Alana Story

Alana Story

Chapter 1

Aku pergi berjalan ke kamar mandi karena aku tidak kuat lagi untuk menahan perut aku yang mual-mual dan mau muntah. Ya Tuhan, aku kenapa ya. Kenapa kau mau muntah terus, maunya muntah terus, seperti orang hamil saja.

Sebelumnya..

Aku akan beritahu peristiwa sebelumnya, di mana aku telah di bawa keluar oleh empat orang laki-laki sekaligus. Mereka adalah Adera, Alfi, Arya, dan Dimas. Aku di ajak jalan bareng mereka karena aku telah berteman dengan mereka selama satu tahun lamanya di SMA Gajahmada. Aku naik motor bareng mereka sambil bonceng di belakang sepeda motor.

"Yuk, kita mampir ke kafe dulu." kata Adera ke teman-temannya.

Adera adalah anak paling kaya dari tiga anak tersebut. Adera bisa di bilang anak yang ber uang. Aku, Alfi, Arya, dan Dimas berjalan di belakang, Adera di depan. Adera duduk lebih dulu ketimbang aku dan tiga orang teman aku.

Aku memilih duduk di samping Dimas dan Arya. Arya adalah laki-laki paling nakal setelah Adera, dia banyak melakukan aksinya padaku seperti mencubit, memukul paha dan lain sebagainya. Beda dengan Dimas yang kalem dan paling alim sendiri. Kalau sama Adera mah, dia adalah pacar aku. Aku tidak tanggung-tanggung pilih pacar. Selain ganteng, Adera adalah anak orang kaya.

Adera memanggil pelayan dan memesan makanan dan minuman. Adera ijin permisi dulu ke aku dan teman-teman yang lain, aku tidak tahu dia pergi ke mana. Yang lain santai saja. Pesanan pun datang, aku dan tiga teman yang lain siap-siap untuk makan sate, nasi goreng, bakso, soto ayam dan pizza. Minumannya adalah fanta dan sprite.

Setelah aku makan dan minum, kepala aku pusing. Aku seperti mau tidak sadarkan diri. Aku langsung ambruk di depan Dimas. "Alana, kamu kenapa..?" Alfi bertanya panik.

"Sudah, biar aku bawa saja Alana ke hotel." kata Adera pada teman-teman nya itu.

"Buat apa di bawa ke hotel segala, mau macam-macam kamu sama Alana..?" kata Alfi tidak terima. Aku sedikit banyak masih setengah sadar tapi aku tidak kuat untuk bangun dan bersikap kuat di depan mereka, kepala aku terasa pusing.

"Sudah, kamu tidak usah ikut campur, ini urusan aku, Alana adalah pacar aku, aku yang berhak menjaga dia." kata Adera ke teman-temannya.

Setelah itu Adera membawa aku ke hotel bersama tiga orang temannya itu yaitu Alfi, Arya dan Dimas. Dimas adalah laki-laki yang paling takut di antara teman yang lain. Aku di gotong ke dalam kamar itu, oleh tiga orang itu. Sebelumnya penjaga hotel sempat tanya,

"Temannya kenapa mas, kenapa tidak di bawa ke rumah sakit saja?"

"Tidak, dia mabuk."

"Oh ya sudah." kata pelayan hotel.

Hitung boleh di hitung, itu adalah omset bagi karyawan perhotelan. Aku di bawa masuk oleh tiga laki-laki itu, Adera membayar uang hotel selama satu malam. Sekitar lima ratus ribu rupiah biayanya. Tidak mahal. Aku masih saja lemas dan ingin tidur, ngantuk sekali. Arya membuka kamar itu dengan nomor kamar 103. Aku di baringkan di atas kasur oleh dua teman aku itu.

"Aku di bawa ke mana, aku mau pulang, aku tidak mau di sini!" kataku. Seseorang membekap aku lalu aku di bius sampai pingsan. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi saat itu juga.

Setelah bangun, aku sudah dalam keadaan kotor, tubuh aku telanjang dengan penutup selimut. Kedua paha aku terasa licin dan belepotan oleh lendir-lendir yang berbau amis. Aku telah di perkosa oleh mereka! Jahat sekali mereka!

Aku bangun dan mencoba untuk menguatkan diri aku. Di situ masih ada Adera, Arya dan Alfi. Aku tidak melihat Dimas.

"Heh, kalian ngapain aku! Kalian ngapain aku, sampai aku telanjang seperti ini!?" aku terisak sendiri. Mereka kejam, mereka telah berbuat jahat padaku. Aku telah di perkosa oleh mereka.

Adera menoleh, dia menghampiri aku dengan penuh kasih sayang. "Maafkan aku Alana, aku terpaksa melakukan ini semua. Kamu ikhlaskan saja, aku dan teman-teman aku yang lain tidak akan bicarakan soal ini pada siapa pun. Termasuk keluarga kamu." aku menggeleng tidak terima, aku langsung menampar Adera dengan tangan kanan aku. Aku emosi waktu itu. Selimut masih aku pakai dalam posisi aku yang tanpa baju atau rok.

"Kamu tega ngerjain aku Adera, kamu tega! Sampai kapan pun aku tidak mau memaafkan kamu! Kamu jahat, kamu licik!" aku menangis sejadi-jadinya. Sambil lalu aku mengambil pakaian aku, rok aku, dan dalaman aku. Aku malu di depan mereka. Aku pakai baju seragam aku dan aku pergi ke kamar mandi sambil menangis. Setelah terasa bersih, aku langsung menemui mereka.

"Jangan harap aku akan memaafkan kalian! Ingat itu!" ucapku ke Adera dan yang lain.

"Aku minta ongkos pulang!" aku minta ke Adera sebagai rasa terima kasih atau sebagai imbalan karena telah berani meniduri aku. Jujur aku ikhlas di perkosa oleh Adera tapi tidak untuk yang lain. Adera memberikan aku uang. Dua ratus lima puluh ribu. Sambil lalu bilang padaku,

"Kamu tidak perlu pulang sendiri, biar aku saja yang antar." kata Adera padaku. Aku lalu di antar pakai mobil sedan putihnya. Aku lega akhirnya tapi aku masih trauma dengan itu. Di dalam mobil aku sempatkan untuk bertanya pada Adera.

"Siapa saja yang telah meniduri aku Adera, bukan kamu saja kan yang telah memperkosa aku?" tanyaku ke Adera yang masih menyetir. Bau alkoholnya masih tercium oleh hidung aku. Malam itu sekitar pukul sembilan malam. Aku tertidur sekitar pukul empat sore sampai waktu Isyak. Aku menangis tapi tidak jadi.

"Bagaimana kalau sampai aku hamil, Siapa yang mau tanggung jawab nanti?" tanyaku kedua kalinya.

"Tidak mungkin, kamu tidak boleh hamil. Kamu harus gugurkan kandungan kamu itu. Kamu tidak boleh hamil, aku tidak mau itu terjadi. Aku tidak bisa terima kamu dalam keadaan seperti itu. Kamu tidak boleh hamil, kamu harus terus ada di sekolah."

"Tapi apa yang kamu lakukan, kamu telah memperkosa aku, lalu salah siapa kalau aku hamil di luar nikah?"

"Aku akan bawa kamu ke mana saja asal kamu tidak hamil." kara Adera sambil nyetir.

"Semoga aku tidak hamil nantinya, nanti sesampainya aku di rumah, aku akan beli testpack dan aku akan cek kehamilan aku." kataku lanjut.

"Tidak mungkin secepat itu Alana, semuanya masih butuh proses, kamu pasti mual-mual dulu lalu muntah-muntah." kata Adera padaku. Aku tersenyum geli melihat betapa bodohnya aku di depan Adera.

"Tapi, kalau aku beneran hamil bagaimana..?"

"Kita pergi ke dokter, lalu kita gugurkan kandungan kamu itu!"

"Tapi, itu anak kamu Adera, dan anak yang lain juga." kataku penuh penekanan.

"Bukan anak aku, bukan aku yang menghamili kamu. Itu adalah anak mereka, aku hanya meniduri kamu sebentar!" kata Adera padaku setengah memaksa dan berteriak di depan aku.

"Kamu masih saja bersikap munafik di depan aku. Aku masih ingat Adera, ketika kamu meniduri aku tadi di atas kasur hotel itu. Bau tubuh kamu masih aku ingat dan masih tercium di hidung aku. Rasa nikmat itu bersama kamu, masih aku ingat. Posisi kamu adalah posisi yang paling enak aku rasakan. Kamulah yang aku harapkan dari pertama kali aku pingsan." kataku jujur di depan Adera yang lagi menyetir mobil sedan putihnya.

"Jadi tadi kamu pura-pura pingsan, hah..!?" Adera tahu rahasia aku. Aku diam saja sambil menahan malu sebentar.

"Iya, aku pura-pura pingsan. Aku tidak mungkin pingsan hanya karena minum alkohol dengan kadar seperti itu, itu terlalu sedikit buat aku." lanjut aku ke Adera.

"Jadi, kamulah orangnya yang telah buat aku punya ide seperti itu, andai kamu tidak pura-pura pingsan, aku tidak akan bawa kamu ke hotel tadi." kata Adera menyesal.

"Semuanya sudah terlambat Adera, semuanya telah terjadi. Aku sudah kamu tiduri, dan aku sudah tidak perawan lagi sekarang. Kamu adalah orang pertama kali yang telah berani merusak keperawanan aku, Adera. Coba kamu pikirkan lagi." Adera menghentikan roda mobilnya. Dia lalu melihat aku lebih dekat lalu mencium bibir aku dalam sekali dan lembut.

"Aku tidak akan biarkan kamu menderita Alana, kamu adalah kekasih aku yang paling baik. Kamu adalah wanita terbaik buat aku, buat semuanya."

"Iya Adera, kamu adalah laki-laki terbaik dalam hidup aku, kamulah laki-laki yang aku berikan segalanya tanpa penutup. Kamu yang telah buat aku berani, karena cuma kamu kekasih yang paling aku cintai di dunia ini, bukan yang lain. Cuma kamu Adera, cuma kamu." Adera langsung memeluk aku. Aku tidak mau sesuatu terjadi pada aku dan Adera nantinya. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada hubungan aku dan Adera. Terima kasih Tuhan, engkau teah pertemukan Adera dengan aku.

Akhirnya aku sampai di rumah juga. Adera meninggalkan aku di mobilnya, dia harus menjemput temannya di hotel. "Bye sayang..!" ucap Adera padaku. Aku ikhlas melepas kepergiannya.

"Jangan lupa nanti telepon." kataku ke Adera.

"Pasti." jawabnya padaku.

Aku melihat mobil itu pergi ke arah jalan.

Empat bulan setelah itu, di sekolah.

Dan sekarang aku masih di dalam kamar mandi dengan testpack aku yang menyala merah. Aku hamil, aku hamil. Hal yang Adera tidak inginkan. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku langsung pergi ke kelas dan ijin pulang. Adera melihat aku, dia pergi menghentikan langkah aku.

"Alana.. tunggu, ada apa Alana, kamu hamil..!?" Adera panik, dia curiga kalau aku telah hamil.

Aku melihat wajah Alana sebelum aku menjawab pertanyaan dia itu. Aku bernapas dengan paru-paru yang tersedak, aku kehilangan napas aku.

"Iya Adera, aku hamil. Apa yang akan kamu perbuat padaku?" ucapku ke Adera. Seperti halilintar saja Adera mengetahui hal itu. Aku telah hamil, aku hamil di luar nikah dan pelakunya adalah Adera.

Bersambung.

Sampai di sini dulu ceritanya, jangan lupa vote dan komen. Semoga kalian suka cerita ini.

Up : 13 Nopember 2021

Sulastri Eris.

Terpopuler

Comments

ɪɴɪᴀғғᴀ 𝙰𝙳𝚂

ɪɴɪᴀғғᴀ 𝙰𝙳𝚂

𝙱𝚊𝚊𝚒𝚔

2023-11-27

0

ɪɴɪᴀғғᴀ 𝙰𝙳𝚂

ɪɴɪᴀғғᴀ 𝙰𝙳𝚂

kenapa dengan Alana?

2023-02-11

1

ɪɴɪᴀғғᴀ 𝙰𝙳𝚂

ɪɴɪᴀғғᴀ 𝙰𝙳𝚂

hai boleh juga

2023-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!