DI PERSIMPANGAN DILEMA

DI PERSIMPANGAN DILEMA

Bagian 1. Bolehkah aku menangis 1.

Yumna masuk ke dalam rumah dengan tatapan kosong, terdengar dari luar suara Ayahnya kalau Hatinya terasa hampa sekarang karena harus membiarkan putri pergi. Suara wanita terdengar seharusnya merasa lega bukan hampa.

Ibu Yumna dan Bibinya terlihat sibuk memasak makanan, sementara Ayah, Nenek dan Paman sudah siap menyantap makanan. Ibu Yumna meminta agar Ibu mertuanya mencoba makan pancake buatanya, Ibu mertuanya heran kenapa Ibu Yumna banyak sekali membuat makanan.

"Setelah pernikahan nanti, memang seharusnya kita semua makan dan minum bersama-sama di rumah seperti ini.” ucap Ibu Yumna, Yumna datang dengan wajah lemas.

“Astaga, calon pengantin baru kita sudah pulang!” sapa Bibinya, Ibunya pun menyuruh Yumna mengambil sumpit dan menyuruh gabung di meja makan untuk makan bersama karena sudah pasti lapar.  

Yumna hanya diam saja dan langsung pergi ke meja makan, keluarga yang lainnya duduk bersama menikmati makanan sambil membahas tentang gaun pengantin.

"Gaun pengantin sekarang itu cantik - cantik dan memiliki beragam model Yumna pasti akan terlihat cantik di pernikahannya." ucap Bibi Yumna berkomentar tanpa memiliki firasat buruk jika hari pertuangan Yumna sudah di batalkan tanpa sepengetahuan keluarga Yumna.

Yumna memilih untuk makan langsung dengan tangan dibanding mendengar pembicaraan keluarganya tentang pernikahanya, Bibinya kembali membanggakan calon menantunya itu sangat tampan dan sukses jadi tak perlu khawawatir kalau nanti Yumna hidup di Amerika. Ibu Yumna mendekati anaknya yang duduk sendirian.

“Kenapa kau makan tidak pakai sumpit? Orang nanti bilang kamu tidak punya kelas jika kamu melakukannya di depan mertuamu. Mereka mungkin tidak enak mengatakannya, tapi mereka pasti akan mengkritikmu melalui mata mereka.” Komentar Ibunya melihat Yumna makan dengan tangan. Yumna hanya diam saja dan terus makan.

"Apa kau sudah mandi? Kurasa kau belum mandi kemarin.” ucap Ibu Yumna kembali membuat makanan kepiring anaknya.

"Yumna belum mandi." jawab Yumna. Ibu Yuman heran padahal sebelumnya anaknya suka akan mandi bahkan semenjak akan bertunangan Yuman tidak bosan menghabis kan waktu berjam - jam hanya untuk mandi.

“Yumna tidak akan menikah.” ucap Yumna, Ibunya kaget seperti di sambar petir di siang bolong.

“Yumna bilang Yumna tidak akan menikah.” kata Yuman kedua kalinya, Ibunya merasa anaknya sudah gila tiba-tiba berkata seperti itu.

“Yumna sudah membatalkannya dengan Harry sebelum pulang kerumah. Kami berjuang sepanjang waktu merencanakan pernikahan. Tapi nyatanya tidak berjalan lancar. Kami sudah saling melihat sisi sifat yang belum pernah ditunjukkan dan sekarang kami tidak ingin menikah. Yumna tidak akan menikahinya.” ucap Yumna.

“Apa yang kamu bicarakan? Pernikahannya itu besok! Apa kamu sedang bercanda sekarang? Kamu sudah gila yah! Setiap pasangan sudah biasa bertengkar sambil mempersiapkan pernikahan! Tapi tidak pernah ada pasangan yang membatalan mendadak begini!  Dasar Kamu pasti sudah gila.” ucap Ibunya, Bibinya mendengar jeritan dari dapur bertanya ada apa yang terjadi.

“Ibu, Yumna minta maaf, tapi Yumna tidak akan menikah.” kata Yumna, Ibu Yumna langsung memukul kepala anaknya karena merasa sudah gila. Semua melonggo melihat Ibu Yumna yang memukul kepala anaknya. 

Ibu Yumna berbicara di telp, mencoba menjelaskan pada calon menantunya kalau semua wanita seperti itu dan mereka takut dan berpikiran yang tidak-tidak tepat sebelum hari pernikahan.

“Meski begitu, kamu harus jadi orang yang masuk akal! Aku ingin kamu ada di pernikahan besok dan akan menyeret Yumna ke altar, jadi pastikan kamu datang. Jangan khawatir dan datanglah saja!” tegas Ibu Yumna pada calon mantunya.

"Pokoknya kamu besok harus pergi ke  gedung pernikahan, jika tidak maka kau akan mati ditanganku.” ucap Ibu Yumna mengancam dari balik telepon kemudian memutus sambungan telepon.

“Berapa kali Yumna harus memberitahumu Yumna tidak akan menikahinya? Semuanya telah berakhir! Harry juga mengerti hal itu!” kata Yumna.

“Kenapa kamu tidak mau menikah? Kenapa kami tidak mau melakukannya? Kenapa?” jerit Ibu Yumna histeris.

“Yumna tidak ingin menikah dengannya!  Bagaimana Yumna bisa menikah dengannya di saat aku tidak tahan melihat wajahnya?” jerit Yumna.

Tuan Abraham membanting tanganya di meja sampai menumpahkan makanan, lalu berjalan masuk ke kamar. 

Tuan Abraham mengirimkan pesan dari ponselnya, “Karena keadaan yang tidak menguntungkan pernikahan putri kami Yumna telah dibatalkan.” 

Setelah itu telp rumah mulai berdering, sambil meminta maaf dengan yang terjadi. Di dalam kamar Ibu Yumna mengumpat kesal pada anaknya yang membatalkan pernikahan hanya sehari sebelum hari H.

Yumna berbaring dikamar dengan boneka yang tertawa-tawa sambil berputar-putar tapi ia tak bisa tersenyum sama sekali. Tatapan kosong tapi ingin wajahnya seperti sengaja dibuat tersenyum. Ibu Yumna mendengar suara tawa dan langsung bangun dari tempat tidurnya dan berlari masuk ke dalam kamar anaknya.

"Apa kau ini anak kecil? Bagaimana bisa kau tersenyum setelah membatalkan pernikahan?” jerit Ibu Yumna sambil memukul anaknya dengan bantal.

“Ini keputusan yang benar daripada menyesalinya selama sisa hidupku! Kami juga nanti akhirnya akan bercerai!” balas Yumna ikut menjerit menahan pukulan bantal ibunya.

"Jika kamu tahu itu akan terjadi, kenapa kamu pernah mengenalkannya pada keluarga? Kenapa kamu mengenalkannya pada kami? Kenapa?  Ini Memalukan sekali!” teriak Ibu Yumna menyesalinya dengan memukul anaknya membabi buta.

“Kalau begitu haruskah Yumna tinggal bersamanya? Haruskah Yumna menikah?” jerit Yumna, ibunya memukul kembali karena anaknya berani berteriak-teriak padanya.

Sementara Ayah Yumna sedang menerima telp dari ponsel dan meminta maaf kalau terdengar jeritan dan juga pembatalan pernikahan anaknya. 

Satu bulan kemudian

Yumna berjalan dengan wajah bahagia memakai earphonenya dengan orang yang sibuk berjalan disekelilingnya lalu berlari masuk ke dalam sebuah restoran, beberapa pegawai menyapa Yumna yang baru masuk dengan memakai celemek berwarna hijau. Dengan membawa semua tempat untuk memasak nasi, Yumna dengan telaten membuat campuran nasi putih dan juga hitam, seorang berteriak kalau restoran akan dibuka 15 menit lagi. Yumna mengatur api dengan benar, wajahnya terus saja tersenyum. Manager mulai berteriak lima menit lagi mereka akan buka.

Yumna pun menaruh di meja prasmanan dan para pelangaan mulai datang. Wajah Yumna pun tersenyum lebar ketika melihat nasi yang dibuatnya sangat sempurna, lalu para pelangan mulai mencicipi nasi buatan Yumna yang dibuat dari tempat tradisional yang dibuat tanah liat.  Seorang wanita berkacamata, bernama Melisa merasa tidak masalah dengan pot besinya, tapi merasa heran sekarang meminta alat penumpuk beras yang baru. Yumna menjelaskan seberapa baiknya kualitas beras maka mereka tidak bisa menghasilkan nasi dengan rasa yang halus. Melisa menyindir apakah hanya beras saja yang mereka jual.

“Beras adalah dasar dari makanan kita.” kata Yumna.

“Berapa kali aku harus memberitahumu berfokus hanya pada beras tidak akan membuat kita berhasil! Berhenti fokus pada berasnya.” kata Melisa dengan sengaja melempar berkas ketika Yumna ingin mengambilnya, lalu meminta agar mengambilkan menu barunya.

Yumna menahan amarah sambil membawa berkasnya keluar. Melisa berdiri dari tempat duduknya membahas kalau ia  mendapatkan julukan nama yaitu, psiko. Yumna berhenti melangkah terlihat mati kutu karena ketahuan.

“Pada awalnya kupikir itu penari kontemporer psiko. Ternyata aku salah. Kudengar nama julukanku psiko karena aku seorang direktur psiko. Apa itu artinya?” kata Melisa, Yumna terdiam, Melisa kembali menegaskan kalau ia bertanya apa arti dari julukanya.

“Anda selalu saja keluar masuk mengawasi kami 24 jam seharian makanya Anda dipanggil, psiko dan 24 jam. Kami lebih santai bekerja kalau para atasan bekerja di ruang kantor mereka dan kami pikir anda sering sekali keluar masuk tempat kerja mengawasi kami.” Jelas Yumna membalikan badanya.

“Hal itu mungkin karena kalian melakukan hal yang lainnya bukannya bekerja. Memangnya kenapa kalau aku pergi bolak-balik ke tempat kerja? Aku ini punya perut yang lemah jadi sering pergi mengawasi kalian. Haruskah kita mengurus ini di kantorku dari sekarang atau bagaimana?” ucap Melisa berjalan ke belakang anak buahnya, Yumna hanya bisa mengucapkan permintaan maafnya.

"Dalam hubungan manusia, ada yang namanya sopan santun dan loyalitas. Berbicara di belakang atasan mu. Jika menurutmu itu hal yang asyik, kamu menipu dirimu sendiri. Sama seperti kamu percaya bahwa kamu berani membatalkan pernikahanmu.” kata Melisa dengan tangan membentuk segitiga seperti sedang meditasi. Yumna kembali menahan amarah karena sindiran, Melisa pun menyuruh Yumna keluar dari ruangan.

“Ini sudah tujuh kali, aku menghitungnya. Saya sudah menghitung berapa kali Anda meremehkanku karena aku membatalkan pernikahan.” Kata Yumna.

“Sembilan kali aku juga telah menghitungnya.” ucap Melisa membenarkan dengan merapihkan rambutanya bergaya seperti atlet yang kekar.

Yumna keluar dengan wajah kesal dan ingin melampiaskan dengan melempar berkasnya tapi saat itu juga Melisa keluar dari ruangan. Yumna pun menurunkan berkasnya dan Melisa buru-buru berjalan ke toilet karena merasa sakit perut. 

"Aissh kenapa kepribadiannya seperti itu? Tidak bisakah dia hanya hidup nyaman? Orang disekelilingnya tidak bisa bernapas karena dia! Apakah itu hal yang asyik? Apa dia menyuruh kita supaya tidak meremehkannya karena dia jelek? Apa begitu?” kata Yumna mengomel, dua pegawai lain berkomentar memang seperti itu.

“Dia bilang punya perut yang lemah. Tidak bisa dipercaya. Kalian harus melihat cara dia saat minum. Kalian tidak bisa pergi kamar mandi seperti itu jika kamu tidak bisa menahan minuman kerasmu.” ucap Yuman mengejek, Semua tertawa mendengarnya tapi tiba-tiba semua pegawai langsung berbalik ke meja masing-masing, tapi Yumna masih saja terus mengoceh.

“Dia tidak minum-minum segelas pun saat dia makan bersama kita. Aku ingin tahu dimana dia biasa minum dan dengan siapa? Itulah sebabnya tampangnya seperti itu! Seperti gumpalan kentang dan memakai kacamata! Coba Lihatlah saja. Jika kamu minum di atas usia 40an, kamu pasti akan terlihat seperti itu! ” Kata Yumna dengan tangannya menunjuk ke arah kanan.

Tapi tanganya tepat tertuju pada Melisa yang baru saja selesai dari toilet. Melisa hanya melirik sinis lalu berjalan kembali ke ruangan dengan gaya merapihkan rambutnya. Yumna bisa mengerti alasan semua pegawai yang tiba-tiba langsung diam dan tenang. Untuk melihat seberapa jauh dirinya akan menantang Melisa dan itu pasti menyenangkan  untuk semuanya, lalu mengumpat semuanya itu sekelompok pengecut dan mengungkapkan sangat kecewa pada sang manager. 

Sebuah perkelahian terlihat dilayar seorang pria sengaja membuatkan suara dengan bunyi panci dan barang-barang seperti besi agar terdengar berisik. Kenzie terlihat serius menatap layar, dua pria pun membuat suara dari bajunya, ketika adegan menampar, seorang pria pun menampar pipinya sendiri agar mengeluarkan suara.

Bunyi pot pecah pun dibuat, melihat adegan ada botol pecah dalam perkelahian. Dua pria didalam ruang studio bergeletakan ditanah sambil membuat gaduh sementara Kenzie benar-benar serius memainkan alat controlnya suaranya agar sesuai dengan adegan. Terdengar suara pemukul base ball, salah seorang pria melakukan hal yang sama pada betis lawannya. 

Kenzie berteriak, "Cut." Semua langsung mengeluh sangat lelah, sementara Kenzie berteriak memarahi tiga anak buahnya, kalau yang diminta bukan suara patah biasa kalau nanti tulangnya patah tapi patah tulang senyawa jadi suaranya kletak kletak, bukan kletak yang seperti itu. Pria yang mengunakan earphone meminta istirahat sebentar tapi menurutnya suaraya itu tidak ada yang berbeda.  

“Seorang dokter ortopedi juga  bahkan tidak bisa membedakannya.” komentar si pria.

“Aku bisa tahu perbedaannya.” kata Kenzie.

“Baiklah tuan! Dasar sok pintar.” ejek si pria yang memakai earphonne, Kenzie mendengar dirinya di ejek.

“Yah, memang kau itu sok pintar. Jadi, bagaimana yang benarnya? Bagaimana kita melakukannya? Haruskah aku mematahkan lenganku sendiri? Mungkin itu jadi alternatif yang lebih cepat.” ucap si pria kesal.

Kenzie berdiri dari tempat duduknya, si pria akhirnya ketakutan dan meminta maaf mengaku tidak bisa tidur akhir-akhir ini, jadi pikirannya agak kacau sekarang sambil menampar wajahnya sendiri. Kenzie menegaskan mereka punya waktu satu jam untuk mengulangnya lagi lalu keluar ruangan. Pria itu berteriak sangat benci melihat Kenzie.

Kenzie pergi ke ruangan lain, seorang pria duduk disampingnya dengan mengunakan earphone bernama Kenzo. Kenzie mendengarkan suara dari film yang diputar tapi merasakan ada kejanggalan akhirnya mengatakan “Cut” Kenzo pun menekan salah satu tombol lalu melepaskan earphonenya menanyakan komentar Kenzie.

“Kamu perlu membuat beberapa perubahan.” ucap Kenzie.

“Tidak ada yang perlu diubah. Suasana yang ditampilkan baik-baik saja.” balas Kenzo.

“Apa itu siang hari? Lihatlah videonya. Ini malam! Apakah kamu tidak bisa membedakan suara dan cahaya pada siang dan malam hari?” jerit Kenzie sambil memukul kepala Kenzo.

“Apa kamu ini cabul? Siapa juga yang mau membedakan hal seperti itu?” ejek Kenzo kesal, Kenzie ingin memukulnya lagi tapi Kenzo sudah menutup kepalanya dengan wajah ketakutan.

"Kelembaban dan suhunya berbeda pada siang dan malam hari jadi suara dan cahayanya pun berbeda! Berapa kali aku harus memberitahumu huh? Dengarkan itu. Nadanya  berbeda sekali disini! Apa kau tuli? Bagaimana kau bisa menjadi sound director dengan pendengaran seperti itu?” ucap Kenzie mencoba mengulangi video dengan suara yang dibuat Kenzo.

“Apa kamu pikir itu tidak akan terdengar kalau kamu mengganti suasana malam dengan meletakkan sounds yang harusnya ada di pagi hari? Apakah kamu pikir aku tidak bakalan tahu?Apa saja yang kau lakukan semalaman ini? Apa kamu sedang pacaran? Hah?” ucap Kenzie.

“Benar, aku sibuk! Aku masih muda, jadi aku sangat sibuk di malam hari! Kamu punya banyak waktu di malam hari karena kamu sudah tua, 'kan? Aku tidak mau melakukan hal ini!” teriak Yono tak bisa lagi menahan amarah sambil berdiri dari bangkunya dan melempar semua kertas diatas meja.

Kenzie langsung mendorong kursi saat Kenzo akan duduk, Kenzo pun jatuh terjungkal merasakan kesakitan. Kenzie melepaskan jaketnya merasa akan menghabisi Kenzo sekarang. Kenzo ketakutan meminta maaf dan mengakui kesalahaanya. Kenzie memukul Kenzo hanya dengan jaketnya lalu keluar dari kamar dan berteriak menyuruhnya untuk segera berdiri. 

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!