KONTRAK RAHIM
JAKARTA
Di sebuah ruangan. Sepasang suami-istri duduk dengan gelisah menghadap seorang dokter berkacamata.
"Apa, Dok?"
Rido terkejut mendengar penjelasan dokter. Di sampingnya, Zumi menundukkan kepalanya dalam-dalam, rasanya amat pedih tapi inilah kenyataannya.
"Iya benar, Pak. Kemungkinan untuk bisa hamil sangat kecil, tapi kita sebagai manusia harus terus berusaha dan berdoa. Semoga saja ada keajaiban dari Tuhan supaya istri Anda bisa segera hamil seperti harapan Bapak selama ini," terang dokter.
Ini bukan kali pertama dokter mengatakan hal demikian. Padahal, selama ini Rido sudah berusaha mengupayakan yang terbaik untuk istrinya, seperti membawa Zumi terapi, minum obat herbal, senam, bahkan berkonsultasi dengan dokter-dokter hebat hingga rela merogoh kocek lebih dalam.
Semuanya nihil!
Sudah lima tahun lamanya Rido dan Zumi merindukan kehadiran seorang buah hati di tengah-tengah kebahagiaan mereka, tapi Tuhan ternyata belum mempercayakan hal tersebut.
Rido sebagai satu-satunya anak lelaki di keluarganya, di tuntut agar segera memiliki keturunan. Bahkan mamanya pernah mengancam bila istrinya tidak segera hamil, mau tak mau Rido harus meninggalkan Zumi dan menikah dengan wanita lain.
Tentu saja hal itu tidak Rido ceritakan pada Zumi karena takut Zumi terluka. Semuanya Rido pendam sendiri dengan rapi, sungguh Rido tak ingin menyakiti hati istrinya.
"Ini mungkin udah jadi takdirku, Mas," kata Zumi tiba-tiba setelah keluar dari ruang dokter.
"Iya, Sayang. Tapi kamu gak usah khawatir ya. Aku janji, aku akan segera carikan dokter yang lebih bagus dari dokter tadi," ucap Rido menghibur Zumi.
Rido mencoba untuk menguatkan Zumi, sesungguhnya Rido pun sama kecewanya dengan hasil tadi. Tapi sebisa mungkin Rido tidak patah dan menyerah.
"Tidak usah, Mas."
Zumi berjalan menjauh dari Rido, kemudian duduk di kursi tunggu. Rido menghembuskan nafas pelan, dia harus sabar dengan keadaan mereka saat ini. Apalagi untuk membujuk Zumi agar tegar, Rido tidak boleh menyerah.
Rido menyusulnya dan berjongkok di hadapan Zumi. Dia memandangi wajah Zumi yang amat mendung karena kesedihannya yang mendalam.
Di mata Rido, Zumi masih sama seperti saat pertama kalinya Rido menjumpainya dulu.
Tidak berubah.
Bahkan cintanya tak berkurang sedikitpun untuk Zumi walaupun Zumi kesulitan untuk hamil.
"Kamu tidak yakin dengan kata-kataku? Kamu akan hamil, Sayang. Cuma kita tidak bisa pastikan waktunya. Yang harus kita lakukan adalah terus berusaha dan bersabar. Kita tidak boleh nyerah gitu aja. Kamu yakin kan sama aku?" Rido mengusap punggung tangan Zumi dengan lembut kemudian menciumnya.
Tatapan Zumi begitu sendu, matanya juga berkaca-kaca.
"Aku sama sekali tidak nyerah dan aku juga percaya denganmu, Mas. Tapi—" Zumi memalingkan wajahnya ke arah lain. Tak bisa dibendung, air matanya lolos jatuh begitu saja.
"Tapi kenapa?" kejar Rido.
"Tapi selama menunggu itu, aku mau kamu menikah dengan wanita lain agar kamu memiliki anak darinya," sambung Zumi.
Rido terperangah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Zumi barusan.
"Ap—apa maksudmu?"
"Iya, Mas. Aku pengen, kamu menikah lagi," ulang Zumi, suaranya hampir tidak terdengar.
Rido segera menggeleng cepat, merasa tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"Bisa kamu ulangi lagi?" pinta Rido sedikit terpancing amarah dan tidak sadar menaikkan suaranya satu oktaf.
Selama ini Rido memang sangat posesif, dia tidak akan membiarkan lelaki manapun mendekati Zumi. Begitu juga Rido tidak pernah membicarakan wanita manapun karena Rido hanya mencintai Zumi seorang.
Zumi menghela napas berat.
"Mas, aku ingin kamu menikah lagi!" tekan Zumi.
Rido melotot tak percaya.
"Enggak, Sayang. Aku gak mau. Yang aku cintai itu cuma kamu, mana mungkin aku akan menikah lagi dengan wanita lain hanya demi mendapatkan anak. Itu benar-benar tidak masuk akal, Sayang!" keluh Rido, kepalanya seperti dihantam batu besar.
Rido berdiri dan duduk di samping Zumi, Rido baru menyadari bahwa Zumi menangis. Tanpa kata, Rido segera menyenderkan kepala Zumi di bahunya.
Berlahan Rido menghapus air mata Zumi yang terus membanjiri pipinya.
"Aku janji sama kamu, Sayang. Aku akan selalu sama kamu terus dan selamanya hanya dengan kamu. Apa pun keadaannya, kita harus lewati semuanya bersama-sama. Soal anak, aku tidak masalah jika kamu tidak bisa hamil. Bukankah kita bisa adopsi anak nantinya?"
Zumi hanya diam, tidak menanggapi kata-kata Rido. Siang ini mood-nya menurun karena dirinya tak kunjung hamil, padahal Zumi tau jika Rido sangat merindukan kehadiran seorang anak. Keinginan itu terpancar dari bagaimana Rido memperlakukan keponakan-keponakannya atau anak kecil yang dijumpainya di mana saja.
Sama seperti Rido, Zumi juga ingin memiliki anak. Sampai akhirnya Zumi memutuskan untuk tidak egois dan sadar diri, Zumi ingin Rido menikah lagi.
Menurut Zumi, hanya itu jalan satu-satunya untuk membalas semua kebaikan suaminya selama ini terhadapnya. Kebahagiaan Rido lebih penting dari apapun karena selama ini Zumi tau persis bagaimana Rido memperlakukan Zumi bak ratu di rumahnya.
Namun, semua itu justru membuat Zumi semakin sedih karena Zumi tidak bisa memberikan anak pada suaminya.
Melihat Zumi terdiam, Rido pun mengajak Zumi untuk pulang.
"Sudah ya, kamu perlu istirahat. Kita pulang sekarang," ajak Rido. Zumi mengangguk lemah dan menurut.
Pada akhirnya mereka mencoba melupakan apa yang sudah terjadi karena keduanya kini sudah sampai rumah.
Mereka tidak ingin jika kesedihan mereka menular ke anggota keluarga yang lainnya, keluarga Rido. Tempat dimana mereka sekarang tinggal.
"Abis ini kamu mandi ya, kita makan siang bareng sama mama dan juga yang lainnya," ucap Rido saat keduanya sudah melangkahkan kaki dalam rumah, Rido tadi melihat mobil mamanya telah terparkir di garasi. Ternyata mamanya sudah ada di rumah.
"Iya, Mas."
Rido menggandeng tangan Zumi dengan erat, sama seperti saat masih pacaran dulu.
***
Sesampainya di rumah, seseorang menyapa Rido dan Zumi.
"Kalian dari mana?"
Seketika keduanya berhenti berjalan. Ny Helena, ibu kandung Rido sekaligus mertua Zumi itu tengah menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Di belakangnya, ada dua pelayan yang ikut memandang Rido dan Zumi. Kedua pelayan itu adalah pelayan kepercayaan Ny Helena. Siti dan Alifah, umurnya masih sepantaran dengan Zumi. Hanya berselisih beberapa bulan saja.
Tanpa ada yang tahu, kedua pelayan itu sering acuh tak acuh pada Zumi. Terkadang menunjukkan sikap yang tidak hormat pada Zumi. Entah apa sebabnya, Zumi tidak tahu. Meskipun Zumi menyadari itu, tetapi Zumi selalu bersikap ramah dan tak mengambil hati dari sikap kedua pelayan tersebut.
Ny Helena adalah seorang wanita paruh baya yang telah melahirkan tiga anak. Dua diantaranya adalah perempuan dan yang satu adalah laki-laki, yaitu Rido.
Di usianya yang menginjak 55 tahun, Helena tergolong wanita yang sukses. Helena telah berhasil mendirikan perusahaan besar yang memiliki beberapa anak cabang.
Prestasinya pun tidak dapat di nggap enteng, perusahaannya berhasil masuk dalam 3 besar perusahaan terbesar di kota Jakarta.
"Mama, Mama kok udah pulang?" tanya Rido begitu melihat Ny Helena duduk di sofa, tangannya memegang koran tapi matanya terus menatap Rido dan Zumi tanpa berkedip.
"Kenapa, Rido? Kamu tidak suka bila mama pulang ke rumah?" tuduh Ny Helena.
Rido menggeleng cepat.
"Bu... bukan seperti itu, Ma. Rido cuma tanya saja, biasanya Mama keluar kota terus sampai Rido harus menahan rindu sama Mama," ujar Rido sedikit melebih-lebihkan.
Rido mengajak Zumi menghampiri Ny Helena kemudian mencium punggung tangan Helena secara bergantian dengan takzim.
"Mama sengaja pulang cepet hari ini. Kata Alifah di telepon tadi, kalian pergi konsultasi ke dokter lagi ya? Terus gimana hasilnya, coba ceritakan sama mama. Mama pengen tau!" pinta Ny Helena dengan wajah yang datar.
Dulu Ny Helena sosok yang sangat hangat, tetapi semakin hari semakin dingin karena Zumi yang tak kunjung hamil.
Zumi melirik ke arah pelayan yang di maksud, Alifah malah membuang muka membuat Zumi kembali fokus pada Ny Helena yang ada di hadapannya.
Sedangkan Rido terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.
Zumi yang melihat Rido diam, Zumi pun hendak berbicara tapi rupanya Rido buru-buru menjawab pertanyaan Ny Helena.
"Baik kok, Ma. Semuanya baik," sahut Rido.
"Baik? Maksud kamu? Zumi akan segera hamil? Dia akan segera memberikan kamu anak dan cucu buat Mama?" terang Ny Helena, menebak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments