Luke membuka kedua matanya, kepalanya yang terasa berat dan pusing. Pelan-pelan, ia beranjak dari ranjangnya, akan tetapi kepalanya semakin berdentang dan seolah berputar.
Ia memegangi kepalanya. "Eerrgghh!" erang Luke. Ia memejamkan matanya kuat-kuat berharap cara itu dapat mengurangi rasa pusing di kepalanya.
Setelah merasa baikan, ia merasakan ada sesuatu yang lembut di antara jari-jari tangannya. Luke pun menoleh dan betapa terkejutnya ia, karena ada seorang wanita yang tertidur di sampingnya dalam kondisi tidak berpakaian.
Jantung Luke berdegup kencang. Dengan cepat ia mengambil pakaiannya yang entah mengapa berceceran di lantai. Bersamaan dengan pakaian wanita itu.
Kemudian ia berjalan mencari ponselnya. Ia tidak tau ia berada dimana saat itu dan ia juga tidak tau apa yang terjadi semalam.
Ia mengisi gelas dengan air dingin dan meminumnya. Luke terus mengingat apa yang terjadi dan kenapa ia bisa tertidur bersama seorang wanita? Siapa wanita itu?
Pria itu kini sibuk dengan ponselnya, ia menghubungi Alma, istrinya. Namun, Alma tak kunjung mengangkat panggilan Luke.
Tak patah semangat, pria yang memiliki tato bunga mawar hitam di lengan kirinya itu terus menghubungi Alma. Ketika akhirnya, ia mengalihkan fungsi telinga yang baru saja ia pakai kepada jari jemarinya.
Luke mengetik pesan untuk Alma. ("Honey, where are you? Is everything fine? I miss you and please call me back,")
Ponsel hitam keluaran terbaru itu kini ia letakkan begitu saja di atas meja. Sesekali Luke melirik ke arah telepon genggamnya untuk mengecek apakah sudah ada jawaban pesan dari Alma.
Gayung bersambut, akhirnya alunan petikan gitar terdengar dari ponsel Luke. Dengan cepat Luke mengangkatnya.
"Hei, Honey," sapa Luke.
Suara lembut seorang wanita terdengar dari sebrang. "Hei, Honey. Kupikir kamu akan sibuk pagi ini jadi aku sedikit santai dan meletakkan ponselku sembarang saja dan tidak mendengar panggilan darimu,"
Luke tersenyum lega saat ia mendengar suara wanita yang dicintainya itu. "Aku tidak sibuk hanya sa-,"
Kali ini bukan suara melainkan sentuhan lembut dari jari lentik wanita yang semalam tidur dengannya. "Gutten morgen, Onkel," bisik wanita itu sembari menggigit kecil telinga Luke.
"Aahh,"
Tanpa sadar, Luke mengeluarkan suara dessahannya. Alma menangkap perbedaan suara pada suaminya. "Are you oke, Honey?" tanya Alma.
"I'm oke. Nanti aku akan menghubungimu kembali. See you soon and i love you," ucap Luke, segera mematikan ponselnya.
Luke segera kembali ke kamar dan menemukan wanita yang semalam tidur dengannya. "Nay?" tanya Luke tak percaya
Dengan anggun, Nay memutar tubuhnya dan menghadap pamannya sehingga wajah mereka bertemu. Nay tersenyum. "Siapa lagi yang memanggilmu Onkel selain aku?"
Seakan dibutakan, Luke mencengkeram kedua bahu Nay dengan kasar. "Apa yang kamu lakukan, Nay! Dimana otak dan hatimu!" tukas Luke.
Nay meringis kesakitan. "Ini sakit, Paman. Lepaskan aku!" serunya.
Bukannya melepas, Luke justru semakin mengencangkan cengkeraman pada bahu Nay dan ia kini mengguncang-guncangkan gadis itu. "JAWAB AKU, NAY! Apa yang kamu lakukan!"
"Fine! Lepaskan aku dulu! Bagaimana aku bisa bercerita jika Paman terus menekanku seperti ini!" sahut Nay. Ia tidak takut kepada Luke, bahkan ia menolak rasa takut yang datang dan mencoba masuk ke hatinya.
Luke melepaskan cengkeramannya dan melihat tanda merah di pundak keponakannya itu. "Jelaskan padaku setelah itu kita kembali!"
Nay mengusap-usap pundaknya. Tangannya yang bebas sibuk mencari-cari sesuatu di dalam tas mahalnya. Tak lama, ia mengeluarkan beberapa butir tablet kecil yang tersimpan rapi di dalam kotak obat.
"Ini obat tidur. Aku melakukan penelitian terhadapmu dan hasilnya Paman sensitif terhadap obat tidur. Aku hanya memberi setengah dosis supaya Paman tidak tertidur setelah itu aku mencampurnya dengan Vodka, hasilnya luar biasa. Apa Paman tidak ingat?" tanya Nay sambil memutar-mutar kotak obat tersebut.
Tangan Paman Luke tak dapat ditahan. Satu tamparan manis mendarat cantik di pipi Nay.
"Kamu gila, Nay! Ingatlah Bibimu! Kita tidak boleh melakukan hal terlarang seperti ini! Kau gila, benar-benar gila!" tukas Luke.
Nay memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Paman Luke. "Aku menyukaimu, Paman!" seru Nay.
"Menjauhlah dariku, Nay! Jangan pernah berusaha untuk mendekatiku bahkan berpikir untuk mendekatiku pun, jangan! Tidak pantas! Kamu adalah keponakanku dan aku adalah suami dari bibimu!" tegas Luke. Tatapan matanya tampak serius.
"Bagaimana kalau kita bukan paman dan keponakan? Apakah Paman akan membiarkanku menyukaimu?" tanya Nay setengah menantang. .
Paman Luke menggelengkan kepalanya. Ia menatap Nay, seakan keponakannya itu sakit parah dan tidak memiliki harapan untuk hidup lagi. Ia bergegas pergi dan menyalakan mesin roda besinya.
Tak lama, terdengar suara deru laju kendaraan meninggalkan tempat wisata itu.
***
"Bibi, apakah Paman ada di rumah?" tanya Nay suatu pagi di akhir pekan itu.
Pagi hari itu, ia sudah berada di depan rumah bibinya dengan mata memohon.
"Oh, ada. Dia sedang beristirahat. Ada apa, Nay?" tanya Bibi Alma.
Seperti seorang aktris yang sangat piawai memainkan perannya dengan baik. "Begitukah? Aku tidak bermaksud menganggunya. Hanya saja, papa memberiku tugas dan aku tidak paham bagaimana menyelesaikan tugas itu. Kupikir, hanya Paman Luke yang membantuku," rayu Nay.
Ia mengangkat satu tas berisi donat serta kopi untuk bibi dan pamannya. "Aku membawakan donat kayu manis kesukaan Bibi Alma serta donat kentang untuk Paman Luke," sambung Nay lagi. Ia tak hanya memberikan donat manis saja, tetapi ia juga memberikan senyum termanisnya.
Bibi Alma menerima donat itu dengan senang. "Tidak perlu repot-repot, Nay. Darimana kamu tau kalau pamanmu suka donat kentang?" tanya Alma antusias.
Tiba-tiba saja, Luke keluar dari kamarnya. Bibi Alma tertawa. "Kan, Nay. Lihatlah, dia akan keluar begitu aku menyebutkan donat kentang. Hahaha," goda Alma.
Ia berjalan menghampiri suaminya dan mengecup bibir Luke dengan sayang. "Nay datang meminta bantu-,"
"Ikut aku!" titah Luke kepada Nay.
Nay berpamitan kepada bibinya dan mengikuti Luke keluar. Begitu mereka hanya berdua saja, topeng keponakan manis yang tadi dikenakan oleh Nay, dilepasnya.
"Kenapa kamu mencariku? Sudah kukatakan JAUHI AKU! Kau paham bahasa manusia, kan, Nay!" bentak Luke.
Nay mengerjapkan kedua matanya. "Aku hanya ingin bertanya bagaimana keadaan Paman," jawab Nay berusaha melindungi dirinya sendiri.
"Aku sehat dan aku baik-baik saja!" jawab Luke. Napasnya memburu karena menahan amarah. Luke sudah tidak tau lagi bagaimana meminta gadis yang ada di sampingnya itu untuk menjauh dan melupakan dia.
"Dengar, Nay! Jika kamu ingin berbuat gila, kamu salah orang! Carilah yang lain, yang masih single dan bukan pamanmu, paham?" sambung Luke.
"Aku menyukai Paman, bukan orang lain," sahut Nay bersikeras.
"Ck! Lupakan kalau begitu, lupakan aku!" titah Luke.
Nay menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa! Malam itu, tubuh Paman memberikan respon terhadap setiap sentuhanku. Itu tidak bisa kulupakan, "
Tangan Luke terkepal dan memukul kemudi mobil yang ada di depannya. "Saat itu aku sedang berada di bawah pengaruh obat dan aku tidak sadar. Aku anggap malam itu sebagai suatu kesalahan. Jangan pernah kamu ungkit lagi! Aku memikirkan perasaan bibimu, Nay. Kumohon, lupakan aku,"
"Kalau saat itu Paman tidak sadar, bisakah Paman menciumku sekarang? Untuk melihat apakah respon Paman sama seperti malam itu?" pinta Nay. Ia berharap Paman Luke mau mengabulkan permohonan sintingnya ini. Ia ingin melihat apakah Paman Luke bersungguh-sungguh ataukah pria itu sudah tertarik kepada Nay.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Noviyanti
si nay bener2 kelewatan.. suka sih suka.. tapi tidak seperti itu juga caranya.. lanjut olive
2022-12-29
1