Cafe Lembayung
Sejak tadi Rido dan Ny Helena terdiam. Rido duduk dengan tidak tenang, pikirannya terus tertuju pada Zumi di rumah.
Entah apa yang sekarang Zumi lakukan, apakah dia bahagia karena Rido menuruti kemauan Ny Helena? Atau Zumi merasa suka cita karena Rido mau berangkat pergi juga? Atau justru sebaliknya, Zumi sedih karena Rido saat ini pergi untuk menemui wanita yang akan menjadi madunya?
Rido sudah berbicara dengan Ny Helena tadi bahwa Rido akan tetap bersama dengan Zumi nantinya jika memang Rido harus menikah dengan Nita. Dan ternyata Ny Helena setuju saja, Ny Helena tidak keberatan dengan permintaan Rido tersebut.
Sebenarnya Rido tidak habis pikir kenapa Nita setuju dengan rencana Ny Helena padahal Rido sudah memiliki istri. Apa sebenarnya motif di balik semua itu? Entahlah, Rido tidak tau.
Dilihatnya Ny Helena sibuk dengan ponselnya, Rido melirik sekilas kemudian pandanganya menyapu ke seluruh cafe lantai dasar, tempat mereka berada.
Sudah hampir 10 menit Rido dan Ny Helena duduk berdua tanpa kata-kata.
Rido berharap, mereka tidak datang. Yah, orang yang mereka tunggu semoga tidak menemui mereka di cafe seperti rencana semula.
"Rido, sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Mama perhatikan, kamu seperti sedang menahan sesuatu," tegur Ny Helena yang masih saja sibuk dengan ponselnya.
Rido menggeleng.
"Tidak ada, Ma," sahut Rido singkat.
"Beneran gak ada? Apa kamu sedang memikirkan Zumi, istrimu itu?" Kini Ny Helena menaruh ponselnya di atas meja, di hadapannya.
Rido hanya memandang wajah Ny Helena lalu mengalihkan pandangannya ke arah vas bunga di hadapan mereka.
"Soal Zumi, mama mohon sama kamu... kamu lupakan sejenak. Kamu harus fokus sama yang ada di sini," pinta Ny Helena.
Lagi-lagi Rido hanya terdiam, sampai akhirnya Ny Helena berdiri dan membetulkan pakaian bawahnya.
"Hay, Nita sayang. Tante ada di sini," sapa Ny Helena sambil melambaikan tangan tinggi-tinggi. Rido mengikuti arah Ny Helena menyapa orang yang dimaksud.
Deg!
Dan ternyata benar, yang Rido lihat sekarang ini adalah Nita. Nita yang telah menghancurkan hatinya di masa lalu dan kemungkinan besar Nita juga yang akan menjadi masa depannya nanti, kini Nita benar-benar hadir kembali dan sedang berjalan ke arah mejanya.
Perasaan Rido amat tak karuan. Luka lama yang dulu sudah kering harus terkorek lagi hanya demi alasan mendapatkan anak, Rido harus menikahi wanita yang tidak ingin Rido mengingat-ingatnya lagi sejak 9 tahun yang lalu.
Rido tak menyangka sama sekali bahwa Nita adalah anak rekan bisnis Ny Helena yaitu Mr James yang 'katanya' amat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan keluarga Rido.
"Rido, dia datang. Kamu bersikaplah manis. Buang wajah masammu itu," bisik Ny Helena pelan.
"Selamat malam, Tante," sapa Nita langsung menubruk Ny Helena, mereka cipika-cipiki.
"Tante sudah lama di sini? Maaf ya, Tan... aku telat," lanjut Nita.
"Ohh, enggak. Kami baru aja sampai kok. Ya kan, Rido?" ujar Ny Helena. Kedua wanita yang beda usia itu pun memandang Rido yang masih duduk saja seperti semula.
Rido melirik ke arah Nita yang tampak sedang tersenyum padanya, Rido tidak berniat membalasnya.
Ehem...
Ny Helena berdehem untuk mencairkan suasana yang amat hambar.
"Ini Rido... anak tante, Nita. Ayo kita duduk dulu," ajak Ny Helena pada Nita.
Keduanya pun duduk, Ny Helena menyenggol kaki Rido dari bawah meja. Rido sedikit kaget dengan perbuatan Ny Helena tersebut.
'Sungguh ini amat menyebalkan, aku bener-bener muak dengan drama ini. Tapi mau gimana lagi, ini semua demi mama, demi Zumi,' batin Rido.
Rido mengulurkan tangannya ke arah Nita, terasa berat Rido untuk tersenyum. Tidak seperti dulu, mengenal Nita adalah hal yang membahagiakan karena saat itu Rido sudah jatuh cinta padanya. Tapi sekarang keadaannya sudah berbeda, keduanya harus bertemu kembali dengan waktu yang tidak tepat.
"Aku Rido," ucap Rido.
Nita langsung menjabat tangan Rido, tangannya terasa lembut sedikit basah.
Menandakan Nita sedang nervous.
"Aku Nita," sahut Nita, Nita menampakkan barisan giginya yang rapi, yang dihiasi oleh behel gigi berwarna hitam sedikit kebiruan.
Keduanya saling memandang, keduanya lupa jika tangan mereka masih bersentuhan. Tiba-tiba Rido melihat wajah Nita berganti wajah Zumi. Membayangkan itu, Rido langsung menarik tangannya sendiri.
Nita terlihat salting, sedangkan Rido menyembunyikan wajahnya dengan cara melihat ke arah mana saja.
'Sial! Apa yang aku lakukan barusan. Apa yang bakalan mama pikiran tentang aku nanti jika aku dan Nita sebenarnya sudah kenal dulu, tapi hari ini bertemu lagi sebagai orang lain? Dan malah berganti wajah Zumi,' pikir Rido.
"Ohh ya, Rido, mama ada perlu sebentar sama Klien di tempat lain. Kalian berdua teruskan ngobrolnya ya. Mama harus pergi sekarang," pamit Ny Helena sambil mulai mencari keberadaan tas dan juga ponselnya.
"Biar aku antar, Ma," sahut Rido cepat.
"Tidak usah, mama naik taksi aja. Kamu ngobrol aja sama Nita di sini tapi nanti kamu harus antar Nita pulang ke rumahnya dengan selamat. Mama gak mau jika Nita terluka sedikitpun... kamu paham, Rido?" Ny Helena kini sudah berdiri, Nita pun ikut berdiri. Setelah kedua wanita itu melakukan upacara perpisahan yang biasa di lakukan oleh wanita, akhirnya Ny Helena benar-benar pergi dari meja mereka. Kini hanya tinggal Rido dan Nita saja.
Rido membuang muka, Rido tidak berminat berbicara apapun apalagi harus mencari topik hanya demi menghidupkan obrolan mereka.
"Aku tau, mungkin kamu kesal sama aku makanya kamu kaya gini sama aku. Tapi yang harus kamu tau, pertemuan kita ini bukanlah keinginan kita, ini murni takdir Tuhan," kata Nita membuka suara.
Rido hanya diam, Rido melihat Nita memainkan gelang di tangannya. Nita seperti menghitung jumlah mutiara yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Rido, takdir itu tidak akan pernah salah. Meskipun sudah bertahun-tahun kita tidak bersama, tapi pada akhirnya kita akan melalui hari-hari berikutnya bareng-bareng terus," lanjut Nita.
Lagi-lagi Rido masih diam. Dilihatnya Nita sedikit kurus dari sebelumnya. Rambutnya yang aslinya lurus kini terlihat keriting seperti mie, mie makanan kesukaannya. Orang kaya biasa merubah style apapun sesuai keinginannya, termasuk rambut.
"Aku bersedia menjadi istrimu, Rido. Seperti keinginan mama kamu," ucap Nita mengakhiri kata-katanya.
Rido langsung terpesona dengan kata-kata Nita tersebut.
"Kenapa kamu menyetujuinya? Kenapa kamu tidak berusaha untuk menolaknya? Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Belum puas kamu menghancurkan ku dulu?" tanya Rido bertubi-tubi. Refleks saja, Rido langsung mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Rido tidak menyangka jika dirinya telah menanyakan yang tidak-tidak pada Nita.
Dilihatnya Nita terperangah, kemudian tersenyum senang.
"Maksud kamu apa, Rido?" tanya Nita seperti tidak tau menahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments