NovelToon NovelToon

KONTRAK RAHIM

BAB 001 Hasil Diagnosa Dokter

JAKARTA

Di sebuah ruangan. Sepasang suami-istri duduk dengan gelisah menghadap seorang dokter berkacamata.

"Apa, Dok?"

Rido terkejut mendengar penjelasan dokter. Di sampingnya, Zumi menundukkan kepalanya dalam-dalam, rasanya amat pedih tapi inilah kenyataannya.

"Iya benar, Pak. Kemungkinan untuk bisa hamil sangat kecil, tapi kita sebagai manusia harus terus berusaha dan berdoa. Semoga saja ada keajaiban dari Tuhan supaya istri Anda bisa segera hamil seperti harapan Bapak selama ini," terang dokter.

Ini bukan kali pertama dokter mengatakan hal demikian. Padahal, selama ini Rido sudah berusaha mengupayakan yang terbaik untuk istrinya, seperti membawa Zumi terapi, minum obat herbal, senam, bahkan berkonsultasi dengan dokter-dokter hebat hingga rela merogoh kocek lebih dalam.

Semuanya nihil!

Sudah lima tahun lamanya Rido dan Zumi merindukan kehadiran seorang buah hati di tengah-tengah kebahagiaan mereka, tapi Tuhan ternyata belum mempercayakan hal tersebut.

Rido sebagai satu-satunya anak lelaki di keluarganya, di tuntut agar segera memiliki keturunan. Bahkan mamanya pernah mengancam bila istrinya tidak segera hamil, mau tak mau Rido harus meninggalkan Zumi dan menikah dengan wanita lain.

Tentu saja hal itu tidak Rido ceritakan pada Zumi karena takut Zumi terluka. Semuanya Rido pendam sendiri dengan rapi, sungguh Rido tak ingin menyakiti hati istrinya.

"Ini mungkin udah jadi takdirku, Mas," kata Zumi tiba-tiba setelah keluar dari ruang dokter.

"Iya, Sayang. Tapi kamu gak usah khawatir ya. Aku janji, aku akan segera carikan dokter yang lebih bagus dari dokter tadi," ucap Rido menghibur Zumi.

Rido mencoba untuk menguatkan Zumi, sesungguhnya Rido pun sama kecewanya dengan hasil tadi. Tapi sebisa mungkin Rido tidak patah dan menyerah.

"Tidak usah, Mas."

Zumi berjalan menjauh dari Rido, kemudian duduk di kursi tunggu. Rido menghembuskan nafas pelan, dia harus sabar dengan keadaan mereka saat ini. Apalagi untuk membujuk Zumi agar tegar, Rido tidak boleh menyerah.

Rido menyusulnya dan berjongkok di hadapan Zumi. Dia memandangi wajah Zumi yang amat mendung karena kesedihannya yang mendalam.

Di mata Rido, Zumi masih sama seperti saat pertama kalinya Rido menjumpainya dulu.

Tidak berubah.

Bahkan cintanya tak berkurang sedikitpun untuk Zumi walaupun Zumi kesulitan untuk hamil.

"Kamu tidak yakin dengan kata-kataku? Kamu akan hamil, Sayang. Cuma kita tidak bisa pastikan waktunya. Yang harus kita lakukan adalah terus berusaha dan bersabar. Kita tidak boleh nyerah gitu aja. Kamu yakin kan sama aku?" Rido mengusap punggung tangan Zumi dengan lembut kemudian menciumnya.

Tatapan Zumi begitu sendu, matanya juga berkaca-kaca.

"Aku sama sekali tidak nyerah dan aku juga percaya denganmu, Mas. Tapi—" Zumi memalingkan wajahnya ke arah lain. Tak bisa dibendung, air matanya lolos jatuh begitu saja.

"Tapi kenapa?" kejar Rido.

"Tapi selama menunggu itu, aku mau kamu menikah dengan wanita lain agar kamu memiliki anak darinya," sambung Zumi.

Rido terperangah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Zumi barusan.

"Ap—apa maksudmu?"

"Iya, Mas. Aku pengen, kamu menikah lagi," ulang Zumi, suaranya hampir tidak terdengar.

Rido segera menggeleng cepat, merasa tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.

"Bisa kamu ulangi lagi?" pinta Rido sedikit terpancing amarah dan tidak sadar menaikkan suaranya satu oktaf.

Selama ini Rido memang sangat posesif, dia tidak akan membiarkan lelaki manapun mendekati Zumi. Begitu juga Rido tidak pernah membicarakan wanita manapun karena Rido hanya mencintai Zumi seorang.

Zumi menghela napas berat.

"Mas, aku ingin kamu menikah lagi!" tekan Zumi.

Rido melotot tak percaya.

"Enggak, Sayang. Aku gak mau. Yang aku cintai itu cuma kamu, mana mungkin aku akan menikah lagi dengan wanita lain hanya demi mendapatkan anak. Itu benar-benar tidak masuk akal, Sayang!" keluh Rido, kepalanya seperti dihantam batu besar.

Rido berdiri dan duduk di samping Zumi, Rido baru menyadari bahwa Zumi menangis. Tanpa kata, Rido segera menyenderkan kepala Zumi di bahunya.

Berlahan Rido menghapus air mata Zumi yang terus membanjiri pipinya.

"Aku janji sama kamu, Sayang. Aku akan selalu sama kamu terus dan selamanya hanya dengan kamu. Apa pun keadaannya, kita harus lewati semuanya bersama-sama. Soal anak, aku tidak masalah jika kamu tidak bisa hamil. Bukankah kita bisa adopsi anak nantinya?"

Zumi hanya diam, tidak menanggapi kata-kata Rido. Siang ini mood-nya menurun karena dirinya tak kunjung hamil, padahal Zumi tau jika Rido sangat merindukan kehadiran seorang anak. Keinginan itu terpancar dari bagaimana Rido memperlakukan keponakan-keponakannya atau anak kecil yang dijumpainya di mana saja.

Sama seperti Rido, Zumi juga ingin memiliki anak. Sampai akhirnya Zumi memutuskan untuk tidak egois dan sadar diri, Zumi ingin Rido menikah lagi.

Menurut Zumi, hanya itu jalan satu-satunya untuk membalas semua kebaikan suaminya selama ini terhadapnya. Kebahagiaan Rido lebih penting dari apapun karena selama ini Zumi tau persis bagaimana Rido memperlakukan Zumi bak ratu di rumahnya.

Namun, semua itu justru membuat Zumi semakin sedih karena Zumi tidak bisa memberikan anak pada suaminya.

Melihat Zumi terdiam, Rido pun mengajak Zumi untuk pulang.

"Sudah ya, kamu perlu istirahat. Kita pulang sekarang," ajak Rido. Zumi mengangguk lemah dan menurut.

Pada akhirnya mereka mencoba melupakan apa yang sudah terjadi karena keduanya kini sudah sampai rumah.

Mereka tidak ingin jika kesedihan mereka menular ke anggota keluarga yang lainnya, keluarga Rido. Tempat dimana mereka sekarang tinggal.

"Abis ini kamu mandi ya, kita makan siang bareng sama mama dan juga yang lainnya," ucap Rido saat keduanya sudah melangkahkan kaki dalam rumah, Rido tadi melihat mobil mamanya telah terparkir di garasi. Ternyata mamanya sudah ada di rumah.

"Iya, Mas."

Rido menggandeng tangan Zumi dengan erat, sama seperti saat masih pacaran dulu.

***

Sesampainya di rumah, seseorang menyapa Rido dan Zumi.

"Kalian dari mana?"

Seketika keduanya berhenti berjalan. Ny Helena, ibu kandung Rido sekaligus mertua Zumi itu tengah menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Di belakangnya, ada dua pelayan yang ikut memandang Rido dan Zumi. Kedua pelayan itu adalah pelayan kepercayaan Ny Helena. Siti dan Alifah, umurnya masih sepantaran dengan Zumi. Hanya berselisih beberapa bulan saja.

Tanpa ada yang tahu, kedua pelayan itu sering acuh tak acuh pada Zumi. Terkadang menunjukkan sikap yang tidak hormat pada Zumi. Entah apa sebabnya, Zumi tidak tahu. Meskipun Zumi menyadari itu, tetapi Zumi selalu bersikap ramah dan tak mengambil hati dari sikap kedua pelayan tersebut.

Ny Helena adalah seorang wanita paruh baya yang telah melahirkan tiga anak. Dua diantaranya adalah perempuan dan yang satu adalah laki-laki, yaitu Rido.

Di usianya yang menginjak 55 tahun, Helena tergolong wanita yang sukses. Helena telah berhasil mendirikan perusahaan besar yang memiliki beberapa anak cabang.

Prestasinya pun tidak dapat di nggap enteng, perusahaannya berhasil masuk dalam 3 besar perusahaan terbesar di kota Jakarta.

"Mama, Mama kok udah pulang?" tanya Rido begitu melihat Ny Helena duduk di sofa, tangannya memegang koran tapi matanya terus menatap Rido dan Zumi tanpa berkedip.

"Kenapa, Rido? Kamu tidak suka bila mama pulang ke rumah?" tuduh Ny Helena.

Rido menggeleng cepat.

"Bu... bukan seperti itu, Ma. Rido cuma tanya saja, biasanya Mama keluar kota terus sampai Rido harus menahan rindu sama Mama," ujar Rido sedikit melebih-lebihkan.

Rido mengajak Zumi menghampiri Ny Helena kemudian mencium punggung tangan Helena secara bergantian dengan takzim.

"Mama sengaja pulang cepet hari ini. Kata Alifah di telepon tadi, kalian pergi konsultasi ke dokter lagi ya? Terus gimana hasilnya, coba ceritakan sama mama. Mama pengen tau!" pinta Ny Helena dengan wajah yang datar.

Dulu Ny Helena sosok yang sangat hangat, tetapi semakin hari semakin dingin karena Zumi yang tak kunjung hamil.

Zumi melirik ke arah pelayan yang di maksud, Alifah malah membuang muka membuat Zumi kembali fokus pada Ny Helena yang ada di hadapannya.

Sedangkan Rido terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.

Zumi yang melihat Rido diam, Zumi pun hendak berbicara tapi rupanya Rido buru-buru menjawab pertanyaan Ny Helena.

"Baik kok, Ma. Semuanya baik," sahut Rido.

"Baik? Maksud kamu? Zumi akan segera hamil? Dia akan segera memberikan kamu anak dan cucu buat Mama?" terang Ny Helena, menebak.

BAB 002 Kapan Akan Hamil

Zumi hendak berbicara tapi Rido buru-buru menjawab pertanyaan Ny Helena.

"Baik kok, Ma. Semuanya baik, " sahut Rido.

"Baik? Maksud kamu? Zumi akan segera hamil? Dia akan segera memberikan kamu anak dan cucu buat mama?" terang Ny Helena menebak.

"Iy___"

Belum sempat Rido meneruskan kata-katanya, kini Zumi yang berganti memotong pembicaraan Rido dengan Ny Helena.

"Jadi gini, Ma. Aku dan mas Rido tadi memang ke dokter untuk konsultasi dan kata dokter___"

Rido tidak sanggup mendengar pengakuan Zumi kepada Ny Helena, Rido tau benar apa yang akan terjadi selanjutnya jika Zumi mengaku seperti yang sudah-sudah pada Ny Helena. Tentu saja Rido harus menuruti kemauan Ny Helena untuk segera meninggalkan Zumi lalu menikah lagi.

Dddrrrzzz...

Dddrrrzzz...

(Getaran hebat dari ponsel milik Ny Helena yang tergeletak di atas meja telah membuat ketiganya melirik ke arah ponsel tersebut).

Tangan Ny Helena diangkatnya, memberikan isyarat agar Zumi diam sebentar.

"Mr. James," gumam Ny Helena membaca kontak nama pemanggil telepon tersebut.

"Bentar, mama angkat telepon dulu. Lain waktu kita bicarakan ini," kata Ny Helena, Ny Helena pun pergi meninggalkan Rido dan Zumi menuju serambi rumah.

Huft...

Rido menghela nafas lega.

'Syukurlah, aku harus segera bicarakan hal ini empat mata sama mama nanti agar memberikan kelonggaran waktu kepada Zumi agar bisa hamil. Aku juga akan mengatakan niatanku untuk mengadopsi anak, semoga mama mau mengerti,' batin Rido.

Dilihatnya, Zumi sedang membetulkan posisi duduknya. Terlihat wajahnya amat letih, mungkin beban pikiran membuatnya jadi seperti sekarang ini.

"Sayang, sebaiknya kita ke kamar sekarang," ajak Rido.

"Kita tunggu mama saja di sini, Mas. Tadi kan kita belum selesai bicara dan menurut perhitunganku mama sepertinya hanya sebentar saja kok perginya," tolak Zumi.

Hahaha...

Rido tertawa kecil.

"Mama bakalan lama, mama sibuk dengan bisnisnya dan mama pasti juga belum ada waktu untuk bicara sama kita jadi mendingan kita ke kamar saja ya, sebentar lagi udah masuk waktu makan siang. Kita harus bersiap-siap," jelas Rido.

"Tapi, Mas. Mama tadi___"

Akh!

Zumi teriak kecil saat Rido tau-tau sudah menggendong Zumi tanpa aba-aba.

"Mas, turunin aku. Aku berat lho," ujar Zumi, wajahnya merah jambu seperti sedang menahan malu.

Rido menggeleng cepat.

"Gak, aku gak mau turunin kamu. Kita ke kamar sekarang," kata Rido dan langsung berjalan ke arah kamarnya.

Dua pelayanan yang sejak tadi berdiri dan memperhatikan tingkah laku Rido dan Zumi, diam-diam mereka ikutan terbawa suasana. Mereka menyenggol lengan satu sama lain.

Rido tahu jika Zumi bersikap seperti tadi itu karena ada dua pelayanan rumahnya. Biasanya Zumi selalu manja pada Rido.

Tanpa Rido dan Zumi sadari, ada yang jatuh dari saku celana Rido. Alifah, pelayan itu mengambilnya dan hendak memberikan kertas tersebut tetapi urung karena sudah ketinggalan jauh.

"Kertas apa itu?" tanya Siti dengan kepo.

"Aku juga tidak tahu, tapi pasti penting. Mendingan nanti kita titipkan saja pada Ny Helena," sahut Alifah yang sekilas membaca sampul berwarna putih bertuliskan dari lembaga rumah sakit.

"Iya sebaiknya begitu." Siti menyetujuinya.

***

"Nah, kita telah sampai, Ratu," ujar Rido dengan ceria.

Zumi menatap kedua bola mata Rido dengan berbinar-binar.

"Kenapa? Aku ganteng ya? Apa kau baru sadar kalau suamimu ini memang ganteng?" goda Rido.

Senyum Zumi mengembang.

"Iya, Mas. Aku beruntung memiliki suami sepertimu. Kamu baik, ganteng pula," puji Zumi pada akhirnya.

Rido loncat ke atas ranjang dan berguling di atasnya bersama Zumi.

Kini mereka berhadapan.

"Aku yang beruntung, Sayang. Kamu adalah wanita yang tangguh. Aku mencintaimu lebih dari apapun," kata Rido dengan sungguh-sungguh.

Keduanya terdiam.

Refleks tangan Rido meraba perut milik Zumi. Mata Zumi pun mengikuti keberadaan tangan Rido.

"Sayang, kita bisa kok memiliki anak nantinya. Jadi aku mohon ya. Kamu tidak usah bicara apa-apa sama mama, kita berdua yang jalani hidup ini. Bukan kita dan mama," pinta Rido.

Zumi menaruh tangannya di atas tangan Rido.

"Iya, Mas," jawab Zumi singkat. Zumi mengalihkan pandangannya ke arah tembok. Entah apa yang Zumi pikirkan, Rido pun tidak mengerti tapi yang jelas Rido tidak ingin Zumi berbicara tentang keterangan dokter tadi, apalagi membicarakan tentang keinginannya yang menyuruh Rido menikah lagi pada Ny Helena.

'Zumi, aku sudah berjanji pada diriku sendiri... kau adalah wanita yang ingin selalu aku jaga sampai nanti, sampai akhir hayatku. Mana mungkin aku bisa menerima wanita lain seperti keinginanmu. Apa semua itu karena cintamu yang telah berubah?' batin Rido.

Satu jam kemudian saat Rido keluar dari dalam kamar mandi dengan rambutnya yang basah sehabis mandi, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Biar aku saja, Mas," kata Zumi cepat. Zumi sudah selesai menyisir rambutnya, make up tipsnya pun sudah sempurna.

Rido mengambil baju yang telah Zumi siapkan di atas ranjang, sambil sesekali mengawasi Zumi yang sepertinya sedang mengobrol dengan seseorang dengan amat pelan.

Tidak terlihat siapa orang yang ada di balik pintu kamarnya itu. Tidak kurang dari satu menit, Zumi kembali menutup pintu kamar dan berjalan menghampiri Rido.

"Mas, sudah di tunggu untuk makan siang." Zumi kembali menata letak rambutnya yang sebenarnya sudah rapi.

"Iya, aku pake baju dulu."

Tanpa sungkan Rido mengenakan pakaian atas bawah di depan istrinya, Zumi.

"Yuk," ajak Rido setelah meletakkan sisirnya. Zumi mengangguk dan berjalan berjajar dengan Rido.

Seperti biasanya, di meja makan sudah ada Kakak perempuannya yang bernama Shofie beserta anak kembarnya dan juga adik perempuannya bernama Chaca bersama seorang anaknya.

Suami kakak perempuan dan suami adik perempuan Rido sedang di utus oleh Ny Helena mengurus kantor cabang di luar pulau sejak beberapa hari yang lalu.

Ny Helena memperhatikan kedatangan Rido dan Zumi dari kejauhan.

"Bunda, Anin mau ayam," pinta Anin anak Chaca.

"Iya. Mana piringmu? Biar bunda ambilkan," sambut Chaca.

"Selamat siang, Ma. Dan semuanya. Hey, Tony. Kau sudah pulang sekolah rupanya," sapa Rido.

Tony, keponakannya Rido itu hanya tersenyum tipis pada omnya. Rido melihat saudara kembar Tony sudah menyantap makanannya terlebih dahulu.

Keduanya mirip, hanya saja tubuh mereka berdua sedikit berbeda. Yang satu kurus dan yang satu lebih berisi.

"Hey, Tiyo. Kau sudah mengambil makananku," tegur Tony.

"Hah, aku kira ini boleh di makan siapa saja," sahut Tiyo polos yang tetap melahap makanan Tony.

"Udah, gak usah rebutan. Biar bibi buatkan lagi ya," ujar Shofie. Shofie pun memberikan tugas pada pelayan untuk membuatkan satu lagi untuk Tony.

Rido tersenyum sendiri melihat tingkah laku kedua keponakannya itu, mereka selalu saja tidak akur. Sangat beda dengan anak Chaca yaitu Anin. Anin pendiam, mungkin karena anak cewek jadi tidak suka banyak tingkah seperti anak cowok.

Dulu Rido pernah memimpikan memiliki anak perempuan, harapan Rido anak perempuannya itu bisa seperti Zumi kelak.

Tapi untuk sementara ini, Rido harus ekstra bersabar sampai Zumi benar-benar mendapatkan tiket H.

"Rido, tau gak kamu," kata Shofie membuka percakapan di tengah kesibukan mereka menyiapkan makanan dalam piring mereka.

"Tau apa, Kak?" tanya Rido penasaran. Rido dan Zumi menyimak Shofie dengan bersungguh-sungguh, jangan-jangan ada hal yang belum keduanya ketahui di rumah mereka.

"Sebentar lagi kamu bakalan punya keponakan lagi," ucapnya datar.

"Hah? Yang bener, Kak? Maksudnya kak Shofie hamil lagi? Itu artinya Tony dan Tiyo bakalan punya adik ya," sambut Rido pada Shofie dan beralih pada Tony dan Tiyo.

"Bukan, Kak. Aku yang hamil, aku sudah telat 5 minggu," sahut Chacha cepat.

"Wah, kamu yang hamil? Bagus dong, Dek. Kamu harus jaga kandunganmu benar-benar sampai masa persalinan nanti." Rido senangnya bukan main, Rido dan Zumi saling menampakkan barisan giginya yang rapi.

"Selamat ya, Dek," ucap Zumi memberikan selamat pada Chacha.

"Jadi kapan Zumi akan hamil?"

Suara Ny Helena seketika membuat suasana menjadi hening.

BAB 003 Belum Tentu Dia Baik

Rido menelan ludahnya sendiri.

'Kenapa mama malah tanya seperti itu pada Zumi?'

Rido merasa makannya tidak berselera lagi, padahal Rido baru saja hendak menyendok makanannya. Perutnya belum kemasukan makanan sama sekali sejak tadi.

"Mama ini juga pengen punya cucu dari kalian berdua," lanjut Ny Helena.

Ny Helena memperhatikan Rido dan berhenti pada Zumi, amat lama. Namun, Zumi hanya diam. Ny Helena mengeluarkan secarik kertas dan meletakkannya di atas meja.

Betapa kagetnya Rido dan Zumi, ternyata kebohongan mereka terbongkar. Semua berlangsung begitu cepat.

Rido mencari keberadaan tangan Zumi, Rido menggenggam erat tangan Zumi di bawah meja. Zumi menikmati genggaman tangan Rido sebagai kekuatan untuk bersabar mendapatkan tatapan sang mertua yang bisa dibilang tidak seperti biasanya.

Sebenarnya Ny Helena pada dasarnya memiliki sifat yang baik, hal itu bisa Rido lihat bagaimana Ny Helena memperlakukan semua menantunya termasuk Zumi. Pada semua cucunya pun juga amat sangat baik.

Ny Helena bisa menjadi sosok orangtua, mertua, dan nenek yang baik di rumahnya yang mewah tersebut.

Tapi siapapun akan marah jika di bohongi, termasuk Ny Helena.

Entah apa yang dipikirkan oleh Ny Helena tentang Zumi saat ini. Rido berharap, Ny Helena tidak berbicara lebih jauh lagi.

Rido merasa ada rasa ketidaksukaan terpancar saat Ny Helena menatap Zumi.

Baru kali ini Rido melihatnya, sungguh baru kali ini.

"Ma, kita pasti akan memiliki anak kok. Sama seperti kak Shofie dan Chaca," sahut Rido.

Kembali hening.

Sofie dan Chaca tidak tahu menahu soal persoalan mereka. Mereka hanya diam dan menyimak, sesekali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Ny Helena menghela nafas. Diraihnya minuman dihadapannya lalu di minuman tiga teguhkan.

"Rido, mama mau bicara denganmu setelah ini. Mama ke kamar dulu," ujar Ny Helena meletakkan gelasnya di atas meja kemudian berdiri dari kursinya.

"Lho, Mama gak jadi makan?" tanya Shofie.

Ny Helena tersenyum sangat tipis.

"Mama gampang, kalian teruskan makannya. Mama tinggal dulu ya," pamit Ny Helena.

"Rido, mama tunggu di kamar," lanjutnya sampai akhirnya pergi meninggalkan semua orang yang masih sibuk menyantap makanan.

Setelah kepergian Ny Helena tidak ada yang berkomentar apapun, mereka melanjutkan makannya kecuali Rido. Perasaan Rido tiba-tiba jadi tidak enak.

'Apa yang hendak mama bicarakan setelah tahu semua ini ya?' tanya Rido pada diri sendiri dalam hati.

"Mas? Mas kenapa tidak makan?" tanya Zumi pelan. Sesungguhnya Zumi juga tidak lagi berselera, bahkan dia begitu lemas karena kejadian tadi.

"Iy... iya, aku makan. Kamu juga makan yang banyak ya, biar gemuk," ujar Rido, Rido mencoba bersikap tenang dan bertingkah seperti biasanya agar tidak mengundang perhatian Zumi dan yang lainnya.

***

Tok... Tok...

Rido mengetuk pintu kamar Ny Helena dua kali. Setelah mendengar jawaban dari dalam kamar, Rido pun memegang handle pintu lalu mendorongnya.

Dilihatnya Ny Helena sedang berdiri di dekat jendela kamar, memandang keluar. Lepas.

"Ma," sapa Rido. Rido menutup pintu kamar kembali.

"Kamu beneran sudah selesai makan?" tanya Ny Helena dengan tetap masih memandang ke arah luar jendela, membelakangi Rido.

"Sudah, Ma. Ada apa, Ma? Apa yang mau Mama bicarakan?" Rido masih berdiri mematung di tempatnya.

Ny Helena membalikkan badannya, memandang Rido dengan penuh kasih.

"Rido, mama ada sesuatu yang mau mama tunjukkan sama kamu. Kamu kemarilah."

Ny Helena berjalan ke arah loker nakas, dari sana Ny Helena mengeluarkan sesuatu. Rido pun menghampirinya, keduanya duduk-duduk di tepi ranjang yang empuk milik Ny Helena.

"Coba lihat ini," pinta Ny Helena. Rido menerima beberapa lembar foto dari tangan Ny Helena.

'Ini kan Nita!' batin Rido.

'Iya ini gak salah lagi, ini Nita. Wanita sialan yang pernah buat aku sakit hati,' lanjut Rido dalam hati. Rahangnya mengeras tanpa diminta.

"Dia wanita baik-baik dan cantik pula, dia anak Mr. James. Namanya Natalia James tapi biasa di panggil Nita. Rencananya Mama akan pertemukan kalian berdua. Gimana menurut kamu, Rido?" tanya Ny Helena sambil tersenyum.

"Ap... apa, Ma? Mama mau mempertemukan kami berdua? Dalam rangka apa?" tanya Rido tidak mengerti.

"Mama ingin kalian berdua saling mengenal lebih jauh, terus terang Mama ingin kalian menikah nantinya. Meskipun Zumi akan bisa hamil kelak tetapi mama tidak yakin akan berhasil. Bukankah kalian tadi mau membohongi mama? Jangan sampai mama melakukan sesuatu pada istrimu itu!" Tatapan Ny Helena menajam, membuat udara di kamar sedikit panas.

Tentu saja Rido tidak mau jika sampai Ny Helena nekat menghukum Zumi atas kebohongan mereka berdua.

"Mama sudah pengen cepat buru-buru punya cucu jadi kalian harus segera bertemu karena hal ini menentukan masa depan kamu dan keluarga kita," Lanjut Ny Helena.

Rido menggeleng cepat.

"Tidak bisa, Ma. Aku sudah beristrikan Zumi, apa Mama lupa dengan hal itu?"

Ny Helena tersenyum kecut.

"Mama tidak akan pernah lupa jika Mama memiliki menantu yang tidak berguna seperti Zumi itu. Makanya mama mau kamu menikah dengan Nita, Nita sudah setuju dan kamu juga harus setuju. Ini semua demi kelangsungan hidup keluarga kita. Asal kamu tau, Rido... Nita merupakan wanita yang masih singel dan tidak ada cacat di mata mama," cerita Ny Helena panjang lebar.

Rido berdecak keras.

Rido tau bagaimana Nita sesungguhnya, dia adalah wanita yang suka seenaknya sendiri pada pria. Bahkan Rido pernah berkali-kali dibuat sakit hati karena cinta Rido dipermainkan oleh Nita.

Nita memang wanita modis, tubuhnya bak model. Kulitnya kuning langsat dengan rambut coklat dan memiliki manik mata coklat pula.

Karena Nita menarik, banyak pria mengejarnya. Rido sangka dia adalah satu-satunya pria yang Nita cintai tapi nyatanya Rido sering memergoki Nita kencan dengan pria lain dan berganti-ganti pula. Hingga akhirnya Rido harus pelan-pelan melupakan Nita yang sebenarnya sungguh sangat sulit Rido lakukan.

'Wanita macam itu yang mama sebut wanita baik-baik?' batin Rido kesal.

"Mama udah atur waktu untuk kalian bertemu nanti malam di cafe Lembayung jam 8," lanjut Ny Helena.

Rido berdiri.

"Enggak, Ma. Rido gak bisa temuin dia," sahut Rido cepat.

"Lho kenapa gak bisa? Apa alasannya? Ini bukan sebuah pilihan tapi ini keharusan, Rido!" tekan Ny Helena.

"Tapi, Ma. Rido udah punya istri dan kenapa mama bisa yakin sekali kalau dia wanita baik-baik. Lihat saja modelnya seperti itu, cuma Zumi satu-satunya wanita yang akan jadi menantu mama. Bukan Nita," jawab Rido, tangannya menaruh foto-foto Nita di atas ranjang.

Rido mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. Ny Helena terus memperhatikan Rido.

"Kamu meragukan penglihatan mama ya, Rido? Kalau kamu ragu sama mama, tidak mungkin saat ini kamu bersama Zumi. Mama tau mana wanita baik dan mana wanita tidak baik. Mama akui, Zumi adalah wanita baik-baik. Tapi baik aja gak cukup kalau gak bisa punya anak," kata Ny Helena panjang lebar.

"Ma! Zumi bukan gak bisa punya anak, tapi belum bisa punya anak! Mama harus camkan baik-baik itu!" Kini suara Rido sedikit meninggi akibat emosinya yang tidak dapat dikontrolnya.

Ny Helena seketika ikut berdiri.

Plak!

Rido tidak dapat berbuat apa-apa saat Rido mendapatkan tamparan keras dari Ny Helena. Di umur Rido yang sudah menginjak 30 tahun ini, ini kali pertamanya Ny Helena menampar pipi Rido. Walaupun tamparan tersebut seperti hanya mengelus pipinya, tapi yang sakit adalah hatinya.

"Kamu sudah mulai berani membantah dan membentak mama! Rupanya kamu lupa siapa yang ada di hadapanmu ini ya? Mama ini orang yang telah melahirkan kamu, mama ini yang sudah membesarkan kamu seorang diri. Apa kamu lupa dengan semua itu, Rido!" teriak Ny Helena.

Rido tidak berkutik mendapatkan omelan dari Ny Helena. Sialnya semua yang dikatakan oleh Ny Helena adalah benar.

Bahkan Rido mengidolakan Ny Helena karena ketangguhannya menjadi seorang wanita yang hebat. Tapi tak disangka sedikitpun sebelumnya, jika hari ini Rido harus terlibat cekcok yang tidak mengenakkan dengan Ny Helena.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!