Pengantin Remaja
"Gimana menurut mama, penampilan aku ada yang kurang nggak?" ujar pria tampan yang malam ini terlihat berkali lipat lebih tampan, meski dalam keadaan tengah gugup sekalipun.
"Perfect Tan, sama sekali nggak ada yang kurang! kamu sangat tampan." puji Dara sang mama, seraya merapikan kemeja putranya dengan begitu hati-hati.
"Ma, serius!" rengeknya yang terdengar menggelikan ditelinga sang adik yang saat ini tengah duduk diatas sofa sembari memangku benda segi empat miliknya yang tengah ia gunakan.
"Bagaimana menurutmu Ar, abangmu tampan bukan?" Dara bertanya pada putra keduanya untuk meminta pendapat.
Yang ditanya mendengus, menutup laptopnya lalu beranjak dari tempat tersebut.
"Arjuna_"
"Udahlah ma, percuma kan ngomong sama dia, emang dia bisa dengar!" ujar Sultan, yang seketika menghentikan langkah Arjuna, pemuda berumur sembilan belas tahun itu berbalik menatap sengit kearah sang Abang dengan tatapan penuh kebencian.
Brakkkk..!!
Benda yang tak bersalah itu dilemparnya hingga retak, hal yang biasa Arjuna lakukan saat sedang kesal, tak perduli seberapa mahal harga barang yang telah dirusaknya.
"Bacot Lo!" ucapnya, seraya menarik kerah kemeja Sultan dengan cukup kasar.
"Arjuna, sudah_ kamu ini benar-benar ya, mama benar-benar nggak ngerti lagi apa mau kamu, sedikit saja berlaku sopan sama Abang kamu, bisa kan?" ujar Dara seraya menarik tangan Arjuna dan mendorongnya.
"Nggak bisa." jawabnya ketus tanpa beralih tatap dari wajah Sultan.
"Ada apa ini ribut-ribut?" ujar seseorang yang kini berada diujung anak tangga.
"Ini pa, Arjuna nggak ada baik-baiknya jadi anak, sopan sedikit gitu lho sama abangnya." Dara yang menyahut.
"Kenapa lagi sih Ar,?" Arthur menghampiri Arjuna dan menepuk pundaknya pelan."Tidak usah ikut kalau keberatan, lebih baik kamu istirahat saja ya."
Arjuna berdesis, menepis tangan sang papa dari pundaknya, lalu tanpa mengatakan apapun ia bergegas menaiki undakan tangga.
"Tuh, lihat sendiri kan pa, Arjuna itu benar-benar_"
"Sudahlah ma, lebih baik kita segera berangkat, kasihan keluarga pak Akmal kelamaan menunggu, nanti dikiranya kita ingkar janji kan?"
"Yaudah ayok."
Ketiganya menaiki mobil yang sama yang akan membawanya pada rumah keluarga Akmal dan Arindy untuk melamar Zeela satu-satunya putri mereka yang sudah lama dijodohkan dengan Sultan anak pertama Arthur dan Dara.
*
Akmal menyambut kedatangan ketiganya dengan penuh sukacita, begitupun dengan Arindy yang berusaha menampilkan senyum dibalik wajah pucatnya yang tengah duduk dikursi roda.
"Bi, tolong buatkan minum ya, sekalian panggilkan Zee, bilangin calon suaminya sudah datang." ujar Akmal memberi perintah.
Wanita paruh baya yang sering di sapa bi Imah itu mengangguk, undur diri menuju kamar Zee lalu kedapur, dan tak lama ia kembali membawa minuman yang Akmal minta lengkap dengan bermacam snack sebagai teman minum.
"Lho, Zee nya mana Bi?" Akmal kembali bertanya karena putrinya tak kunjung keluar.
"Sebentar lagi katanya pak."
"Oh begitu, baiklah."
"Saya permisi pak."
"Iya iya."
"Mbak Arin bagaimana keadaannya mbak sekarang, apa sudah lebih baik?" tanya Dara, yang sebenarnya ia sendiri tahu keadaan Arindy seperti apa, meski dilihat dari wajahnya saja sudah dapat dipastikan keadaan Arindy saat ini jauh dari kata baik-baik saja.
"Seperti yang mbak Dara lihat, beginilah keadaan saya." jawab Arin lemah.
Dara tersenyum, tentu bukan senyum mengejek, namun ia berusaha memberikan semangat untuk Arin, agar ia lebih bersemangat lagi untuk menjalani hidup.
"Sabar ya mbak, saya yakin mbak Arin akan segera sembuh, percayalah."
Arin mengangguk, "Terimakasih mbak."
"Nah itu dia, Zee nya sudah datang." ujar Akmal yang membuat fokus mereka kini teralihkan pada sosok Zee yang berjalan anggun menghampiri mereka.
Gadis imut bermata bulat dengan rambut panjang sedikit kecoklatan itu membungkuk menyalami mereka dengan sangat sopan.
"Cantiknya calon menantu mama." puji Dara seraya mengusap lembut tangan Zee, saat gadis itu hendak menarik tangannya usai bersalaman.
"Duduk sayang." Dara menepuk sofa disebelahnya agar Zee duduk disana bersamanya.
Dara yang kedua anaknya laki-laki begitu senang saat tahu Akmal sahabat Arthur lebih tepatnya rekan bisnis nya menjodohkan putrinya dengan putra pertamanya Sultan.
"Ngomong-ngomong adiknya Sultan nggak diajak sekalian?" ujar Akmal saat teringat sesuatu. "Benarkan, Sultan punya adik, waktu itu mas Arthur pernah cerita kan?"
"Anak itu susah sekali diajak ke acara-acara seperti ini pak, jarang mau." Dara yang menyahut.
"Pantas saja setiap ada acara diluar hanya Sultan yang ikut."
"Ya begitulah pak.''
"Kalau boleh saya tahu, adiknya selisih berapa tahun ya sama Sultan?"
"Tujuh tahun mas." kali ini Arthur yang menjawab.
"Berarti sekarang umurnya 19 ya."
"Betul mas!"
"Wah nggak beda jauh dong sama Zee, bulan depan Zee juga udah 17, semoga mereka bisa berteman dengan baik ya, saya percaya keluarga mas Arthur dan mbak Dara akan menjaga putri saya dengan baik."
"Semoga begitu ya mas, terimakasih atas kepercayaan nya terhadap kami, kami akan berusaha menjaga dan melindungi Zee seperti kami menjaga kedua anak kami."
Acara yang tergolong sederhana dan diadakan hanya dengan keluarga inti saja itu berjalan dengan lancar, setelahnya seperti biasa Arthur dan Akmal membahas soal pekerjaan, Dara sendiri menemani Arin kekamarnya, sedangkan Zee dan Sultan memilih untuk mengobrol di taman belakang.
"Zee, kamu nggak keberatan kan tinggal di rumahku." Sultan memulai obrolan setelah beberapa detik saling diam dan saling melirik satu sama lain.
"Zee ikut aja kak gimana baiknya."
"Berarti mau ya."
"Mau nggak mau sih kak, lusa kan mama sama papa kesingapura buat menjalani operasi." ucap Zeela yang terdengar ada nada kesedihan didalamnya.
"Kamu yang sabar ya Zee, semoga tante Arin cepat sembuh ya."
Zeela mengangguk, gadis itu tersenyum malu saat Sultan menatapnya dengan lembut, ini memang bukan pertemuan pertamanya dengan Sultan, karena sebelumnya mereka sudah beberapa kali bertemu dalam berbagai acara, hingga akhirnya kedua orang tua mereka menjodohkannya.
Baik Sultan maupun Zeela, keduanya tak menolak, terlebih dalam diri keduanya sudah ada benih cinta yang mulai tumbuh.
"Oh iya kak, adiknya kak Sultan itu_"
"Dia nakal Zee, urakan! kasar, dan selalu ingin menang sendiri, aku harap saat kamu bertemu dengannya kamu nggak ambil hati sama ucapannya ya.?"
Zeela mengerutkan keningnya dengan apa yang ia dengar, ''Masa sih kak adik kak Sultan begitu, bukannya tante Dara sama om Arthur itu baik banget ya, kak Sultan juga."
Sultan terkekeh dengan ucapan polos calon istrinya, dengan gemas ia menjapit hidung mungil milik Zeela.
"Zee, meskipun yang lainnya bisa dikatakan baik, belum tentu semuanya baik juga kan, misalnya begini, meskipun orang tuanya pencuri Belum tentu anaknya juga pencuri kan, bisa jadi anaknya malah menjadi seorang ustadz, betul?"
Zeela mengangguk, "Iya juga ya kak, tapi kok bisa adiknya kak Sultan begitu."
"Ya mana kakak tahu, dari kecil Arjuna memang begitu Zee."
"Siapa tadi, Arjuna! namanya Arjuna?" ulang Zeela, ia seperti tak asing dengan nama itu.
"Sudahlah, lebih baik kita kedalam, kasihan kamu kedinginan, lagian sebentar lagi kakak harus pulang." ucap Sultan beranjak lebih dulu dan mengulurkan tangannya kearah Zeela.
"Ayok!"
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
HR_junior
q kesini kk habis BCA kluarg arsenio
2024-09-16
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-06-22
0
Rosa Rosiana
hadir
2023-04-24
0