Luke menggertakan giginya. Pria berparas tampan itu tak menyangka kalau keponakannya itu sangat berani dan tidak sopan. "Tentu saja tidak bisa dan tidak mungkin! Pokoknya jangan dekati aku lagi, Nay! Aku pamanmu!"
"Kalau Paman memang tidak menyukaiku, saat Paman mabuk pun, Paman akan menolak. Tapi malam itu terasa indah dan benar. Ayolah Paman, kalau Paman mau memastikan perasaan Paman yang sesungguhnya, cium aku sekarang! Aku tau Paman juga menyukaiku, aku bisa merasakannya. Cium aku sekarang, Paman!" Nay memajukan tubuhnya. Gadis itu siap menerima ciuman dari laki-laki yang menjadi suami bibinya itu.
"Kamu gila, Nay! Sadarlah!" tukas Paman Luke. "Aku tidak akan menciummu atau siapa pun selain istriku!"
"Tapi malam itu, Paman mencumbuku seakan aku adalah wanita satu-satunya di dunia ini. Kenapa Paman menyangkalnya?" tanya Nay. Gadis itu tidak menyangka kalau pamannya akan berubah begitu sadar dari mabuknya.
Paman Luke memijat-mijat keningnya yang mulai berkerut. "Pulanglah, Nay dan kuharap kamu melupakan kejadian tadi malam. Anggap saja kita tidak pernah melakukan hal tidak senonoh itu. Lupakan aku, buang perasaanmu kepadaku. Kali ini aku berbicara kepadamu sebagai seorang laki-laki, bukan sebagai pamanmu," ucapnya lelah.
Kanaya menjejakan kakinya kesal. "Baiklah, aku akan menjauh dari hidup Paman. Aku hanya memberitahu satu hal kepada Paman, jangan menyesal dan jangan mencariku!"
Setelah berkata seperti itu, Kanaya pun turun dari mobil Paman Luke dan meninggalkan pria yang masih termangu itu.
'Aku tidak akan menyerah, Paman Luke. Akan kubuat kamu merindukanku,' batin Nay dalam hati sambil melajukan kendaraannya.
Setiba Nay di rumahnya, gadis itu segera membersihkan diri dan kembali merencanakan sesuatu. Kanaya Rivers bukanlah sosok gadis yang mudah menyerah hanya karena ancaman atau gertakan. Dia terbiasa mendapatkan apa yang dia mau.
Selagi dia berpikir, suara ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunan gadis bermanik hijau itu.
"Kanaya, Papa masuk yah?" tanya suara dari luar kamar Nay.
Nay merapihkan semua barang-barang yang tadi dibawanya dan dengan santai, dia menginjak ponselnya untuk menguatkan alibinya jika ayahnya bertanya kenapa dia tidak pulang semalaman. "Masuk saja, Pah. Nay ngga kunci pintu,"
Otis masuk ke dalam kamar putrinya dan menemukan anak tunggal kesayangannya itu sedang berjongkok sambil berusaha membenarkan ponselnya. "Kenapa dengan ponselmu?"
"Rusak dari kemarin dan tadi saat Papa ketuk pintu, aku sedang tidur dan kaget. Tanganku tidak sengaja menyenggol ponselku ini dan terjatuh lagilah dia," kilah Nay. Suaranya diatur sedemikian rupa supaya terdengar sedih oleh ayahnya.
"Nanti, Papa akan belikan yang baru. Sebelum itu Nay, kemana kamu pergi beberapa waktu lalu? Papa mengecek absenmu. Apa ada rapat dari divisimu? Alma juga memberitahuku kalau Luke tidak pulang malam itu," tanya Otis, biasanya pria itu selalu membanggakan putrinya yang selalu menjadi anak gadis penurut dan berattitude baik. Namun kali ini, dia tidak habis pikir kenapa Nay bisa tidak pulang tanpa memberi kabar semalaman.
Nay tertunduk. Gadis itu menjawab lirih, "Maaf Papa, kemarin jadwalku padat sekali. Aku memang mengadakan acara outting beberapa hari yang lalu, Paman Luke yang menandatangani proposal persetujuannya. Aku mengajak Paman untuk bergabung bersama kami sebagai pengisi acara. Kami terlalu asik sehingga lupa memberi kabar kepada Papa dan Bibi Alma,"
Ayah Kanaya menghembuskan napasnya, tampak pasrah dan berusaha memaklumi. "Lain kali, jangan kau ulangi kejadian seperti ini. Kasihan Bibimu!" tukas Otis. Setelah dia melihat anggukan perlahan dari putrinya, dia segera meminta Nay untuk membuang ponsel rusaknya. "Satu jam lagi ponsel barumu tiba, itu buang saja!"
Setelah ayahnya keluar dari kamar, Nay menghela dengan lega. "Nyaris saja," ucapnya bermonolog.
Keesokan harinya, gadis cantik itu berniat membuat paman Luke merindukannya. Tentu saja, dia memakai Kai Fletcher sebagai umpan.
"Kai, ke ruanganku sekarang!" perintahnya melalui panggilan telepon genggam.
("Harus sekarang gitu? Ini jam istirahat, Nay. Biarkanlah karyawanmu ini beristirahat dengan tenang tanpa gangguan,") tolak Kai terdengar kesal.
Wajah Nay mengeras. "Ke sini sekarang juga atau aku tidak akan memberikanmu bonus akhir tahun!" ancam gadis itu.
("Baik, Nona Rivers, segera laksanakan,") sahut Kai geram dan tanpa menunggu balasan dari Nay, dia menutup dawainya dengan kasar.
Nay menunggu kedatangan Kai dengan anggun. Hari itu, dia memakai blazer dengan inner berbahan silk dan belahan cukup rendah serta rok midi berwarna terang.
Setiap kali Luke melewati mejanya, gadis itu akan berpura-pura sibuk dan menunduk begitu rendah hanya untuk menunjukan kepada pamannya kedua bongkahan yang indah yang pernah dinikmati oleh suami bibinya itu.
Tak lama, Kai datang. Sesuai dengan instruksi dari Nay, setiap kali Kai masuk ke ruangan Nay, dia harus berpakaian layaknya seorang eksekutif muda.
"Kanaya," sapa pria itu dan masuk ke dalam ruangan Nay dengan langkah percaya diri.
Nay memandang Kai dengan antusias. "Hei, kamu sudah datang. Masuklah,"
Gadis itu berlarian kecil seolah menyambut kekasih hatinya. Dia menggandeng tangan Kai dan menariknya untuk duduk di sofa berada di ruangannya.
Dari sudut matanya dia melihat Paman Luke yang mencuri pandang ke arah Nay dan dia tersenyum puas. Kali ini, Nay berniat membuat Luke cemburu dan bahkan menyesal karena telah melepasnya.
"Oh, Kai. Apakah kamu tau aku merindukanmu," ucap Nay dengan suara manjanya.
Kai memincingkan sebelah matanya dan berbisik di telinga gadis yang sedang dimabuk cinta itu, "Aku harus apa? Disana ada Tuan Wallace,"
"Hihihi, kamu tidak boleh seperti ini, Kai. Di sana ada pamanku tersayang sedang bekerja," kata Nay terkikik. "Berpura-pura saja kamu menginginkanku!" sambungnya lagi dengan berbisik.
Jauh di dalam lubuk hatinya, Kai memang menyukai sosok Nay yang cuek dan santai. Bukan yang manja dan centil seperti sekarang ini. Namun, demi menyenangkan pujaan hatinya itu, dia pun menuruti kemauan Nay.
"Aku akan berpura-pura menyukaimu tapi please jangan berlebihan. Jadilah dirimu sendiri, itu akan lebih menyenangkan," bisik Kai.
Nay mengangguk dan betapa terkejutnya Kai karena gadis yang ada di sampingnya itu kini berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Sayangnya, tak hanya Kai saja yang mengagumi sosok Kanaya Rivers. Di sebelah sofa yang mereka duduki, ada seorang pria yang sedang berusaha keras untuk fokus kepada apa yang dikerjakannya saat ini.
Pria itu sesekali melirik gadis yang tengah asik membahas sesuatu dengan teman laki-lakinya. Sesuatu yang aneh masuk perlahan ke dalam hati pria itu.
Dengan sekuat tenaga, dia menggelengkan kepalanya. 'Fokus Luke, fokus!' batinnya dalam hati.
Namun, suara tawa nan renyah dari gadis yang ada di sebelahnya itu selalu berhasil mengalihkan perhatiannya. Tak tahan dengan semuanya, Luke bangkit berdiri dan bergegas keluar. "Nona Rivers, saya keluar sebentar,"
Nay mendongakkan wajah dan memberikan senyum termanisnya kepada pria yang dia sapa paman itu. "Baik, Tuan Wallace,"
Luke kemudian pergi dengan membawa senyum keponakannya yang telah menyita seperempat hatinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Noviyanti
hadehh ayo luke alias si walace ingat istrimu si alma ya..
2022-12-30
0