Ditatapnya wajah Ny Helena, meskipun marah tapi tatapan Ny Helena terhadap Rido tidak ada kebencian sama sekali. Itu yang Rido rasakan sewaktu kecil saat Rido mendapatkan nasehat dari sang mama.
"Sekali ini aja coba kamu nurut apa kata mama. Selama ini mama gak pernah minta apapun sama anak-anak mama, termasuk sama kamu," ujar Ny Helena pelan. Seperti ada rasa kecewa tergambar dengan jelas di wajah Ny Helena.
Ny Helena menjatuhkan diri di atas ranjang. Duduk kembali kemudian memunguti dan meneliti lembaran foto Nita satu persatu, sesekali bibirnya menyunggingkan senyuman.
Mata Rido terus mengikuti pergerakan Ny Helena.
Diam-diam Rido merasa kasihan pada mamanya, Rido sadar bahwa dirinya sudah berkata kasar pada Ny Helena tadi. Tak seharusnya Rido melakukan semua itu walaupun Rido tau kemauan Ny Helena sangatlah tidak bisa Rido terima. Seharusnya Rido bisa sedikit lembut menghadapi mamanya.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' keluh Rido dalam hati.
"Rido, asal kamu tau. Mama tidak pernah membuatmu dalam kesusahan dan mama yakin suatu saat nanti kamu pasti akan sangat berterima kasih pada mama karena mama telah melakukan ini terhadapmu," kata Ny Helena.
Mulut Rido menganga mendengar perkataan Ny Helena.
Rasanya Rido ingin menceritakan siapa sebenarnya Nita pada Ny Helena agar Ny Helena berhenti berharap untuk Rido menerima kemauan mamanya. Tapi Rido yakin, justru hal itu hanya akan membuat Ny Helena bertambah murka padanya.
"Ma... asal Mama tau, wanita yang aku cintai itu hanya Zumi. Kalau pun sikap Mama seperti sekarang ini karena Zumi belum juga hamil maka kita bisa adopsi anak, Ma." Akhirnya Rido membuka suara.
"Diam!" bentak Ny Helena. Rido kaget bukan main mendapatkan bentakan keras dari Ny Helena. Rido kira dirinya sudah membuat kesalahan yang amat besar sehingga membuat wanita paruh baya yang anggun itu membentaknya.
"Ke... kenapa, Ma?" Rido merasa Ny Helena sekarang sudah di puncak kemarahan sebab baru kali ini juga Ny Helena membentaknya, sebelumnya Rido tidak pernah mendapat bentakan dari mamanya termasuk membentak kedua adiknya. Sungguh Rido tidak pernah.
"Kamu tanya kenapa, Rido? Dengerin mama dan ingat baik-baik ya, ini untuk pertama dan terakhir kalinya mama mendengar kamu memiliki niatan untuk mengadopsi anak. Mama tidak mau kamu mengadopsi anak, mama maunya anak dari darah daging kamu sendiri. Paham!" Ny Helena menghela nafas panjang.
Rido tertunduk, Rido benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Hingga akhirnya Ny Helena menggeser posisi tempat duduknya.
"Kamu boleh keluar dan jangan lupa nanti malam. Mama akan turut serta di sana, sekarang mama mau istirahat dulu," putus Ny Helena sambil mengembalikan foto Nita tersebut ke tempat semula.
Rasanya Rido mau berbicara lagi untuk menolak tapi percuma juga jika Rido bersikeras mengutarakan penolakannya.
Rido hafal betul, Ny Helena tidak suka dibantah dan memang selama ini Ny Helena selalu melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Benar apa kata Ny Helena, sekalipun Ny Helena tidak pernah menuntut atau meminta sesuatu pada anak-anaknya.
"Ya udah, Ma. Aku permisi dulu, selamat istirahat, Ma," ujar Rido. Ny Helena sudah menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. Ny Helena hanya mengangguk sebagai jawaban.
Rido membuka pintu setelah memastikan Ny Helena mulai memejamkan matanya.
'Semoga setelah bangun tidur nanti, emosi mama sudah stabil dan bisa di ajak bicara,' doa Rido dalam hati.
"Sayang!" Rido tak percaya ada Zumi di depan kamar Ny Helena. Bagaikan maling yang tertangkap basah, wajah Zumi pucat pasi.
Buru-buru Rido menutup pintu kamar Ny Helena kembali dan mengajak Zumi menjauh dari pintu tersebut.
"Sayang, apa yang kamu lakukan barusan? Coba katakan," pinta Rido setelah keduanya sudah ada di ruang tengah.
"Ma... maaf, Mas. Aku sudah tau semuanya, aku mendengar percakapan Mas dengan mama," kata Zumi pelan.
"Sa... Sayang, aku akan berusaha untuk menolaknya dari mama. Aku janji sama kamu, aku akan pastikan semua itu tidak akan terjadi nanti. Kamu dengar kan?" tanya Rido mencoba meyakinkan Zumi, Rido benar-benar panik karena Zumi terlihat seperti pasrah.
Zumi tersenyum tipis.
"Mas, benar kata mama. Aku sangat setuju dengan rencana mama, bahkan aku juga memiliki pemikiran yang sama kaya mama," sahut Zumi.
"Maksud kamu?" tanya Rido tidak percaya.
Zumi memeluk Rido.
"Aku berharap, Mas tidak mengecewakan aku dan mama kali ini. Aku juga mau, Mas menikah lagi dan memiliki anak dari pernikahan itu," ucap Zumi dengan jelas.
"Tapi___"
Rido terdiam saat Zumi melepaskan pelukannya dan jari telunjuk Zumi sudah menempel di bibirnya.
"Tolong, Mas. Jangan katakan apa-apa lagi, aku percaya kok kalau hati Mas itu cuma buat aku dan aku rela berbagi suami dengan wanita pilihan mama. Mas jangan tolak ya, ini semua demi aku, demi mama juga. Ya?" Zumi mendongakkan wajahnya dan memandang wajah Rido dengan penuh harap.
Kini Rido yang memeluk Zumi, pelukannya yang amat erat. Yang ada hanya kebingungan yang terus menyerang Rido.
***
Seperti rencana untuk malam ini, Rido akan pergi tanpa Zumi. Rido pergi hanya dengan Ny Helena saja.
Rasanya air mata Rido tidak dapat dibendung saat melihat Zumi yang sangat antusias menyiapkan baju tebaik untuk Rido. Berkali-kali Zumi bolak-balik menggeledah almari dan menempelkan satu persatu kemeja untuk Rido.
Merasa tidak cocok, Zumi akan mengembalikannya kemudian mengganti dengan kemeja yang lain. Begitu terus.
Sampai akhirnya ditemukan kemeja warna maroon yang sudah amat lama tidak Rido kenakan, kemeja itu dulu dibeli atas kemauan Zumi. Zumi yang memilihnya dari salah satu butik terhits di Bali, saat liburan dulu.
"Kamu sudah siap, Rido?" tanya Ny Helena saat keduanya sudah ada di emperan rumah. Di samping Rido ada Zumi yang masih menyempatkan diri untuk mendampingi sang suami.
"Sudah, Ma," jawab Rido loyo. Sesaat Ny Helena mencuri pandang ke arah Zumi lalu beralih pada Rido kembali.
"Baiklah, mama akan tunggu kamu di mobil. Kita gak punya banyak waktu jadi cepatlah," lanjut Ny Helena.
"Iya, Ma."
Setelah mendapatkan jawaban Rido, Ny Helena pergi meninggalkan Rido dan Zumi berdua.
"Aku berangkat dulu ya, Sayang," pamit Rido. Zumi tersenyum manis. Mata Zumi tidak dapat membohongi Rido, dilihatnya ada api cemburu yang tidak pernah Rido lihat selama ini.
"Gimana, Sayang? Aku masih bisa bicara sama mama untuk menolaknya mumpung masih di sini," sambung Rido yang merasa tidak yakin bahwa Zumi akan baik-baik saja.
Buru-buru Zumi menggelengkan kepalanya.
"Mas jangan pernah lakuin itu, ini semua demi aku. Please, Mas ke sana sekarang," pinta Zumi.
Rido tersenyum demi mencairkan suasana yang amat mengoyak hati.
"Ya udah, aku berangkat sekarang. Kamu jaga diri baik-baik ya di rumah."
Akhirnya mereka berpisah di emperan rumah.
Baru saja Rido masuk, Rido sudah mendapatkan teguran dari Ny Helena.
"Lama sekali kamu berpamitan, apa yang kalian bicarakan tadi? Seharusnya kalau tidak penting, kamu secepatnya menyusul mama."
"Iya, Ma. Maaf, Ma. Kita berangkat saja sekarang," sahut Rido. Rido tidak ingin memancing pertengkaran ataupun perdebatan dengan Ny Helena.
Rido masih terus mengingat akan kata-kata Zumi, bahwa semua ini juga atas dasar keinginan Zumi. Demi Zumi, Rido akan lakukan. Meskipun itu amat bertentangan dengan hati Rido.
"Hmmm, rupanya kamu juga sudah tidak bersabar bertemu dengan Nita yang cantik itu," gumam Ny Helena.
Rasanya Rido ingin sekali berbicara sesuatu karena kata-kata Ny Helena itu tapi Rido menahannya. Mulutnya benar-benar gatal, tapi Rido tetap mencoba menahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments