Mafia Story: Angel of Darkness
WARNING⚠️⚠️⚠️
NOVEL INI HANYA BERUPA CERITA FIKSI
DIMANA TERDAPAT BANYAK MENGANDUNG KEKERASAN FISIK
DI HARAPKAN AGAR PARA READERS MEMBACANYA DENGAN BIJAK DAN TIDAK MEMPRAKTIKKAN SEMUA KEKERASAN DI NOVEL INI KE DUNIA NYATA‼️
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ**...
Malam semakin larut, bersamaan dengan hawa dingin yang semakin menusuk. Sebagian orang sudah tidur nyenyak di dalam balutan selimut nan tebal. Namun tidak untuk seorang gadis berpakaian serba hitam yang baru saja memasuki rumahnya.
Tak... Tak... Tak...
Suara langkah kakinya menggema hampir di seluruh ruangan yang ada di lantai dasar rumahnya. Matanya nan tajam menatap lurus ke depan.
"Kamu sudah pulang?" tanya seseorang yang tengah berdiri tidak jauh dari hadapannya.
Langkah gadis itu terhenti. Tetapi, raut wajahnya tidak berubah. "Seperti yang kakak lihat,"
Sebelum lanjut kembali berjalan menuju arah tangga. Lebih tepatnya melewati keberadaan orang yang di panggilnya dengan sebutan kakak. Gadis itu merasa enggan berbicara lebih lama. Ia benar-benar sangat lelah.
"Tidak bisakah kamu berhenti sekarang, Zane?" Pertanyaan dari orang itu sekali lagi menghentikan langkah gadis itu.
Yeah--Gadis itu bernama Zwetta Anevay atau yang lebih sering di panggil Zane oleh keluarga dan orang terdekatnya. Anak kedua dari keluarga Anevay. Usianya menginjak 20 tahun dengan paras yang semakin cantik. Selain cantik, ia juga gadis mendominasi. Cantik, pintar, cekatan dan masih banyak lagi sifatnya nan membuat orang begitu kagum terhadapnya. Apalagi Zane di usianya yang masih muda sudah cukup banyak menoreh prestasi. Orang-orang menyebut semua yang Zane miliki di turunkan oleh keluarganya. Kehidupannya semakin sempurna dengan semua harta yang keluarganya miliki.
Tidak. Kehidupannya tidak sesempurna yang di lihat oleh banyak orang. Ia tidak merasa bahagia dengan kehidupan yang orang lain impikan selama ini. Bagaimana ia bisa merasa bahagia hidup dalam luka? Benar. Kehidupan Zane di penuhi luka tanpa darah. Jika kebanyakan keluarga menyayangi putri mereka, lain halnya dengan keluarganya. Orang tuanya tidak mengharapkannya lahir ke dunia ini. Zane di besarkan tanpa kasih sayang, seperti yang kakak dan juga adiknya dapatkan. Iri? Tentu saja dirinya sangat iri terhadap kedua saudaranya itu.
Di besarkan tanpa kasih sayang, di didik dengan keras dan di kendalikan seperti boneka mainan, semua itu sudah menjadi luka terdalam bagi Zane. Dimana ia terus di buat jatuh secara mental, hingga fisik juga di lukai. Sehingga sosoknya tumbuh dengan sifat teramat dingin dan kejam yang sengaja di buat oleh orang tuanya untuk melindungi keluarga. Dalam hidupnya kata menolak bukan haknya. Seakan kehidupannya bukan miliknya sendiri, melainkan orang tuanya. Hal itu pula yang membuat ia menjadi semakin dingin, keras dan kejam. Tidak ada satu pun orang yang berani mengganggunya.
"Tanyakan itu pada papa dan mama. Jangan padaku, kak!" seru Zane tersenyum kecut menatap ke arah orang itu.
"Kenapa?"
Orang itu membalas tatapannya dengan sorot mata datar tapi jelas ada kesedihan di sana yang tidak bisa di tutupi.
"Aku tidak mempunyai hak untuk menjawab. Kakak sudah sangat tahu itu, bukan? Jadi kita akhiri saja pembicaraan ini. Selamat malam, kak," ucap Zane sebelum lanjut berjalan menaiki satu-persatu anak tangga.
Entah mengapa ucapan Zane selalu bisa membuat orang itu bungkam. Sekarang ia hanya bisa melihat sendu punggung gadis yang tidak lain adalah adiknya sendiri. Hatinya sakit sekali. Seperti ada benda tajam yang sudah lama tertancap di sana.
"Zane--Kapan kamu berhenti? Kakak tidak akan sanggup lagi melihatmu seperti ini," gumamnya.
"Anda belum tidur, tuan Ezio?" tanya seorang pelayan perempuan yang tidak sengaja melihat keberadaan tuan muda-nya dan langsung datang menghampiri.
Ezio Anevay--Benar itulah nama dari orang yang tadi berbicara dengan Zane. Ia anak pertama dari keluarga Anevay. Usianya telah genap 22 tahun dengan paras tampan. Selain tampan, Ezio di kenal akan kepintarannya di dunia bisnis. Kepintaran yang di turunkan oleh kedua orang tuanya. Dalam sekejap namanya sudah terkenal dimana-mana. Ezio di sebut sebagai pengusaha muda nan sukses menunjukkan kepintaran dan kemampuannya di dunia bisnis. Meski begitu, ia tidak pernah sombong pada siapapun. Sosoknya terkenal baik dan begitu penyayang, terutama pada kedua adiknya. Tidak ada yang boleh menyakiti mereka sedikit pun.
Tetapi, prinsipnya itu tidak berlaku terhadap kedua orang tuanya. Ezio tidak bisa berbuat apapun saat melihat penderitaan yang Zane alami selama ini. Mungkin statusnya benar tuan muda pertama keluarga Anevay atau pewaris utama perusahaan keluarganya tapi artinya semua itu? Tidak ada sama sekali. Orang tuanya terlalu keras. Sudah berkali-kali ia meminta orang tuanya berhenti melukai Zane secara fisik dan mental. Namun permintaannya berujung sia-sia. Ezio sangat tidak mengerti dengan pola pikir orang tuanya.
"Ya, saya tadi menunggu Zane pulang. Sekarang dia sudah pergi ke kamarnya. Tolong kamu buatkan cokelat hangat untuknya seperti biasa!" seru Ezio pada pelayan itu.
"Baik tuan," balas pelayan itu mengerti.
"Pergilah!" pelayan perempuan itu menunduk hormat pada Ezio. Sebelum pergi ke dapur untuk membuat cokelat hangat sesuai perintahnya.
Ezio pun juga langsung pergi ke kamarnya dan beristirahat. Selama ini memang terbiasa beristirahat, usai melihat Zane pulang. Jika adiknya itu belum pulang, maka ia juga tidak bisa beristirahat. Jiwanya sebagai seorang kakak tentu selalu merasa khawatir. Apalagi mengingat banyak hal berbahaya yang adiknya lakukan di luar sana. Oleh karena itu ia akan merasa tenang bila melihat Zane pulang dengan keadaan baik-baik saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam kamar Zane
Sang pemilik kamar baru saja selesai mencuci muka dan berganti pakaian. Kini ia tengah duduk di hadapan laptop miliknya. Ada tugas kuliah yang harus di selesaikan malam ini sebab besok akan di kumpulkan pada Dosen.
Tok...Tok... Tok...
Ketukan pintu terdengar, sontak Zane mengalihkan tatapannya ke arah pintu. Ia bisa menebak siapa yang datang di jam seperti ini. Pasti pelayan suruhan kakaknya yang membawakan cokelat hangat. Dengan langkah cepat, Zane bergegas membukakan pintu kamarnya.
"Selamat malam, nona Zane! Ini cokelat hangat Anda," sapa pelayan perempuan itu sembari menyerahkan segelas cokelat hangat pada Zane.
"Terima kasih," balas Zane singkat.
"Sama-sama, nona. Saya permisi dulu!"
Zane mengangguk pelan. Kemudian pelayan itu berjalan pergi dari hadapannya. Zane segera menutup pintu kamarnya dan kembali duduk di depan laptopnya yang masih menyala. Seperti malam-malam biasanya, ia mengerjakan sesuatu dengan di temani segelas cokelat hangat. Hingga cokelat hangat itu habis tanpa tersisa, baru dirinya pergi beristirahat.
Drrrtttt....
Belum sempat Zane memejamkan mata, ponselnya terdengar berdering. Menandakan sebuah panggilan masuk. Lantas ia pun langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas dan mengangkatnya.
"Apa kau menemukan sesuatu?" tanyanya to the point pada si penelepon.
[Ya, bos! Aku menemukan sesuatu yang sangat penting]
"Bagus. Temui aku besok di tempat biasa!" seru Zane bernada dingin.
[Siap]
Tutt...
Zane mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Ada senyuman samar yang mengembang di bibirnya. Entahlah apa artinya itu. Tidak ada yang tahu.
"Mari kita lihat apa yang akan terjadi nanti karena telah mengganggu keluargaku," gumamnya. Setelah itu ia meletakkan kembali ponselnya dan perlahan memejamkan mata. Zane tidak perlu waktu lama untuk akhirnya benar-benar tertidur dengan lelap.
~To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments