Junior Anakku

Jason menuju ke ruang kerja merangkap perpustakaan keluarga. Pak Kusno biarkan Jason meninggalkan ibunya yang gila ber menantu.

Kenangan bersama Camelia mengusik pikiran Jason. Camelia betul-betul profil wanita terdidik menerima kodrat sebagai seorang istri. Wanita itu tak pernah menuntut apa-apa selama menjadi istrinya bahkan tak bersuara kendatipun Jason pernah sebulan tidak pulang ke rumah.

7 tahun berpisah dengan Camelia cukup menyakitkan hati Jason cuma Jason tak mampu bertindak mengingat kesehatan ibunya. Jason memilih mengalah demi ketenangan di dalam keluarga. Siapa sangka setelah tujuh tahun mereka jumpa lagi dalam keadaan berbeda. Camelia tetap cantik tapi dia sudah punya anak.

"Mas Jason dipanggil ibu!" suara Tini menyadarkan Jason dari lamunan.

Jason memandangi Tini dengan pandangan sayu membuat pembantu itu tersipu malu.

"Tini... bagaimana perasaannya menjadi seorang janda muda?" tanya Jason menatap ke wajah pembantu keluarga.

"Ya ndak enak mas! Selalu dituduh yang bukan bukan. Ngomong dengan lelaki saja dibilang menjual diri! Maka itu saya tinggalkan kota kelahiran merantau jauh." ujar Tini dengan berapi-api.

Jason membayangkan keadaan Camelia yang masih muda sudah menjanda. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadapnya. Apa mungkin Camelia kawin lagi setelah bercerai sehingga lahir Jason Junior yang cantik itu.

"Mas...ibu masih menunggu!"

"Bilang saja saya sudah istirahat. Pergilah!" usir Jason secara halus.

"Baik mas!"

Tini tak tahu mengapa Jason menolak jumpa ibunya. Biasa Jason paling patuh pada ibunya. Hari ini kok beda?

Tini menutup pintu dengan hati-hati seolah tahu kegalauan hati tuan mudanya. Herannya bagaimana mungkin tiba-tiba Jason menanyakan keadaan seorang janda muda. Apa mungkin Jason pernah meninggalkan seorang wanita di kampung?

Jason benar-benar hanyut dalam kenangan lama. Kemulusan gadis Sunda itu mampu menggoncang hati lelaki manapun. Pancaran kecantikan Camelia sangat alami menarik perhatian setiap kumbang jantan.

Camelia selalu malu berhadapan dengan Jason walaupun Jason itu sah suaminya. Di malam pengantin saja Jason tak berhasil merenggut mahkota Camelia karena gadis itu selalu ketakutan dan gemetaran kalau melihat Jason masuk kamar. Di hari ketiga barulah Jason berhasil melaksanakan ritual malam pengantin dibarengi segala rayuan indah-indah. Camelia indah sekali untuk dilewatkan semalam pun. Setahun bersama Camelia serasa hidup di surga. Sayang surga itu harus terenggut oleh keegoisan ibunya Jason.

Jason mengeluarkan cincin pernikahannya dengan Camelia dari laci dengan wajah sedih. Jason ingat air mata Camelia meleleh tatkala Jason akan meninggalkannya. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir mungil itu selain memeluk Jason dengan erat-erat. Camelia terlalu tabah menerima semua tuduhan tak benar dari ibunya. Camelia benar-benar seorang wanita yang sangat baik dan berbudi luhur.

"Camelia.." desis Jason penuh kerinduan.

Pak Teo berdiri di depan Jason dengan wajah takut. Pak tua ini merasa kurang enak hati melihat kemurungan Jason setelah Camelia menolak menerima mobil dari perusahaan Jason. Pak Teo menduga kalau Camelia itu pasti orang yang sangat berarti dalam hidup Jason karena lelaki ini jarang beramah tamah dengan perempuan. Baru kali ini Pak Teo melihat Jason perhatian pada seorang wanita.

"Apa katanya?"

"Dia tetap akan menunggu uangnya sampai cukup baru kembali membeli mobil kita."

"Benar-benar wanita tabah." desis Jason.

"Anaknya menangis memaksa ingin memiliki mobil itu tetapi ibunya memarahinya. Kasihan juga pak!"

Jason termenung mengingat anak manis macam Jason Junior harus menanggung beban kecewa akibat keangkuhan sang ibu. Camelia pasti sangat mendendam padanya sampai tega menyakiti perasaan anaknya sendiri.

"Pak Teo bisa bantu saya mencari alamat sekolah anak itu?"

"Apa ini penting buat bapak?"

"Laksanakan saja!"

"Baik pak!" Pak Teo tak berani banyak mulut lagi karena Jason tidak mengaku apapun kepada Pak Teo.

Entah kenapa Jason merasa dekat dengan Jason Junior. Apa karena Jason mirip dengan anak itu atau karena Jason Junior adalah anak Camelia.

Semangat kerja Jason agak menurun setelah tahu Camelia berada satu kota dengannya bahkan telah memiliki seorang anak cerdas.

Pintu ruang kerja Jason diketok dari luar.

"Masuk!" kata Jason tanpa gairah. Asli separuh hidup Jason telah terbawa pergi oleh bayangan Camelia.

"Pak Jason...ada telepon dari nona Dewi!" lapor Sinta.

"Bilang saja saya sedang sibuk melayani pelanggan. Oya Sinta! Aku mau keluar sebentar. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Jangan beri nomor ponsel aku kepada Dewi! Aku tak mau dipusingkan oleh wanita stress itu."

"Baik pak!"

Jason meraih jas yang tergantung di belakang kursi. Jason tak sabar ingin jumpa dengan Junior untuk korek lebih banyak keterangan dari anak itu. Jason telah berjanji akan menyenangkan Junior sebagai ganti menembus kesalahannya di masa lalu. Tak peduli Junior itu anak kandungnya atau anak siapapun. Yang penting Junior itu anaknya Camelia.

Camelia florist terletak di daerah strategis, lokasinya menyenangkan di tambah dengan penataan menyenangkan. Bunga-bunga segar tersusun rapi di tempat semestinya.

Jantung Desember debar-debar melangkah masuk ke toko bunga Camelia. Terlihat beberapa pegawai wanita sedang merangkai bunga dalam keranjang. Sebagian lagi sedang memotong tangkai-tangkai bunga untuk dirangkai menjadi bunga orderan untuk pacar maupun untuk kepentingan bisnis.

"Selamat datang pak! Ada yang bisa kami bantu?" sapa salah satu pegawai di toko bunga Camelia dengan sopannya.

"Saya ingin pesan bunga melati." mata Jason mencari sosok ringkih yang pernah warnai hidupnya dengan pelangi cinta. Sayang sosok itu tak tampak di sekitar toko.

"Wah pas waktunya! bunga melatinya baru tiba subuh tadi. Masih segar... memangnya mau diantar ke mana Pak?"

"Ini alamatnya! Berapa harganya?"

Pegawai toko terbelalak melihat alamat yang tertera di kertas mungil yang diberikan oleh Jason. mulutnya sampai ternganga lebar saking kagetnya.

"Ini alamatnya? Aduh pak! Gimana ini?"

"Kenapa? Tak bisa dikirimkan?"

"Oh bisa pak! Akan segera dikirim. Bu Camelia sedang pergi."

"Junior mana?"

"Masih sekolah pak! Siang nanti baru pulang."

"Sekolahnya di mana?"

"Di SD 007. Ya ampun kelepasan! Bapak ini siapa?"

"Aku ini teman bu Camelia. Oya ini uang bayarannya! Sisanya simpan saja!" Jason mengeluarkan beberapa lembar uang warna merah.

Pegawai toko Camelia terpaku melihat banyaknya uang di tangannya. Uang itu terlalu berlebihan untuk membayar sebuket bunga melati yang tidak seberapa harganya. Jason tidak menunggu jawaban pegawai itu melainkan bergegas menuju ke sekolah Jason Junior. Jason tidak sabar ingin segera berjumpa dengan Jason Junior setelah mendapat informasi dari pegawai toko. Jason sendiri heran mengapa dirinya demikian terobsesi pada Jason Junior yang memiliki pandangan mata setajam mata elang.

Hampir 2 jam Jason menunggu barulah terlihat satu sosok gempal bermandi keringat berjalan terseok-seok menuju keluar pagar sekolah tanpa semangat. Pipinya memerah mengundang orang ingin menyentuh pipi ranum itu. Jason tidak membuang waktu segera mendekati yang tampak kelelahan itu.

"Hai .." sapa Jason setelah dekat dengan Jason Junior.

Junior memandangi Jason sesaat lantas tersenyum, "Om mobil."

"Panas ya?"

Junior mengangguk. tubuh gempalnya mandi mandi keringat membasahi seragam sekolahnya.

"Gimana kalau Om traktir makan es krim?"

"Tak usah Om! Nanti dimarahi mami. Semalam saja Junior dipukulin mami gara-gara nanyain Om!"

Jason merasa bersalah telah membuat Junior mendapat hukuman dari maminya Jason berjongkok menyentuh pipi Junior merasa iba. Ada apa dengan Camelia sampai tega menyakiti hati anak kecil yang tak tahu apa-apa. Jason dapat merasakan ada sesuatu disembunyikan oleh Camelia. Kalau tidak ada apa-apanya mengapa dia sampai marah kepada Junior hanya bertanya tentang Jason. setahu Jason sifat Camelia sangat lembut jarang mengumbar amarah.

"Kenapa mami marah?"

"Junior pernah melihat foto om bersama mami maka bertanya apa Om ini papinya Junior? Eh mami marah besar."

Jason menelan ludah merasa ada sesuatu disembunyikan oleh Camelia. dia harus mengorek keterangan dari mulut Junior.

"Junior lahir tahun berapa?"

"Kenapa Om tanya ulang tahun Junior? Om mau ngasih kado ulang tahun ya? Dua bulan lagi Junio berusia 6 tahun."

Tanpa sadar Jason memeluk Junior yang memang darah dagingnya. Jason menduga Camelia baru mulai hamil sewaktu bercerai dengan dirinya. Pantas saja Junior mirip sekali dengan dirinya bahkan nyaris tak ada bedanya.

Junior membalas pelukan Jason seolah menemukan sandaran hidup. Hubungan batin ayah anak memang tak dapat dibohongi oleh siapapun. Junior merasa memang menyukai Jason yang mampu memberi dorongan naluri kejantanan seorang anak lelaki. Hubungan darah lebih kental daripada air.

"Junior kamu anak baik! Pulang lah! Siapa yang akan menjemput kamu?"

"Kadang bi Iyem kadang teh Murni ya kadang mami! Junior kadang merasa sedih melihat kawan punya papi bahkan mereka sering mengejekku sebagai anak keluaran batang pisang."

"Kamu punya papi kok. Om tahu itu cuma mamimu lagi berantem sama papi. Nanti juga baikan lagi! Junior Jangan bilang ke mami kalau kita jumpa di sini! Nanti Junior dipukulin lagi."

Junior mengangguk pasti ya memang sangat takut kepada Camelia. Jason menepuk pipi Junior yang memerah saat itu.

"Om pergi dulu ya! Di rumah tak boleh nakal melawan mami. Jadi anak baik ya! Hati-hati di jalan." Jason harus segera pergi sebelum orang yang menjemput Junior melihat kehadirannya di sekolah. Jason mengecup kepala Junior barulah melangkah pergi dengan hati plong.

Jason meninggalkan Jason Junior sebelum anak itu terkena masalah lagi. Jason tak mau Junior digebukin maminya gara-gara dirinya. Junior melambai dibarengi senyum penuh kedamaian.

Seperti biasa Ibu Jason mengamuk-ngamuk kepada putra tunggalnya yang tak mau menerima telepon Dewi. Jason santai saja menghadapi ibunya kali ini. Lelaki ini merasa hidupnya lebih berarti setelah bertemu dengan Junior. Gaya bicara Junior persis orang telah dewasa membuat Jason tersenyum sendiri. Pipi yang merah dan senyum yang kocak masih terbayang di pelupuk mata Jason.

"Jason.. kau dengar omongan ibu?" tentang ibu Jason dengan jengkel.

Jason yang masih terbawa suasana bahagia tidak terlalu peduli dengan omelan sang ibu. Ibunya mau bernyanyi dari pagi hingga malam tak akan pengaruh kebahagiaan Jason saat ini.

"Ibu omong apa?" tanya Jason tanpa dosa.

"Dari tadi ibu bicara kamu tidak mendengar? Ibu mau tanya mengapa kamu tolak telepon Dewi lagi Calon suami macam apa kamu ini?"

"Bu saya banyak kerja! sebaiknya Ibu saja ngawani Dewi bergosip. Saya bukan tipe lelaki yang kerjanya hanya mengawal wanita dari butik ke butik. Gaya hidup kami berbeda Bu! Dia bukan wanita impianku dan juga bukan menantu yang baik buat ibu." kata Jason dengan tegas menolak kehadiran Dewi di dalam hidupnya.

"Apa kata kamu? Kakeknya Dewi itu masih termasuk kerabat kita. Ibu menjodohkan kalian untuk menyambung tali silaturahmi antara keluarga kita."

"Tali silaturahmi apa? Kenapa ibu selalu memaksa aku menikahi Dewi yang jelas-jelas tidak menghargai arti moral. Gampang saja dia mengatakan tidak perawan lagi karena aku padahal aku tidak pernah menyentuhnya sehelai rambut pun. Aku ini lelaki tetapi tidak sebejat Dewi yang ibu anggap bidadari itu."

Ibu Jason terdiam mendengar perkataan Jason yang agak keras. Kalau Jason tidak pernah menyentuh Dewi artinya Dewi memang bukan wanita baik-baik. Gampang saja dia menyerahkan diri kepada lelaki yang bukan muhrim tanpa ikatan pernikahan.

Pak Kusno yang mendengar suara ribut-ribut antara anak dan istrinya segera keluar untuk menengahi masalah perjodohan ini. Pak Kusno juga tidak setuju Dewi dijodohkan dengan Jason. Sekaya apapun keluarga Dewi tidak akan menggoda hati Pak Kusno untuk mengambilnya sebagai menantu. Dari awal moralnya sudah rusak bagaimana kalau dimasukkan ke dalam keluarganya. Bukankah hanya menambah beban di hati Jason.

"Bu... biarkan Jason memilih jodohnya! Masih banyak calon lain yang lebih baik daripada Dewi. Ya kan anakku?" kata Pak Kusno menengahi debatan antara ibu dan anak itu.

"Ayah benar Bu! Saya tidak mau menjadi tukang kawin cerai. Maka itu untuk mendapat istri ke depan haruslah betul-betul seorang wanita Sholeh yang bisa membuat hidupku tentram."

Ibu Jason melongo karena selesai berkata Jason segera melangkah pergi. Pak Kusno juga ikut menghindar agar jangan menjadi sasaran amarah ratu cerewet itu.

Tinggallah Ibu Jason kebingungan sendiri. Pak Kusno menyusul Jason ke ruang kerjanya tanpa setahu anak muda itu. Jason merebahkan diri di kursi malas sambil membayangkan kelucuan Junior kalau lagi bicara. Matanya bersinar-sinar memancarkan kejujuran. Jason makin jatuh cinta kepada Junior.

"Jason... kenapa kamu nak?" tanya Pak Kusno mengetahui anaknya sedang memikirkan sesuatu.

"Eh ayah! Duduklah!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!