Tidak masalah. Tidak ada yang terluka, kan? Atau ada barang yang terselip atau tertukar?" tanya pria itu sambil mengecek dokumen serta beberapa barangnya yang tadi sempat berserakan.
Mata wanita mungil itu tidak sanggup melepaskan pandangannya kepada pria yang sedang sibuk mengecek barang bawaanya.
"Nona?"
Wanita itu terkesiap. "Ah, iya. Aku hanya membawa ponselku jadi tidak ada yang terselip atau tertukar,"
"Baiklah kalau begitu, permisi," ucap pria itu dan membiarkan si wanita menatap punggung lebarnya sampai ia menghilang.
Ia menenangkan jantungnya dan berjalan ke basement untuk mencari kendaraannya.
Tangannya masih sibuk menggenggam telepon genggam setelah ia tiba di tempat parkir mobil, begitu pula dengan jari-jari lentiknya yang belum bisa berhenti menari di atas keypad ponsel berlambang buah tergigit itu.
Wanita berambut panjang itu pun menyebrang dan tanpa ia sadari, sebuah mobil sedang melaju ke arahnya. Mobil itu membunyikan klaksonnya dengan cukup kencang dan membuat wanita itu menoleh ke arahnya.
Tiba-tiba saja, seorang pria menarik wanita itu untuk menepi. Karena tarikannya terlalu kencang, mereka pun terjatuh bersamaan.
"Ouch," pekik wanita itu memegangi lututnya. Ia pun melihat ke arah si penarik tangan.
"Kau?" tanya wanita itu.
Pria itu meringis kesakitan, karena kedua siku wanita itu bertumpu kepadanya. "Lain kali, jangan bermain ponsel kalau sedang berjalan," ucap pria itu.
Wanita kecil itu membantu pria penolongnya untuk berdiri. "Maafkan aku, dan sekali lagi, terima kasih atas semua pertolonganmu," ucapnya. Jantung wanita itu kembali memompa darah dengan cepat, sehingga terdengar sekali suara degupnya.
"Ya, ya. Pulanglah!" sahut pria itu lagi.
Sebelum pria bertubuh tegap yang telah menolongnya itu menjauh, wanita kecil berteriak, "Namaku Nay, siapa namamu?"
Namun sayangnya, pria itu tidak mendengar teriakan Nay atau bahkan ia pura-pura tidak mendengarnya.
***
"Kai, maukah kamu menemaniku sabtu malam nanti?" tanya Nay kepada sahabat laki-lakinya.
Pria itu mengangkat wajahnya dan menatap manik hijau milik Nay lekat-lekat. Hatinya bergelinjang bahagia kala wanita itu mengajaknya keluar di sabtu malam. "Mau kemana?" tanya Kai dengan nada datar.
Nay duduk di kursi depan Kai dan berputar disana. "Bibiku akan menikah di hari itu. Ayahku memintaku untuk datang bersama anak temannya, dan aku tidak mau," sahut Nay.
Kai dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Sorry, but no,"
Nay memandang temannya itu dengan kesal. "Why?"
Kai menghembuskan nafasnya panjang. "Kalau kamu mengajakku ke lain tempat, i'll say yes. Tapi aku no untuk yang satu ini. Pasti akan banyak bos-bos yang datang kesana. Mereka akan menganggapku sebagai waitress karena aku hanya punya kemeja putih dan celana panjang hitamku ini,"
"Masalah itu, tidak perlu kau pusingkan. Aku akan membantumu. Jadi? Mau yah, Kai? Please," bujuk Nay.
Kai mengangguk dengan ragu. "Ya, sudahlah. Tapi kamu tidak boleh hilang kemana-mana dan harus terus berada di sisiku karena aku tidak mau tiba-tiba di tarik untuk bekerja sebagai waitress,"
Nay memberikan senyumannya yang termanis kepada Kai. "I promise," kata Nay sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Kai.
Kanaya Rivers adalah seorang wanita luar biasa dan salah satu pewaris tunggal dari sebuah perusahaan besar di negri itu, Rivers Group.
Sabtu malam besok bukanlah hari pernikahan biasa melainkan hari bersejarah untuk dua perusahaan raksasa di negeri itu. Penggabungan antara Rivers dan Wallace Group. Maka dari itu, Otis Rivers, ayah dari Nay mewajibkan semua keluarga datang di hari itu.
Nay bukanlah wanita yang pandai bergaul, ia hanya memiliki satu orang teman, yaitu Kai Fletcher. Dan Kai lah tempat sampah bagi Nay.
Tidak ada di dalam pikiran untuk segera menikah, sedangkan ayahnya meminta Nay untuk segera menikah. Dengan siapa pun itu silahkan asalkan calon suami Nay berasal dari keluarga konglomerat juga. Untuk menjamin masa depan, begitu kata ayah Nay.
**
Hari Sabtu pun tiba,
Pagi hari itu, Nay sudah bersiap menjemput Kai Fletcher di apartemennya.
Apartemen tempat tinggal Kai sangatlah sederhana dan agak jauh dari kota Metropolitan sehingga Nay berangkat lebih pagi untuk menjemputnya.
Setibanya di apartemen Kai, Nay tidak turun. Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor ponsel Kai.
"Hei, keluarlah. Aku sudah sampai," ujar Nay dengan nada memerintah.
"Sabar, Nona Rivers. Saya sedang bersiap-siap, maaf kalau menunggu agak lama sedikit," jawab Kai menggoda Nay.
Nay mendengus. "Huh! Nona apanya! Cepatlah aku tunggu kau di bawah sini!" tukas Nay lagi kemudian menutup panggilan telponnya.
Tak lama, Kai datang dan benar apa katanya. Ia hanya memakai kemeja putih dan celana panjang hitam kebanggaannya.
Nay menggelengkan kepalanya melihat pakaian Kai. Ia meminta Kai yang mengemudikan mobilnya.
"Punya izin lisensinya, kan?" tanya Nay.
Kai mengeluarkan surat izin lisensi mengemudi kepada Nay. Dan ia bersiap duduk di belakang kemudi, sedangkan Nay duduk di sampingnya.
Sepanjang perjalanan mereka membicarakan tentang silsilah keluarga Nay.
"Wah, jadi kamu akan mewarisi seluruh Rivers Group, Nay?" tanya Kai tercengang.
Nay mengangguk. "Tapi aku tidak suka. Itu bukan keahlianku. Aku lebih suka jabatanmu," jawab Nay.
Kai terperanjat mendengar jawaban tak di sangka yang keluar dari mulut Nay. "Pegawai biasa? Hahaha, tukar posisi saja denganku," kata Kai.
"Aku juga tidak mau, aku sedang berada di sebuah persimpangan, Kai, dan dua-duanya akan menyesatkanku," sambung Nay lagi.
Kai hanya tertawa mendengar keluhan sahabatnya itu. Tak lama, mereka pun sampai ke toko pakaian. Kanaya memilihkan beberapa set jas serta kemeja dan celana panjang untuk Kai, tak lupa ia menambahkan satu set pakaian khusus ia pakai hari ini.
"Bagaimana? Kece, kan? Katakan saja kamu dari Dicon Group," kata Nay lagi.
"Mengapa aku tidak boleh menyebut kalau aku karyawan?" tanya Kai.
Nay berdecak tak sabar. "Kamu mau di usir? Sudahlah, ikuti kata-kataku saja," jawab Nay.
***
Suasana pesta pernikahan itu sangatlah ramai walaupun yang datang hanyalah kerabat dekat serta keluarga dari masing-masing mempelai.
"Hahaha, ini dia The Next Rivers yang akan memimpin Rivers Group. Nay, kemari sebentar," Otis Rivers, ayah dari Kanaya Rivers CEO sekaligus pemilik Rivers Group, satu-satunya perusahaan yang semakin besar setiap tahunnya karena kemampuan Otis dalam menjalin kerjasama di berbagai bidang kepada siapa pun yang di perhitungkannya.
Nay berjalan menghampiri ayahnya, tak lupa ia menggandeng Kai yang tampak tidak nyaman berada disana.
"Ayah," sapa Nay.
Otis melirik sebentar kepada Kai. "Kenalkan ini sahabatku dari North Group, Mr. John North, dan ini Mrs. Kaitlyn North, serta putra mereka, Felix North," sahut Otis memperkenalkan keluarga North kepada Nay.
Nay menjabat tangan mereka satu per satu sambil mengayunkan kepala dengan sopan.
"Mereka nanti akan bekerja sama dengan kita. Ayah sudah tidak sabar dengan itu, hahaha. Siapa temanmu yang rupawan ini, Nay? Kenalkanlah kepada kami,"
Nay memperkenalkan Kai kepada Otis serta keluarga North. "Kenalkan, dia adalah Kai Fletcher dari D'icon Group. Kami baru dekat tapi sudah saling mengenal cukup lama, bukan begitu, Kai?" kata Nay menutup perkenalannya dengan senyuman.
Tuan Otis memperhatikan Kai dan tersenyum seadanya kepada Kai.
Tak lama seorang MC sudah membuka acara pesta pernikahan itu. Kemudian, tampaknya pasangan mempelai pengantin dari keluarga besar Rivers, Alma Theodora Rivers, yang berjalan bergandengan dengan ayahnya. Alma adalah adik dari ayah Nay. Hubungan Otis dengan Alma cukup dekat, begitu pula hubungan Alma dengan Nay.
Hari itu Alma tampak cantik dengan gaun putih berlengan sabrina, ia tersenyum di balik veil yang menutupi wajahnya. Ketika Alma melewati Nay, Bibi Alma melambaikan tangannya kepada Nay dan dia membalasnya dengan tersenyum ceria.
Setelah Alma sampai altar, musik Canon In D dimainkan. Seorang pria tampan, tinggi, dan gagah memasuki gereja dan berjalan di sepanjang karpet merah. Senyum pria itu merekah dan terus memandang ke arah mempelai wanita.
Saat pria itu berjalan, Nay bersedekap dan menutupi mulutnya. "Hah? Pria basement itu! Tidak mungkin!" batin Nay.
Sejak pertemuan pertama mereka di sebuah pusat perbelanjaan, Nay tidak dapat melupakan sosok pria yang sebentar lagi akan ia panggil Paman itu.
Janji suci pun selesai diikrarkan oleh Alma dan pria itu. Sekarang mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Setelah selesai acara pemberkatan, kedua mempelai duduk di pelaminan untuk menyambut tamu-tamu yang mengantri bersalaman dengan mereka.
Ketika tiba giliran keluarga Rivers, Nay dengan cepat melepaskan gandengan tangannya dari Kai. Kai menautkan kedua alisnya dan bertanya dalam hati ada apa gerangan sehingga tiba-tiba saja Nay melepaskan gandengan darinya.
Namun, Kai tidak ambil pusing dengan hal itu. Ia mengikuti Nay untuk naik ke atas pelaminan dan bersalaman dengan kedua mempelai.
Sesampainya mereka di pelaminan, Nay memeluk bibinya dengan erat.
"Bibi, akhirnya bibi menikah juga. Dan siapa nama pamanku ini?" tanya Nay.
Pria yang menjadi suami Alma tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Nay. "Inikah keponakanku? Manis sekali dan sedikit ceroboh, hahahaha! Panggil saja aku Paman Luke," kata pria itu dengan ramah.
Nay menjabat tangan Paman Luke yang besar, jantung Nay terus berpacu dengan cepat tanpa ada keinginan untuk memperlambat detaknya.
"Halo, Paman Luke. Aku Kanaya, panggil saja Nay, selamat datang di keluarga kami," balas Nay dengan canggung. Ia berusaha mengatasi rasa gugupnya.
Setelah turun dari pelaminan, ia mencari Kai. Setelah ia menemukannya, dia menarik Kai untuk duduk dekat dengannya.
"Kai, ini gawat sepertinya aku jatuh cinta dengan Paman Luke," bisik Nay tanpa melepaskan pandangannya sedikit pun dari Paman Luke.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sunmei
ssmNgaf kak
mampir.iya di kryaku
2023-01-19
0
Nirwana Asri
awal yg sweet
2023-01-17
0
AdindaRa
Kereeen. Udah subscribe ya say
2023-01-09
1