Mengejar Cinta Mas Tama

Mengejar Cinta Mas Tama

Kasih Dari Kakak

"Kakak, hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah sebagai siswi kelas 3 sekolah menengah pertama. Apa kakak tidak mau mengantarku?"

Ucapan itu keluar dari bibir gadis berusia 15 tahun bernama Xia. Lahir di keluarga menengah atas dan juga sangat disegani banyak orang.

"Ada baiknya jika kau tidak kembali ke sini. Amerika adalah tempat yang cocok untukmu." suara seorang pria itu adalah kakak dari Xia.

Kakaknya Xia memang sikapnya seperti itu. Selalu tidak pernah menganggap Xia ada didekatnya. Hubungan keduanya juga tidak akrab, sudah sangat jelas ketika sang kakak menjawab permintaan dan adiknya.

"Kumohon, sekali ini saja kakak mengantarku. Aku janji, aku akan patuh padamu, kak," janji Xia.

Tanpa menghiraukan Xia, kakaknya pergi begitu saja setelah sarapan. Antara Xia dan kakaknya memiliki marga yang berbeda, semua itu karena mereka bukanlah saudara kandung. Xia ini adalah anak dari ibu tiri Chen, kakak dari Xia, yang mana darahnya tidak mengalir dari ayahnya Chen. Melainkan, ibunya Xia berselingkuh dengan adik dari ayahnya Chen. Itu mengapa Chen tidak pernah menganggap Xia sebagai adiknya.

Raut wajah remaja ini terlihat murung. Sudah menjadi makanan sehari-hari baginya soal kakaknya yang cuek kepadanya. Meski begitu, Xia tidak pernah menyerah dan terus berusaha supaya bisa mendapatkan kasih dari kakaknya.

Kehidupan Xia sangat baik. Kebutuhannya selalu terpenuhi, tidak pernah merasa kekurangan kecuali kasih sayang dari keluarga. Sang ibu, meninggal ketika dirinya berusia 7 tahun. Lalu ayah kandungnya juga meninggal karena berdebat dengan ayah tirinya. Keduanya saling membunuh dan akhirnya antara Xia, Chen, sudah tidak tinggal bersama dengan orang tua lagi.

***

"Xia!"

Di sekolah, Xia sangat dicintai banyak orang. Tidak terlihat salah satu dari mereka yang membencinya. Itu karena mereka tahu, siapa keluarga Xia ini.

"Xia, aku memanggilmu," kata seorang remaja perempuan menepuk bahu Xia.

Napas yang terengah-engah itu membuat Xia sedikit melangkah mundur. Wei Mian adalah nama dari remaja perempuan itu. "Eh, maafkan aku," ucapnya lirih.

"Ada apa kau memanggilku?" tanya Xia dengan raut wajahnya yang masih murung.

"Apa ka—eh? Ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa kau nampak tidak senang kita masuk sekolah kembali?" belum sempat Wei Mian mengatakan apa yang hendak ia katakan kepada Xia, malah ia salah fokus dengan mimik wajah temannya itu.

Tanpa menjawab, Xia menepis tangan Wei Mian dan segera masuk ke kelasnya. We Mian yang penasaran itu terus saja mendesak Xia supaya mau bicara. Namun, tetap saja Xia memilih untuk bungkam.

Sekolah adalah hal yang sangat Xia benci. Gadis yang ceria ini membenci pelajaran, tapi sangat suka bertemu dengan teman-temannya di sekolah. Hal itu mampu membuatnya melupakan sejenak tentang ketegangan di rumah ketika bersama sang kakak.

Pertemuannya dengan seorang pria yang akan mengubah hidupnya dimulai dari undangan pernikahan klien Chen, kakak tirinya Xia. Malam itu ketika makan malam bersama, untuk pertama kalinya juga sang kakak mengajak Xia berbicara panjang.

"Akan ada pernikahan. Aku ingin kau hadir bersamaku karena keluarga dari orang tua kandungku juga ada di sana," titah Chen, masih dengan nada cueknya.

"Jangan banyak bertanya, gaun akan tiba besok pagi. Besok malam acara itu dilaksanakan. Ingat, jangan berperilaku seenaknya saja seperti apa yang kau lakukan dalam keseharianmu," lanjut Chen.

"Keluarga kandungku ini, memiliki latar berbeda dengan kita. Bukan hanya latar belakangnya saja yang berbeda, bahkan budaya dan segala tentang kehidupannya berbeda. Jadi, jangan membuat ulah. Apa kau mengerti?" tegas Chen, tanpa menatap Xia.

Alih-alih menjawab dengan girang, Xia malah menganga lebar sekali. Ia masih tidak menyangka jika kakaknya mengajaknya bicara selama itu.

"Xia, apa kau mendengarkan aku? Kau tidak tuli 'kan?" pertanyaan Chen memecah lamunan Xia.

"I-iya, aku mengerti, kak," jawab Xia, suaranya bergetar.

Chen kembali menyantap makan malamnya. Xia sendiri terlihat senang karena kakaknya mau bicara dengannya dan mengajaknya ke acara penting bersama. Remaja ini semangat makan dan segera ingin tidur supaya lekas bertemu dengan siang hari.

***

Di kamar, Xia masih berpikir keras tentang siapa keluarga kandung dari kakak tirinya itu. Ia juga baru tahu jika kakaknya bukan anak kandung dari keluarga Wang.

"Jika kakak bukan anak kandung dari Ayah, lalu mengapa dia sampai di sini? Apakah kakak di adopsi? Tapi bagaimana mungkin ... Sean mengatakan kalau keluarga kandung kakak adalah seorang muslim, tapi bagaimana bisa diadopsi oleh keluarga yang ...."

"Uh, aku tidak peduli semua itu. Yang pasti, kakak mau mengajakku ke acara penting, apalagi ke acara pernikahan keluarga kandungnya. Itu tandanya, kakak pasti sudah mengakui aku sebagai adik,"

"Benar, kakak sudah mengakui aku sebagai adiknya. Aku tidak boleh mengacaukan segalanya, atau kakak akan marah kepadaku dan mengirim diriku ke Amerika lagi,"

Malam itu, Xia berusaha untuk tidur supaya malam segera berganti hari. Sayangnya, sudah dua jam lebih Xia hanya membolak-balikan tubuhnya saja. Saking bahagianya, Xia sampai tidak bisa tidur.

"Astaga ... kenapa aku tidak bisa tidur!" kesalnya.

"Ayolah mata, aku harus tidur. Jika kau tidak tidur, aku bisa mencolok sampai kau keluar dari ... eh, bisa buta aku,"

"Tidak, tidak, tidak, aku harus tidur, aku harus tidur,"

Xia menyelimuti seluruh tubuhnya sampai ke muka menggunakan selimutnya. Tapi setelah menit ke lima, remaja ini kembali membuka selimutnya dengan napas tersengal-sengal. "Aku bisa mati, aku tidak bisa bernapas!"

"Bagaimana caraku supaya bisa tidur?"

"Oh, aku ingat. Movie spongebob dimana dia tidak bisa tidur, yakni minum susu hangat. Oke, kita ke dapur!"

Kamar Xia dan kakaknya bersebelahan. Melihat pintu kamar kakaknya saja, Xia bisa bahagia kegirangan mengingat besok dirinya hendak diajak ke acara penting. Ketika turun hendak ke dapur, harus melewati ruang kerja Chen dulu. Xia melihat jika ruangan itu pintunya terbuka dan lampunya masih menyala.

"Apa kakak belum tidur? Huft, kasihan sekali dia harus bekerja lembur," gumam Xia.

Tak sengaja Xia mendengar percakapan antara kakaknya dengan asistennya.

"Tuan, apakah anda yakin akan mengajak Nona Xia ke acara keluarga kandung anda?" tanya Sean.

"Aku harus mengajaknya. Meski sebenarnya aku tidak yakin," jawab Chen.

"Apa yang membuat anda harus mengajaknya?" tanya Sean lagi.

Chen terdiam. Tidak ada yang tahu mengapa dirinya mengajak Xia ke acara penting itu. Tapi Chen hanya mengatakan jika Sean tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Aku percaya kepada Xia, dia pasti bisa menjaga kepercayaan yang aku berikan. Kau siapkan saja semuanya besok untuk dia," kata Chen dengan tegas.

"Baik, Tuan."

Xia mendengar itu dan dia merasa terharu karena kakaknya memberikan kepercayaan kepadanya. Ia pun bergumam dalam hatinya, jika dia pasti bisa menjaga kepercayaan kakaknya.

Terpopuler

Comments

Uzik Siti

Uzik Siti

seingat aku. ibu nya xia Cindy kan. terus tuan Wang Chen. dan semuanya meninggal waktu resepsinya Chen. tapi koq ibunya Xia dan ayah tirinya sudah meninggal duluan kak dhewhy. jadi bingung ceritanya koq berubah yak?

2023-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!