My Angel Baby
Cahaya matahari pagi yang menelusup diantara tirai jendela pagi di kamar ini membuat Vivi terganggu dari tidurnya.
Matanya memicing meski terpejam, rupanya dia bangun kesiangan.
"Hah? Sudah siang?" kata Vivi terkejut.
Dan hal paling mengejutkan selanjutnya adalah keadaannya yang hanya terbalut selimut tanpa busana.
"Loh kok?" kagetnya saat melihat seseorang juga terbaring di sebelahnya, segera dia menarik selimut itu semakin ke atas, menutupi seluruh tubuhnya.
"Abang? Kok abang bisa tidur disini sih?" teriak Vivi, membuat Vicky yang disebutnya abang itupun juga terganggu tidurnya.
"Ehm, ada apa sayang?" tanya Vicky seolah tak sadar.
Saat Vivi menggerakkan tubuhnya untuk turun dari kasur, seketika bibirnya meringis menahan rasa sakit di bagian inti tubuhnya.
Tulangnya juga terasa remuk, badannya gemetaran.
"Aduh, sakit" perkataan Vivi membuat Vicky terjaga dari tidurnya dan memandang ke arah kekasihnya yang sedang kesakitan itu.
"Kenapa sayang?" tanya Vicky khawatir, dia sampai duduk untuk memastikan kondisi kekasihnya.
"Abang kok juga nggak pakai baju, sih? Kenapa badan aku sakit semua bang?" tanya Vivi sambil berusaha mengingat semua kejadian semalam.
Vicky masih terdiam, sekarang dia mulai sadar dengan kesalahan yang sudah mereka lakukan semalam.
Vivi mulai menangis, meratapi kesalahan terbesarnya yang sudah merelakan mahkotanya untuk sang kekasih.
Ya, semalam kedua sejoli ini telah melakukan sebuah kesalahan fatal karena tak bisa menahan nafsunya.
"Sudah ya sayang, jangan nangis lagi. Abang janji nggak akan ninggalin kamu. Apapun yang akan terjadi nanti, abang pastikan kalau akan bertanggung jawab dengan semua yang sudah abang perbuat sama kamu. Abang janji" ucap Vicky sambil memeluk kekasihnya yang sesenggukan dibawah gulungan selimut.
"Kalau aku hamil bagaimana, bang? Aku kan masih mau kuliah" kata Vivi di sela tangisnya.
"Nggak akan sayang, meskipun nanti kamu hamil pasti abang akan bertanggung jawab. Karena abang cinta sama kamu" Vicky masih meyakinkan Vivi yang masih tidak mau menghentikan tangisnya.
"Sudah ya sayang, jangan nangis lagi" ucap Vicky sambil mengusap air mata Vivi yang meleleh di wajah cantiknya.
Menangkup wajah Vivi dengan kedua tangannya, Vicky memberikan kecupan lembut di bibir sang kekasih untuk menenangkannya.
Tapi kecupan itu terasa semakin lama saat Vicky malah me.***** bibir Vivi yang terasa asin karena air mata.
Vivi yang masih syok hanya membiarkan ulah Vicky yang semakin terasa panas. Bahkan tangan Vicky terasa kembali menjamahi setiap inci tubuh Viviane yang polos.
"Buram amat muka lo, Vi. Ujiannya sudah kelar, nggak udah pusing lagi" ucapan Vera membuyarkan lamunan Viviane yang sejak tadi terlihat mengaduk minumannya dengan sedotan.
"Tau nih, mending sekarang kita belajar buat tes mahasiswa baru di kampus incaran kita" ujar Sisil kali ini, siswi terpintar di SMA mereka.
Viviane, Sisil dan Vera adalah sahabat karib sejak SD. Viviane si cewek paling cantik di sekolahnya, Sisil si anak broken home yang paling pintar, dan Vera si penyuka film dewasa tapi tak berani mempraktekkannya.
Ketiganya sedang berada di dalam kantin sekolah setelah tiga hari yang lalu mereka resmi lulus dari sekolah ini, dan sekarang mereka sedang cap tiga jari untuk keperluan ijazahnya.
"Itu lagi, kenapa leher lo merah-merah gitu? Digigit serangga?" tanya Sisil sembari membenarkan letak kacamatanya.
"Wah, jangan-jangan lo semalam melakukan hal yang iya-iya sama bang Vicky ya? Secara kan kemarin kalian dinner romantis di villanya bang Vicky. Hayo, jujur deh Vi sama kita" cerca Vera yang sangat peka dengan hal yang begituan.
"Ih, mana ada. Sisil tuh yang benar, gue digigit serangga" sanggah Vivi dengan cepat. Malas sekali kalau sampai Vera heboh.
"Iya deh, percaya. By the way, lo pulang sendiri apa di jemput nih Vi? Soalnya gue masih mau ke toko buku kalau lo mau ikut" ucap Sisil, karena memang tadi pagi Vivi datang ke sekolah bersamanya.
"Dijemput, nah kan si abang sudah nunggu di luar. Gue balik duluan deh" kata Viviane, karena memang Vicky sudah menunggunya di luar sekolah.
"Yaudah, hati-hati. Jangan belok kemana-mana ya" pesan Vera.
Viviane hanya diam dan segera beranjak dari kantin, meninggalkan kedua sahabatnya yang juga sudah bersiap untuk pulang.
"Habis telfonan sama siapa bang?" tanya Viviane setelah memasuki mobil kekasihnya dan memasang seat belt.
"Ruby, dia minta pendapat abang buat milihin baju sopan karena mau bimbingan skripsi sama dosennya, sayang" kata Vicky sambil mengelus sayang pada pucuk kepala Vivi.
"Oh" ucap Viviane. Yang dia tahu memang Ruby adalah sahabat Vicky sejak kecil. Dan melalui Ruby lah, awalnya dia bisa bertemu dengan Vicky.
Ruby yang sangat terpengaruh oleh budaya barat dan suka sekali dengan pakaian seksi, jadi bingung saat harus bertemu dengan dosennya.
Yang Viviane tahu, Vicky dan Ruby memang sedang sibuk menyiapkan skripsi. Dan bulan depan mereka akan sidang sebelum resmi menjadi sarjana.
Sedangkan skripsi milik Vicky sudah siap, tinggal menunggu jadwal sidangnya saja.
Satu bulan berlalu.
Sejak subuh, perut Viviane terasa penuh. Kepalanya juga terasa pusing, padahal dia tidak demam.
Rencananya siang ini dia akan ke sekolah untuk mengambil ijazahnya setelah kemarin melakukan acara wisuda yang ditemani keluarga dan juga Vicky tentunya.
Meski harus menahan mual, Viviane tetap pergi hari ini. Katanya Vicky akan mengantarnya karena dia kuliah agak siang.
"Kamu pucat sekali sayang, sakit?"tanya Vicky.
"Nggak tahu nih bang, sejak tadi pagi kok mual banget, pusing juga" keluhnya sambil memejamkan mata.
"Sudah sarapan?"tanya Vicky.
Viviane hanya menggeleng, bau nasi saja mau muntah, apalagi makan. Dia tidak sanggup.
"Yasudah, habis dari sekolah langsung makan ya" kata Vicky. Viviane hanya bisa mengangguk pelan.
Sampai di sekolah, Vicky tak lantas meninggalkan Viviane. Pria itu tetap menunggunya hingga selesai dengan urusannya yang hanya mengambil ijazah saja.
"Hati-hati ya Vi, lo bunting kali sampai mual begitu" canda Vera yang mendapat sikutan maut dari Sisil.
"Becanda doang, Vi" kata Vera yang jadi canggung karena Viviane yang manyun.
"Yaudah lo hati-hati ya. Besok kita ketemu buat daftar bareng ke universitas incaran kita" kata Sisil sambil menarik paksa lengan Vera, takut saja kalau sampai temannya itu salah bicara lagi.
Viviane jadi terdiam setelah mendengar ucapan Vera, suasana di dalam mobil Vicky jadi sangat hening. Tak seperti biasanya karena Viviane yang suka sekali bercerita.
"Masak sih aku hamil, bang?"tanya Viviane yang sejak tadi terdiam karena kepikiran ucapan Vera.
"Nggak mungkin deh, sayang. Memangnya kamu kapan terakhir mens?"tanya Vicky yang jadi ikut khawatir.
"Harusnya sih sudah dari seminggu yang lalu, bang" jawab Viviane.
Tanpa banyak kata, Vicky membelokkan mobilnya ke apotik terdekat. Diapun membeli beberapa tespek dari beberapa merk dan menyuruh Viviane mengetes urine nya di spbu terdekat.
"Gimana hasilnya sayang?"tanya Vicky yang sudah tak sabar, ragu antara senang atau takut.
Viviane hanya memberikan beberapa tespek yang sudah dia pakai kepada Vicky tanpa banyak kata. Terlihat sekali jika Vivi sangat kacau.
"Ya Tuhan, kamu beneran hamil sayang?"tanya Vicky yang terkejut, kini dia sudah sangat takut pada masa depannya. Bingung antara harus senang atau sedih.
"Terus bagaimana ini bang?"tanya Viviane yang mulai menangis.
"Kamu jangan takut ya sayang. Aku pasti akan bertanggung jawab. Kita hadapi ini sama-sama ya. Nanti kita bicara sama orang tua kita masing-masing terlebih dahulu, terus aku temani kamu untuk menemui orang tua kamu. Ya sayang, kamu jangan takut ya" kata Vicky berusaha menenangkan kekasih yang sedang menangis sesenggukan di pelukannya.
Padahal sesungguhnya di dalam hatinya, Vicky sangat takut jika orang tuanya akan melarang hubungan mereka.
Tapi tekadnya sebagai lelaki yang bertanggung jawab harus berani dengan segala resiko dari perbuatan yang sudah mereka lakukan.
Padahal baru juga Vicky menjadi sarjana dan Viviane baru lulus SMA. Kini keduanya masih terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments