Kebahagiaan Tertunda
Jason memasuki kantor merangkap ruang mobil ayahnya dengan langkah tegap. Badannya tinggi besar berbalut jas warna hitam membuat penampilannya meyakinkan. Setiap orang pasti akan memuji ketampanan serta kejantanan yang terpancar dari lelaki macho itu.
"Selamat pagi Pak Jason!" sapa Sinta bagian marketing.
"Pagi.. bagaimana dengan pembeli yang kemarin itu?" tanya Jason datar.
"Sedang bicara dengan Pak Teo. Itu anaknya. Ganteng ya?" mulut usil Sinta bergema.
Jason memandangi tempat yang ditunjuk oleh Sinta. Seorang anak kecil berbadan sehat sedang makan popcorn duduk di sofa untuk tamu. Anak itu memang tampan dengan kulit bersih sekali. Hidungnya mancung dengan pandangan mata bersinar tajam.
"Ada mirip bapak ya!" ujar Sinta tanpa sadar apa yang sedang dia katakan.
Tanpa sadar Jason mengangguk, "Iya."
"Ibunya juga cantik kok! Masih muda dan menarik. Anak itu punya lesung pipi kayak bapak. Kalau dibilang anak bapak orang pasti percaya."
Jason melontarkan tatapan kurang senang pada omongan cewek ini. Di sini semua orang tahu kalau Jason masih single belum berkeluarga. Sinta menunduk malu kelepasan omong. Tapi apa yang diomongkan Sinta mengandung kebenaran, anak itu memang mirip dengan Jason. Dari mata sampai ke dagu semua mirip Jason kecuali kulitnya yang putih bersih terawat.
Jason merasa tertarik pada anak itu sehingga ringankan langkah dekati anak itu. Tiba-tiba dada Jason berdegup kencang tanpa sebab jelas.
"Hai...lagi nunggu siapa?" sapa Jason lembut.
Anak itu menatap Jason terus mengunyah cemilan kesayangan. Mata bening itu menyelidiki siapa yang sedang bicara dengannya.
"Lagi nunggu mami beli mobil." sahut si gempal dengan suara khas anak kecil.
Pancaran sinar mata anak itu tajam seolah ingin melihat isi hati Jason. Kecerdasan jelas terpancar dari wajah anak itu.
"Namanya siapa?"
"Om siapa?" anak itu balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Jason.
"Saya? saya pemilik toko ini."
"Wah om ini kaya dong! punya mobil sebanyak ini. Kami satu pun tak punya. Mami pergi kerja naik bis."
"Bukankah mami kamu sedang membeli mobil? Di mana papi kamu?"
"Kata mami papi aku sudah meninggal. Om punya papi?"
Jason mengangguk membuat anak itu menunduk sedih. Mungkin teringat pada nasibnya tidak memiliki seorang ayah.
"Ayo kita kenalan! Siapa namanya?"
"Jason Junior.." sahut anak itu gagah seorang bangga dengan namanya.
Jason merasa lehernya tercekik. Bagaimana mungkin di dunia ini banyak hal kebetulan terjadi. Sudah wajahnya mirip namanya pun sama pula.
"Siapa nama mami kamu?"
"Lia.. lengkapnya Camelia. Mami aku sangat cantik dan baik. Om pasti akan suka jumpa dengannya."
Jason melongo. Seraut wajah manis cantik terkilas di kelopak matanya. Apa betul anak ini anak Camelia, mantan istrinya dulu. Apa setelah bercerai dengannya, Camelia kawin lagi dan melahirkan seorang anak cantik.
"Om.." Jason junior membuyarkan lamunan Jason.
"Eh ya?"
"Junior senang warna mobilnya hitam tetapi mami senang yang warna merah. Om bujuk dong mami ambil yang warna hitam." anak itu menunjuk ke mobil SUV warna hitam yang terpajang di depan showroom.
Lagi-lagi Jason kaget mendengar selera anak itu. Jason sendiri suka warna hitam dalam kehidupan sehari-hari. Apa mungkin bocah di depannya adalah darah dagingnya. Tapi waktu bercerai dulu Camelia tidak menyinggung soal kehamilannya. Jason harus cari tahu tentang anak ini dan Camelia.
"Junior...ayok kita pulang!" terdengar suara lembut memanggil Jason junior.
Jason angkat kepala. wanita itu terkejut melihat siapa kawan bicara anaknya. Keduanya sama-sama terpaku saling menatap. Jason junior bingung melihat maminya dan pemilik showroom saling memandang tanpa bersuara.
"Hai...apa kabar?" Camelia cepat menguasai diri dan mengulurkan tangan. Sikapnya agak grogi namun memaksa diri untuk bersikap tenang.
"Baik dan kau?"
Camelia berusaha tersenyum, "Sangat baik. Kami permisi dulu! Yuk Junior kita pulang!" Camelia menarik tangan Jason Junior berlalu dari showroom nya Jason.
"Lia kenapa terburu-buru? Tidak jadi ambil mobilnya?"
"Uangnya kurang sedikit lagi. Biarlah aku kumpul lagi baru datang lagi. Oya mas datang beli mobil juga?"
"Ini tempat kerja aku! Ayok kita bicara di ruang kantor aku." ajak Jason masih bisa move on dari wajah manis Camelia.
"Terima kasih mas! Permisi..." Camelia menarik tangan Junior berlalu dari hadapan Jason. Camelia merasa tampak bodoh berada di tempat salah. Tak seharusnya dia datang ke showroom ini. Tempat yang paling ingin dia hindari.
Jason tak hilang akal segera pancing Junior.
"Junior...sini! Om kasih mobil itu mau nggak?" Jason tak kehabisan akal mengarah kepada Junior.
Junior langsung merontak melepaskan diri dari pegangan Camelia. Jason tertawa senang merangkul Junior penuh persahabatan.
"Betul om? Dikasih begitu saja? Mami tak usah bayar?"
"Betul asal Junior mau berkawan dengan dengan om. Sekarang Junior katakan di mana rumahnya."
Junior tidak segera menjawab melainkan memandangi Camelia dengan takut. Camelia melotot tajam membuat Junior melepaskan diri dari pegangan Jason. Junior tidak berani melawan maminya.
"Lia mengapa kamu lakukan ini kepada seorang anak kecil. Kamu telah melukai hati anak kecil ini."
"Kami masih punya harga diri untuk tidak mengemis. Permisi.." kata Camelia dengan ketus.
"Lia...Junior ini..??"
"Junior anak aku. Bukan anak siapapun ayahnya telah lama meninggal sebelum dia dilahirkan. Jadi tidak usah berpikir macam-macam." ujar Camelia dengan tajam.
Jason tidak menyerah mendekati Junior membelai kepala anak itu sambil tersenyum pahit. Camelia segera melangkah pergi sedangkan Junior mengikut dari belakang sambil melambai pada Jason. Jason membalas lambaian anak itu dengan hati sedih. Lelaki ini yakin Camelia menyimpan rahasia pada dirinya.
"Pak Jason.." panggil panggil Sinta membuyarkan tatapan Jason pada bayangan anak ibu itu.
"Eh ya.."
"Ada telepon dari nona Dewi. Katanya penting."
"Katakan aku sedang sibuk dan telepon satu jam lagi. Oh ya panggil Pak Teo ke kamar kerja aku!"
"Siap pak!"
Jason meninggalkan Sinta menuju ke kantornya di lantai atas. Pertemuan dengan Camelia cukup menggoyang perasaan Jason. sudah cukup lama Jason berusaha melupakan nama itu apalagi sosok gadis itu yang telah membuat hidup Jason begitu bahagia.
Kilas balik cerita lama. Jason yang baru selesai kuliah menikahi Camelia yang baru tamat SMA. Anak itu anak ibu kos Jason. pernikahan ini ditentang keras oleh keluarga Jason yang sangat kaya, mereka menuduh Camelia dan ibunya telah menjebak Jason dalam pernikahan karena tahu Jason anak orang kaya. Camelia berusaha meyakinkan keluarga Jason bahwa cintanya pada Jason adalah tulus, sayang tak ada sambutan baik dari keluarga Jason malah menuntut perceraian. Pernikahan itu cuma bertahan setahun karena Jason dikirim ke Amerika oleh keluarganya bahkan terdengar berita Jason telah menikah dengan perempuan pilihan keluarganya. Begitulah sekelumit cerita antara Camelia dan Jason yang sangat tidak manis.
"Pak Jason..anda memanggil aku?"
Jason tersadar dari lamunannya Pak. Pak Teo bagian dari penjualan menanti dengan sabar perintah dari Jason.
"Wanita muda tadi membatalkan mobilnya?"
"Oh nyonya Camelia ya? Dia mau beli mobil secara cash tapi uangnya kurang sekitar 5 juta. Sudah ku tawarkan agar yang kurang itu dikreditkan saja tapi dia menolak. Dia akan kembali bila uangnya sudah cukup. Kulihat dia sangat kecewa tapi tak berdaya."
"Apa harganya sudah netto?"
"Sudah pak! Bahkan sudah ku korting sampai habis."
"Sudahlah! Kirimkan saja mobil itu kepadanya dan bikin tanda lunas. Uang yang kurang itu akan kulunasi! Pak Teo tahu alamatnya?"
"Tentu saja tahu karena ada fotokopi KTPnya."
"Antar ke sini aku mau lihat!"
"Baik pak!" pak Teo mengundurkan diri.
Bertahun hidup bersama Camelia rasanya sangat bahagia. Gadis itu penyabar serta rajin bahkan sangat sholeh. Semula Jason ingin membeli surprise kepada keluarganya bahwa dia mendapat gadis pilihan, tetapi semua itu hanyalah angan Jason semata. Bukannya menerima Camelia dengan baik malah menuduh yang bukan bukan kepada Camelia. Jason tak dapat menentang ibunya karena perempuan itu mengancam akan bunuh diri kalau Jason masih tak mau menikahi gadis pilihannya.
Pernikahan keduanya cuma bertahan 3 tahun karena Sophia tahu Jason tak mencintainya. Di hati Jason masih tersimpan rapi nama Camelia. Disamping itu Ibu Jason terus-terusan menanyakan cucu dari Jason dan Sofia. Sofia dinyatakan mandul dan langsung minta cerai karena tak tahan diejek oleh ibu mertua yang kelewatan itu.
Jason menyambut baik perceraian ini karena memang tak menyukai Sophia. Selanjutnya Ibu Jason menyodorkan Dewi anak sahabatnya agar Jason mau menikahi wanita itu. tetapi Jason tak mau cepat terikat tali pernikahan lagi mengingat kejadian-kejadian terdahulu. Jason ingin mencari jati dirinya tanpa harus mematuhi tuntutan sang ibu biarlah waktu yang menentukan masa depannya.
"Pak ini KTP nyonya Camelia.!" Pak Teo muncul menyodorkan KTP Camelia.
Jason menerima KTP itu dari tangan Pak Teo sambil melirik tulisan dalam KTP itu. Di situ tercantum jelas status Camelia tidak kawin artinya dia masih menjanda.
"Ya sudah Pak Teo antarkan mobilnya. Katakan perusahaan yang menurunkan harga mobil. Apa pekerjaannya Camelia?"
"Katanya Florist."
"Baiklah! Tinggalkan aku!"
Keluarga Camelia memang pencinta bunga. Abangnya mempunyai kebun bunga yang sangat luas maka tak heran kalau Camelia berkecimpung di dunia bunga. Camelia sangat senang pada bunga melati hampir tak pernah lupa menyimpan sekuntum bunga mungil itu di sela-sela rambut maupun baju. Jason tidak akan pernah melupakan kesukaan wanita yang sangat dicintainya itu.
Kini pertanyaan Jason adalah Jason Junior itu anak Camelia dengan siapa. segalanya mirip Jason bahkan sampai nama. apakah itu anaknya yang tertinggal di perut Camelia setelah perceraian mereka. Jason menjadi bingung memikirkan siapa adanya Jason Junior itu, tapi Jason merasa ada sesuatu dalam Junior yang menggugah hatinya. Jason harus mencari tahu tentang Camelia dan Junior.
Sore hari Jason pulang ke rumah mendapatkan ibunya telah berdiri di depan pintu dengan wajah sangat tak bersahabat.
"Jason.. apa yang telah kamu lakukan kepada Dewi?" seru Ibu Jason dengan galak begitu Jason masuk ke dalam rumah.
Jason menghela nafas. Ibu Jason menarik tangan putra tunggalnya untuk menuruti keinginannya duduk di sofa lembut. Pak kusno menurunkan kacamatanya melirik ratu rumah tangga yang paling cerewet sedunia.
"Ada apalagi Bu?" tanya Jason dengan ogahan.
"Tadi maminya Dewi telepon mengatakan kamu menolak telepon Dewi. Kamu harus bertanggung jawab terhadap calon istrimu itu. Dia wanita baik-baik Jason! Bukan setelah kamu cicipi manisnya lantas kau buang. Dia keturunan keluarga subur. Anak kalian pasti banyak."
"Bu... Dewi tidak ku apa-apakan. apa yang sudah ku cicipi?" Jason berbalik tanya dengan kesal.
"Astaga ni anak... Dewi mengaku dia sudah tidak perawan lagi karena oleh ulah kamu! Maka itu kamu harus bertanggung jawab."
"Tanggung jawab apa Bu? Bagus kalau dia mengaku tidak perawan lagi tetapi aku tidak pernah menyentuhnya selain menggandeng tangannya. Ibu ingat itu!"
"Jadi?"
"Jadi apa Bu? Sudahlah Bu Dewi itu tidak cocok dengan aku karena dia anak manja! Aku bukan anak remaja yang menginginkan gadis-gadis manja. Aku ini sudah duda dua kali."
"Jason Dewi itu anak terpelajar. Ibu harap kamu mau menerimanya dengan baik. Menikahlah dengannya nak! Ibu sudah pingin mendengar jeritan anak kecil di dalam rumah kita. Pernikahan kamu dengan Sophia sudah mengecewakan Ibu maka kamu harus segera menikahi Dewi."
"Ibu ini lucu. Ada gadis mengaku tidak perawan minta tanggung jawab aku padahal aku tidak pernah menyentuhnya. Dari awal dia sudah menunjukkan bahwa dia bukan gadis baik-baik. Kalau dia gadis baik-baik pasti akan menjaga diri. Apa pantas wanita begini masuk ke dalam keluarga kita?"
"Tapi..."
"Tapi apa Bu? Sudahlah! Aku capek Bu! Aku ingin istirahat." Jason tidak mau perpanjang perdebatan dengan ibunya memilih masuk ke dalam kamar.
Pak kusno menggeleng kepala tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang mau menerima gadis asal-asalan.
"Ibu ini aneh. Dewi sudah mengaku pernah berhubungan dengan lelaki lain tetapi Ibu masih memaksa Jason menikahi wanita model begitu. Apa di dunia ini tidak ada wanita lain selain Dewi? Biarkan Jason memilih wanita yang dia inginkan. Ibu jangan memaksa dia lagi!" ujar Pak kusno tanpa meninggalkan tempat duduknya
"Tak bisa. Jason kan sudah dua kali menikah jadi apa salahnya mengalah sedikit. Ibu sudah berjanji pada Siti akan bermenantu si Dewi. Ibu kan gak malu kalau menjilat ludah sendiri."
"Lebih malu lagi bila kita membawa sampah ke dalam rumah kita." kata pak Kusno gerah pada sikap egois isterinya. di dunia ini mungkin cuma istrinya yang egois menyodorkan wanita tak bermoral kepada anak sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments