"Dini makasih ya udah mau di repot kan, mampir dahulu yuk" Ajak Winda
"iya sama sama, maaf Winda kali ini aku ga mampir dahulu ya. ada janji sama Anton
Assalamualaikum" gegas keluar dari halaman rumah Winda
setelah kepergian Andini, Winda masuk dengan membawa kantong plastik berisi bahan buket dan untuk kerajinan tangan lainnya.
Tiba waktunya untuk memasak di rumah bu Mimin, untuk acara arisan yang di adakan di rumahnya. Karena Winda dapat jatah libur bekerja dia memutuskan untuk ikut membantu ibunya. Agar cepat selesai. Si kembar juga ikut untuk membantu Karena pagi ini sekolah sudah libur, mereka berempat ber iringan berjalan kaki menuju rumah bu Mimin. Saat tiba di rumah bu Mimin, semua bahan sudah siap kali ini bu mimin meminta tolong untuk memasak, opor ayam, nasi dan kerupuk udang.
Winda dengan terampil menggoreng kerupuk udang, untuk si kembar Sinta dan Santi dengan mahir memotong bawang cabai dang bahan lainnya. Untuk membuat opor bu Ningsih, mencuci beras dengan bersih lalu memasaknya dengan rice coker kapasitas besar. Setelah semua bahan yang di kupas oleh si kembar selesai gegas bu ningsih, mencuci lalu memblender semua bahan. Winda yang sudah selesai menggoreng kerupuk memasukkannya ke dalam stoples, mereka bekerja bahu membahu, saling membantu. Tepat jam makan siang semua sudah selesai, winda dengan cekatan menyiapkan semuanya di wadah untuk prasmanan di bantu oleh si kembar. Semua perabot sudah di cuci bersih oleh bu ningsih.
“bu mimin, semua sudah selesai” ucap bu ningsih
‘oh iya makasih bu ini untuk bayaran dan ada sedikit camilan untuk ibu dan keluarga”, meyerahkan amplop dan kantung plastik yang ber isikan opor ayam buah serta bolu., seraya tersenyum ramah.
setelah semua selesai Bu Ningsih, dan ketiga putrinya gegas pulang. keseharian Winda jika libur, sekarang focus menulis novel sebelum Winda resign, winda sudah mulai berjualan buket bahkan bapak Winda, sangat mendukung dengan apa yang Winda lakukan saat ini. Hasil menulis novel sudah mulai terlihat hasilnya, dia sudah bisa membelikan Adiknya sepeda untuk sekolah dan mengaji, uang yang dia dapat dari menulis membuatnya memiliki tabungan yang cukup banyak. Bulan depan Winda akan merenovasi rumahnya, dan akan membuat gerai buket bunga di halaman depan rumah dan akan membuat warung nasi, Winda membuka usaha warung nasi untuk ibunya, dan untuk gerai buket dia kelola Sendiri.
sore hari mereka berkumpul bercengkrama serta bercerita. Winda menceritakan niatnya untuk berhenti bekerja, dan ingin pokus menulis serta membuka usaha buket.
kedua orang tua Winda, mendukung keputusan anaknya.
"Bapak besok kita ke material, aku ada sedikit tabungan kita tabung di Material untuk renovasi rumah dan membangun gerai buket, serta membangun, usaha untuk ibu" ucap Winda seraya menyerahkan amplop berisikan uang
"iya Nak, tetapi kamu dapat uang sebanyak ini dari mana?" balas pak Ahmad Bapak Winda.
"selama ini bapa dan ibu sering liat Winda sibuk dengan bermain ponsel kan , semua uang yang ada di amplop itu hasil Winda menulis novel." jawab Winda
"Masya Allah Alhamdulillah, ternyata anak Bapak pintar mencari peluang usaha, hebat kamu Nak," mengelus pucuk rambut Winda
"hehe Alhamdulillah Bapak, Allah kasih Winda rezeki lewat menulis"
ke besok harinya
Tak ada orang yang menyuruh, orang tua Winda untuk bekerja, seusia Janji Winda semalam.
💞💞💞
setelah melaksanakan dua rakaat subuh dan di lanjutkan mengaji, tepat pukul setengah enam Winda membersihkan rumah. di bantu si kembar.
Sedangkan Bu Ningsih, sedang memasak di belakang dengan tungku api.
semua pekerjaan sudah selesai, si kembar pergi bermain, Bu Ningsih menjaga rumah seraya membaca Alqur'an.
Sedangkan Winda dan pak Ahmad, sedang pergi menggunakan motor butut milik pak, Ahmad mereka berdua pergi ke toko material ko Aang.
Ko Aang keturunan Thionghoa, yang sudah mualaf, tak segan so Aang akan memberikan harga diskon bahan, memberi utang jika para Warga di kampung tempat iya berjualan kekurangan uang untuk membangun rumah.
💞💞💞
"assalamualaikum, ko kedatang saya dengan putri saya bermaksud, untuk menabung Uang, putri, saya memiliki cita cita ingin membangun rumah" jelas Pak Ahmad
"waalaikumsalam, oh iya, iya bisa, nanti saya ambilkan buku dahulu untuk di catatan mau nabung atau taruh uang berapa dahulu, untuk di tukar dengan bahan bangunan" jelas ko Aang seraya pergi ke lemari kecil yang ada di ruangannya.
"hmm ini ko uangnya saya transfer" ya jawab Winda,
"oke bisa, nanti kedepannya jika ingin menabung cukup mengkonfirmasi lewat wa saja ya, lalu menyebutkan deretan Angka no rekening dan nomor hp koh Aang"
"iya koh, ini Winda transfer segini dahulu ya" ucap Winda seraya menunjukkan hpnya.
Uang yang Winda transfer baru cukup untuk membeli batu bata dan membeli kayu.
"iya Winda" seraya mengecek notifikasi yang masuk kedalam handphone
"yaudah koh kita pamit ya, karena urusannya udah selesai Assalamualaikum" pamit pak Ahmad, pada koh Aang
"wa'alaikumsalam" balas koh Aang
gegas Winda dan ayahnya ke luar dari material.
Saat di perjalanan pulang, tak sengaja Winda bertemu dengan bu Euis tetangga yang terkenal julit.
"eh Bapak dari mana, masih betah saja pake motor jadul" tegur Bu Euis kepada pak Ahmad.
"em ga dari mana mana Bu, Alhamdulillah di syukuri saja yang ada Bu, mari ya saya duluan" jawab pak Ahmad
ya pak Ahmad tidak menceritakan, bahwa baru saja dari material bahaya jika menceritakan kepada tetangganya yang satu ini bisa bisa satu kampung tahu.
Setelah kepergian pak Ahmad Bu Euis,mancak mancak sendiri pasalnya dia tidak mendapatkan informasi apa pun.
🌈🌈🌈
waktu terus berjalan tak terasa selama 7 bulan menabung bahan material semuanya sudah lunas, dan lusa akan di antarkan ke rumah pak Ahmad.
pagi pagi sekali tukang bangunan sudah mengantarkan semua pesanan yang telah di bayar oleh Winda.
walau membeli dengan mencicil namun setelah semua barang tiba semuanya telah lunas. Sebelum Winda membuka toko buket dan aneka mahar nya Winda telah, memulainya memanjang hasil tanganan di akun sosmed dan juga menawarkan kepada teman temannya, Dini juga begitu antusias membantu Winda, mempromosikan Jualannya Winda.
Sebagai sahabat yang tahu hidup Winda tak mudah, dia selalu mendukung apa pun yang Winda lakukan selagi itu berada di jalan yang baik dan benar.
waktu Winda bekerja hanya tersisa 2 Bulan lagi, beruntung sebelum Winda keluar dari toko sudah banyak pesanan buket bahkan Winda sudah mendapatkan, pelanggan tetap untuk setiap satu bulan sekali, pesanan buket banyak 70 pic dia dapatkan setiap bulan untuk santunan anak yatim yang di adakan oleh koh Aang.
beruntung sekali Winda, mendapat pelanggan tetap bahkan menulis sebuah karya novel tetap berjalan.
seiring berjalan waktu, tiba saatnya Winda berhenti bekerja bertepatan dengan rumah dan tokonya yang sudah selesai di buat.
berkat kerja keras dan kesungguhan Winda untuk mencapai impiannya. menjadi penulis dan membuka usaha jasa hias mahar, seserahan dan yang lainnya'.
sore hari ketika Winda dan kedua adiknya sedang menghias seserahan permintaan tetangganya, untuk besok pagi menikah
tiba tiba saja datang tamu tak di undang seperti sepeda yang tak ada rem nyelonong masuk ke toko dan berbicara tanpa permisi.
"Oalah ini toh pekerjaanmu sekarang, sudah enak kerja di orang dapat gajih mahal buka usaha kaya begini" ucap seseorang yang tak lain adalah Bu Euis, Tetangga yang selalu ingin tahu apa pun yang dilakukan oleh orang lain. seperti jelangkung pulang datang tak di undang pulang tak di antar.
"hmm iya Alhamdulillah, semua yang aku punya sekarang hasil dari membuat jasa hias Mahar dan seserahan bu" jawab Winda dengan sopan, sengaja Winda menekan kata kata apa pun yang dia punya sekarang hasil membuat mahar dan Seserahan.
"hmmm, kaya begini doang kecil, aku juga bisa" Jawab Bu euis dengan sombong
"nah kebetulan dong ada ibu bagaimana kalau ibu saja yang bantuin ka Winda dahulu, Sinta mau mandi udah sore" balas Winda dengan sengit
Sinta, berbeda dengan kedua kakaknya dia si bungsu yang pemberani tidak memandang lebih tua ataupun muda jika merendahkan orang lain. pasti dia akan dengan sigap membelanya, apalagi sekarang yang sedang di rendahkan adalah kakaknya sendiri.
"hmmm ga ga begitu Sinta, saya sibuk" balas Bu Euis, dengan gugupnya pasalnya bi Euis tak bisa membuat seserahan ataupun kerajinan lainnya.
"nah kalau ibu. sibuk yaudah lanjutkan kesibukan ibu, jangan ganggu konsentrasi kita" jawab Sinta dengan ketus
"yaudah saya pergi" gegas melangkah serta menghentakkan kaki percis anak kecil yang tak di beri uang untuk membeli jajan.
serempak mereka hayangna menggelengkan kepala tak habis pikir dengan Tetangganya yang satu ini, Pasalnya Bu Euis selalu kepo dengan apa pun yang dilakukan oleh keluarga nya ataupun Tetangga lainnya.
tepat pukul lima sore, semua seserahan sudah selesai. yang di buat oleh Winda dan di bantu kedua Adiknya.
ada sandal tas dan mukena yang di hias di bentuk secantik mungkin tak lupa juga di beri aksesori tambahan Seperti bunga. dan pita, semua hasil karya Winda untuk acara pernikahan tetangganya lusa sudah selesai semuanya di pajang di etalase toko.
gegas Winda menutup toko dan pulang ke rumahnya disusul kedua adik kembarnya. .
Selama beberapa bulan sebelum Winda berhenti bekerja dia selalu menyempatkan membuat buket dan yang lainnya untuk di pajang di toko dan ketika ada waktu libur Winda akan membuka tokonya .
promosi yang dilakukan Winda di sambut baik oleh warga sekitar, mereka begitu antusias ketika tahu ada jasa menghias mahar dan seserahan bahkan ada pembuatan buket juga. tak hanya itu Winda sekarang merambah ke usaha dekor untuk acara ulang tahun, lamaran, atau pernikahan.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments