Eps 05. Bentuk Kasih Sayang

Benar saja—Saat Zane menambahkan kecepatan mobilnya, mobil tadi juga ikut melakukan hal yang sama. Bahkan kini mereka tampak sedang saling kejar-kejaran. Beruntung Zane sudah ahli dalam menghadapi keadaan seperti itu. Sehingga tidak ada kekhawatiran sedikit pun di hatinya. Ia justru menikmatinya karena keadaan seperti itu adalah salah satu waktunya untuk bermain. Siapapun orang yang mencoba mengusiknya akan menyesal. Mereka tidak tahu kalau Zane adalah orang yang seharusnya tidak di usik. Dimana wajahnya memang cantik bak seorang malaikat, tetapi ia juga bisa menjadi iblis saat ketenangannya coba di usik orang lain.

"Kak—Hati-hati! Ada banyak orang di depan sana!" seru Azrail memperingatkan Zane akan keadaan jalanan di depan.

Zane menatap datar keadaan jalanan di depan yang ramai akan banyak orang. Sepertinya ada sebuah acara berlangsung di sana. Ia tidak bisa melewatinya dengan mobil berkecepatan tinggi seperti itu sebab terlalu berbahaya. Lantas tangannya bergerak untuk mengaktifkan layar monitor petunjuk arah yang ada di mobilnya. Layar monitor tersebut seukuran ponsel dan memang sengaja di buat agar mempermudah Zane dalam perjalanan. Seperti sekarang, ia dengan mudahnya menemukan jalan lain di dekat sana.

"Pegangan, Azrail!" Zane sedikit meninggikan suaranya agar adiknya itu mendengar.

Azrail tentu saja mengerti maksud dari Zane dan langsung berpegangan pada pegangan yang ada di atas kaca jendela mobil. Tepat saat tiba di persimpangan jalan, Zane melakukan Rolling Speed dengan sempurna. Rolling Speed sendiri sudah tidak asing lagi bagi orang yang menyukai dunia balap mobil. Ini merupakan teknik menggantung gas saat menikung dalam kecepatan tinggi. Dimana teknik ini bertujuan agar tenaga mesin mobil tidak melemah atau turun saat menikung. Hasilnya sekarang mobil Zane tetap melaju dengan kecepatan di tikungan.

"Woahhh!" decak kagum Azrail saat melihat aksi Zane di tikungan barusan.

Sang kakak tidak menghiraukan decak kagum nya. Gadis itu semakin fokus mengemudikan mobilnya di jalanan yang memang tidak ramai. Apalagi saat melihat mobil tadi masih berhasil mengikutinya di belakang. Dan—Kini ada sekelompok orang mengendarai motor hitam yang tengah berkendara di kedua sisi mobilnya.

"Ternyata memang sudah di persiapkan," gumam Zane pelan dengan raut wajah datar.

"Sekarang bagaimana, kak?" tanya Azrail yang sudah mengerti situasi. Tetapi, tidak ada terdengar kepanikan sedikit pun dari mulutnya. la percaya bahwa kakaknya itu pasti punya cara untuk menghadapi atau menghindari itu.

"Apalagi?" Zane bertanya balik menyeringai.

Azrail sangat mengerti arti seringaian sang kakak. Sontak laki-laki itu tersenyum sumringah dan bersemangat untuk melihat bagaimana sekelompok orang itu akan di beri pelajaran oleh Zane.

"Yeah. Beri mereka pelajaran, kak!"

Brummm...

Kecepatan mobil semakin Zane tambahkan. Bahkan kini mobilnya melaju pergi mendahului sekelompok orang tadi. Tetapi, ternyata mereka juga ikut menambahkan kecepatan. Dimana mereka hampir bisa mencapai mobil Zane yang sedang melaju.

"Tepat sasaran," Zane menyeringai misterius.

Tanpa di duga, ia menurunkan kecepatan mobilnya. Hal itu membuat sekelompok orang yang mengendarai motor hitam tadi kembali berkendara di kedua sisi mobilnya. Mereka telah masuk dalam rencana Zane. Sehingga memudahkannya untuk memberikan pelajaran pada mereka. Sekarang ia mulai melajukan mobilnya dengan ugal-ugalan. Tindakannya ini membuat sekelompok orang tadi harus berusaha menghindari badan mobil Zane. Sayangnya, gerakan mereka begitu lambat. Zane menghantamkan badan mobilnya ke arah motor hitam mereka. Pada akhirnya satu-persatu dari mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan sangat keras.

"Bagus, kak! Mereka semua sudah tidak mengejar kita lagi," ucap Azrail yang tengah melihat ke arah belakang.

Sekelompok orang tadi tampak kesakitan usai di buat terjatuh oleh Zane. Di lihat dari bagaimana kerasnya mereka terjatuh, ia yakin mereka tidak akan sanggup lagi untuk mengejar. Selain itu—Mobil yang tadi mengikuti mereka lebih dulu, terpaksa berhenti sebab jalanan terhalangi oleh sekelompok orang berkendara motor hitam yang pastinya bagian dari mereka. Jalanan tiba-tiba menjadi sedikit macet. Sekelompok orang tadi berusaha bangun di bantu orang-orang sekitar. Namun mereka jelas frustasi karena gagal menjalankan rencana mencelakai Zane.

Beda halnya dengan keadaan di dalam mobil Zane. Sejak tadi Azrail tidak berhenti mengungkapkan kekagumannya pada sang kakak. "Kakak memang hebat! Lain kali bisa gak ajarin aku melakukan hal seperti tadi? Aku juga ingin melakukannya,"

"Hmmm tidak bisa," sahut Zane di sela menurunkan kecepatan mobilnya menjadi sedang.

"Kenapa?" tanya Azrail sedikit tidak terima akan penolakan Zane.

"Ini berbahaya," Zane menjawab singkat tapi cukup jelas.

Azrail mengerucutkan bibirnya ke depan sembari melonggarkan seatbelt yang terpasang di tubuhnya. "Tapi itu keren, kak! Hanya kakak yang bisa mengajariku melakukan itu,"

"Sekali tidak, tetap tidak!" cetus Zane menegaskan kembali penolakannya terhadap keinginan sang adik.

"Huffft... Baiklah," Azrail menghembuskan nafasnya dengan kasar. Raut wajahnya tampak kecewa seperti biasa saat Zane menolak keinginannya.

Meski tidak melihat ke arah Azrail, Zane tahu adiknya itu kecewa. Lantas ia menghela nafas berat. "Azrail—Kamu boleh menginginkan dan melakukan hal apapun di dunia ini. Kakak tidak akan menolak ataupun melarangmu melakukannya, selama tidak membahayakan nyawamu. Kamu sudah tahu jelas, bukan? Kakak ingin kamu selalu baik-baik saja. Cukup kakak yang hampir setiap saat dalam bahaya,"

"Maaf," cicit Azrail pelan.

Perasaan bersalah tiba-tiba meresap ke relung hatinya. Seharusnya ia mengerti alasan dari setiap kali penolakan yang Zane berikan adalah demi kebaikannya. Ini juga merupakan bentuk kasih sayang kakaknya yang selalu berusaha menjaganya agar selalu baik-baik saja.

"Heum. Kakak sangat menyayangimu, Azrail! Dan—Seorang kakak pasti akan berusaha menjaga adiknya dari segala hal. Jadi mengertilah!"

"Aku mengerti, kak. Maaf!" sekali lagi Azrail berucap maaf karena telah membuat keinginan yang seharusnya tidak di buat.

"Tidak perlu minta maaf. Kamu hanya perlu pastikan dirimu aman. Itu sudah cukup untuk kakak," ucap Zane menatap sekilas ke arah Azrail.

Sang adik yang berusia lebih muda 1 tahun darinya itu, langsung menganggukan kepalanya. "Kakak tenang saja! Aku pasti akan melakukan seperti yang kakak katakan,"

"Goodboy!" puji Zane tersenyum tipis. Lalu sebelah tangannya mengacak-acak rambut Azrail yang sebelumnya tampak rapi.

"Kakak—Kenapa suka sekali mengacak-acak rambutku? Sekarang jadi berantakan lagi, kan?" protes Azrail sembari menahan tangan kakaknya yang sedang mengacak-acak rambutnya.

Zane tidak menghiraukan protesan Azrail dan menarik kembali tangannya. Ia memang suka sekali membuat rambut sang adik berantakan di beberapa kesempatan. Tindakannya ini tentu membuat Azrail sering protes. Meski sebenarnya laki-laki muda itu juga menyukainya. Ia merasa itu adalah salah satu bentuk kasih sayang dari Zane.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!