Mobil yang ditumpangi Akmal dan Zeela berhenti didepan sebuah rumah mewah berlantai dua yang tampak luas dan terlihat menarik dari arah manapun, tak kalah mewah dari rumah Akmal sebenarnya, hanya saja halaman rumah itu terlihat lebih luas karena hanya ada beberapa tanaman yang tumbuh disana.
Berbeda dengan halaman rumah milik Akmal yang dipenuhi berbagai macam jenis tanaman, karena pria tersebut sangat menyukai suasana serba hijau, karena selain membuat halaman rumahnya tampak asri, bagi Akmal tanaman adalah salah satu hal yang membuat suasana rumah terasa menyenangkan.
"Zee, hei.. bangun nak, sudah sampai ini." ucap Akmal seraya menepuk-nepuk pipi Zeela yang masih dalam keadaan tertidur pulas.
"Deuhh bakalan susah dibangunin ini mah, tadi aja bilangnya nggak mau tidur, eh sekarang malah kaya orang pingsan." Akmal berbicara sendiri.
"Barangnya mau diturunin sekarang, apa nunggu non Zee bangun dulu pak?" ujar mang Amir yang duduk didepan kemudi, pria yang memasuki kepala lima itu menoleh menatap Akmal yang tak menyerah membangunkan putrinya.
"Turunin aja mang, Zee biar saya coba bangunkan lagi, ya kali mang kita harus nungguin sampai Zee bangun dengan sendirinya, keberangkatan saya nanti sore bisa-bisa dibatalkan dong!"
Didepan sana mang Amir tampak terkekeh.
"Iya pak, baik pak." dengan sigap ia segera menurunkan barang-barang milik Zeela, lalu berbicara pada satpam yang berjaga disana.
Sementara itu didalam mobil Akmal berusaha untuk kembali membangunkan Zeela hingga gadis itu benar-benar merasa terusik.
"Udah sampai pa?" tanyanya seraya menutup mulut yang beberapa kali menguap.
"Dari tadi Zee, kamu ini benar-benar ya, susah banget dibangunin nya."
"Yaampun maaf pa, kayaknya aku ketiduran deh." ucapnya benar-benar merasa bersalah.
"Yasudah nggak apa-apa, ayok sekarang buruan turun, papa nggak punya banyak waktu lagi soalnya, tahu kan kalau sore nanti papa sama Mama mau berangkat?"
"Iya pa."
"Eh udah pada sampai ya, ayo masuk-masuk." suara antusias Dara menyambut kedatangan mereka diteras depan, ia meraih tangan Zee dan menggandengnya masuk kedalam rumah.
"Mbak saya nggak bisa lama, soalnya banyak yang harus saya urus, saya titip Zee, tegur dia kalau membuat masalah." ujar Akmal seraya mengusap kepala putrinya.
"Iya mas, saya pasti akan menjaga Zee dengan baik, mas Akmal hati-hati ya, titip salam buat mbak Arin, semoga pengobatan nya berhasil, dan mbak Arin bisa sembuh seperti semula."
"Aamiin, terimakasih akan saya sampaikan pada Arin, kalau begitu saya permisi ya mbak, Zee papa pergi dulu." pamitnya.
"Hati-hati pa."
"Iya sayang, mari mbak!"
"Hati-hati mas."
Akmal mengangguk kecil, lalu kembali keluar dan pulang bersama mang Amir.
"Ayok sayang, mama tunjukkan kamar kamu ya, ingat! sekarang kamu anak mama, jadi nggak boleh panggil Tante lho ya."
"Iya tan_ eh mama."
Dara tersenyum, lalu membawa gadis itu memasuki sebuah kamar yang berada dilantai dua.
"Kamar Sultan ada dibawah, kalau yang disebelah itu kamarnya Arjuna, adiknya Sultan." tutur Dara seraya membuka salah satu pintu kamar untuk ditempati Zee.
"Makasih ma, oh iya Arjuna itu masih sekolah kan ma?"
"Masih, dia kelas XII sayang, oh iya mengenai Arjuna, Zee jangan kaget ya kalau nanti ketemu dia, mama bicara begini karena anak mama yang satu itu sangat berbeda Zee, dia cukup menyebalkan dan sangat tempramen, anaknya gampang emosian, terus kalau bicara dia suka seenaknya, jadi nanti kamu jangan ambil hati ya."
"Dari kecil sikapnya memang begitu, kadang mama sama papa juga sampai kewalahan menghadapi dia."
Zee hanya mengangguk saja, tanpa berniat berkomentar sedikitpun tentang calon adik iparnya tersebut.
"Ini kamar buat Zee, semoga betah ya tinggal disini, kalau butuh apa-apa, jangan sungkan bilang ke mama ya?"
"Iya ma, makasih ma."
"Yasudah sekarang Zee istirahat saja ya, nanti barang-barangnya mama suruh bibi buat beresin, oh iya bi Imah juga nanti sore kesini."
"Iya ma."
Setelah memastikan Dara keluar dari kamar barunya, gegas Zee merebahkan tubuhnya diatas kasur, sesaat ia terdiam meneliti setiap sudut kamar tersebut yang menurutnya sangat nyaman, bahkan warna cat dinding kamar itu hampir sama dengan warna cat yang berada dikamar rumah orang tuanya, yakni warna merah muda yang merupakan salah satu warna favoritnya.
Zee hendak menyalakan ponselnya, bersamaan dengan suara ketukan yang cukup nyaring didepan pintu kamarnya, gadis itu pun memilih beranjak mendekati pintu dan membukanya.
Didepan sana seorang asisten rumah tangga yang sempat ia lihat tadi tengah berdiri dengan memegangi sebuah nampan yang berisi jus dan juga camilan.
"Maaf non bibi mengganggu, barusan bibi disuruh ibu mengantar ini buat non Zee."
"Oh iya bi, makasih ya."
"Sama-sama non, kalau begitu bibi permisi kebawah lagi ya."
"Iya bi."
Zee hendak menutup pintu itu kembali bersamaan dengan sebuah suara yang menyapa didepan sana.
"Abis ngapain bi?"
"Anu den, habis nganterin makanan buat calon kakak iparnya den Ar."
"Siapa?"
"Non Zee."
"Oh, oke bi."
Zee menaruh nampan yang diberikan bibi tadi diatas nakas, lalu kembali menuju pintu mengintip sipemilik suara yang ia yakini adalah suara milik Arjuna.
Deg!
Ia terperanjat, saat pemuda tersebut memasuki kamarnya tanpa permisi, pemuda yang bernama lengkap Arjuna Gardapati Al-tezza itu melipat kedua tangan didepan dada sembari menatap Zee dengan tatapan meneliti.
pinter juga dia nyari cewek!
"Oh jadi elo yang namanya Zee,?" tutur Arjuna tanpa mengalihkan tatapannya dari Zee membuat gadis tersebut merasa risih dan terintimidasi.
"I-iya."
"Kenalin! gue Arjuna, adiknya Sultan." sambung Arjuna dengan tangan terulur, membuat Zee terpaksa menyambut uluran tangan itu.
"Zee."
"Selamat datang dirumah Al-tezza, gue harap Lo betah disini." bisiknya dengan senyum semirk yang terlihat mengerikan dimata Zee.
"Oke, gue rasa Lo mau istirahat kan, istirahat gih! gue juga cape mau istirahat!"
Pemuda itu ngeloyor dari kamar, membuat Zee menghela napasnya dengan lega.
"Ganteng sih, tapi_ Ckkk.. bisa-bisanya kak Sultan yang lembut punya adek macam dia." gerutu Zee dan langsung menutup pintu tersebut dan duduk disisi ranjangnya.
*
"Sultan ada tugas mendadak keluar kota, jadi kemungkinan selama dua hari dia nggak pulang kerumah, Zee nggak apa-apa kan?" ujar Dara, yang saat ini tengah makan malam bersama, termasuk Arthur dan juga Arjuna.
Zee mengangguk ia tentu tidak masalah dengan hal itu, justru dengan Sultan tak berada disini ia bisa bernapas dengan lega, karena berada didekat Sultan selalu membuatnya gugup dan canggung.
"Tapi kalau belum selesai dalam waktu dua hari, bisa jadi nambah sih katanya." Arthur ikut menimpali.
"Nggak apa-apa ya sayang, disini masih ada mama kok, kalau bosen kita bisa jalan bareng-bareng keluar." ucap Dara lagi.
Sementara itu, Arjuna yang sejak tadi menyimak, menyunggingkan senyum tanpa mereka sadari.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
ku kira mreka saling kenal tadi pas ktmu prtama kali trnyata arjunanya g knal ya ma Zee
2023-01-18
1
Dand_Afill
jangan² arjuna brencana buat nikung sultan nich🤣😂😂😂
2022-12-26
2
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
aihhhh smoga nasib zee baik2 sja 🤣🤣
2022-12-26
0