Monemvasia
Monemvasia, Yunani
Di pagi hari yang cerah, seorang gadis sedang melihat pemandangan dari jendela kamarnya. Ia tersenyum dengan keindahan alam yang ada disekitarnya. Ia tak sabar keluar dari kamar dan menghirup udara segar.
Anna
Ya, gadis itu bernama Anna.
"Nona Anna, sarapan sudah siap"
Anna menoleh perlahan kebelakang. Dilihatnya seorang wanita tua yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya sambil menunjukkan senyuman lebar kepada dirinya.
Anna menghembuskan napasnya dengan lembut kemudian berbalik dan berjalan kearah pintu kamarnya.
"Selamat pagi bibi" Sapa Anna dengan sopan.
"Selamat pagi Nona. Anda tetap cantik seperti biasanya"
Anna dan bibi menuruni anak tangga dan berjalan keruang makan.
Anna melihat sosok pria hebat sedang menunggu dirinya untuk sarapan. Anna merasa senang dengan hal tersebut. Ia tersenyum bahagia dan duduk di samping pria hebat itu.
"Pagi putri Papa" Ucapnya yang tak lupa mencium kening putri nya.
Setiap pagi, Anna akan mendapat kecupan tulus dari seorang pria hebat dikeningnya. Anna tidak pernah bosan dengan kecupan pagi itu. Dia selalu ingin mendapatkannya disetiap pagi sebelum sarapan.
"Nanti kita kedatangan tamu, kamu bersikap yang sopan ya"
"Iya Pa" Jawab Anna tanpa panjang lebar.
Anna adalah seorang putri yang dibesarkan oleh Papa nya sendirian. Mama Anna meninggalkan mereka saat dia melahirkan Anna. Walaupun sudah berusaha untuk menyelamatkan keduanya, tapi yang bisa diselamatkan hanyalah Anna.
Anna adalah gadis yang pintar dan baik. Anna tidak pernah melawan Papa nya, dia selalu mendengarkan perkataan Papa nya, apalagi kalau itu untuk kebaikan dirinya.
Sekarang Anna berusia 19 tahun. Anna sedang mencari pekerjaan, dia ingin hidup mandiri, tidak mau membebani Papanya lagi.
Tapi, Papanya selalu menyuruh Anna untuk melanjutkan perusahaan yang dikelola Papanya. Anna tidak mau, karena dia tidak berbakat dibidang begituan. Anna menyuruh Papanya untuk menjual perusahaan itu kepada orang lain.
...***...
Seorang pria duduk di sofa dengan kaki yang disilangkan. Ya, pria itu adalah tamu yang dibicarakan Papa Anna tadi.
Anna mengintip mereka dari sela-sela dinding. Entah kenapa, Anna merasa malu untuk bergabung bersama mereka.
Pria itu sangat tampan, membuat jantung kecil Anna berdetak dengan cepat.
Kalau dilihat-lihat, pria itu lebih tua dari Anna dan jauh lebih muda dari Papa nya.
Siapa dia? Baru kali ini aku melihat pria setampan itu.
Anna memukul kedua pipinya dengan pelan. "Sadar Anna, kamu sudah punya pacar, kamu tidak boleh tertarik dengan pria lain" Ucap Anna dengan suara kecil.
"Nona, Tuan menyuruh saya memanggil Anda" Ucapan Bibi membuat Anna harus tenang kembali.
Anna berjalan keruang tamu dibarengi dengan senyuman manisnya. Anna duduk didepan pria tampan itu dan selalu menoleh kearah Papanya.
"Dia Putri ku" Ucap Papa Anna sambil menunjuk kearah Anna dengan sopan.
Pria tampan itu mengulurkan tangannya didepan wajah Anna yang sedang tertunduk. "Victor"
Perlahan Anna mengangkat kepalanya. Dengan rasa gugup, Anna mengulurkan tangannya kembali dan menyatukannya dengan Victor. "Anna"
Victor menarik tangannya kembali.
Pandangan Victor selalu menuju kearah Anna, padahal dia dan Papa Anna sedang berbicara mengenai bisnis. Ya, Papa Anna menjual perusahaan mereka kepada Victor.
"Maaf, kalian bicaralah berdua, aku ingin ke toilet sebentar" Papa Anna pergi dengan terburu-buru.
"Berapa usia mu Anna?" Victor bertanya sambil menyalakan rokoknya.
"Sem...sembilan belas" Anna benar-benar tak suka dengan asap rokok.
"Tuan!"
Anna terkejut dengan ekspresi Victor yang tiba-tiba berubah menjadi dingin dan datar. Sikap arrogant Victor mulai keluar perlahan-lahan dari dirinya.
"Kau tidak mengenalku?!" Victor menaikkan nada suaranya.
"Ma...maaf Tuan Victor" Jawab Anna ketakutan, ia menundukkan kepalanya.
"Jangan menyebut nama ku, Anna"
Hei! Pria yang satu ini maunya apa?
"Maaf Tuan, aku akan mengingatnya" Anna meremas celananya untuk menahan air mata yang hendak keluar.
Anna tidak bisa menahan air matanya ketika dia dibentak. Anna benar-benar ketakutan ketika ada orang yang memarahi atau membentak nya dengan suara kuat. Inilah salah satu alasan kenapa Anna tidak suka membuat masalah. Anna tidak ingin tiba-tiba meneteskan air matanya didepan orang-orang, karena hal itu orang akan menganggap dia lemah.
Victor menyadari bahwasanya Anna menangis secara diam-diam. "Usap air matamu. Kau kelihatan jelek ketika menangis"
Anna mengambil beberapa tisu yang ada didepan nya. Anna mengelap air matanya yang semakin menjadi-jadi. "Maaf Tuan, aku tidak ingin menangis, dia saja yang selalu keluar"
Anna benar-benar malu pada saat itu.
Victor dan dia tidak saling mengenal, bagaimana mungkin Anna tidak malu? Untung saja hanya Victor sendiri yang datang ke rumah mereka. Kalau tidak? Pasti Anna akan benar-benar sangat malu dan tidak tau mau dibuat kemana wajah nya itu.
Victor menarik napas nya dan membuang kembali.
Victor duduk di samping Anna sambil menghapus air mata Anna dengan ibu jarinya. "Tenanglah, aku tidak akan membunuh mu. Berhentilah menangis"
Dengan perjuangan yang panjang, akhirnya Anna berhenti menangis.
"Akhirnya diam juga"
"Maaf Tuan, sudah membuat anda menonton pertunjukan memalukan ini" Wajah Anna memerah karena malu.
"Kalau boleh tau, umur Tuan berapa ya?"
"Dua puluh tujuh" Jawab Victor.
Hati kecil Anna tersenyum bahagia. Mereka hanya berbeda 8 tahun dan itu sama sekali tidak masalah bagi Anna.
Hei! Bagaimana dengan pacar mu Anna? Apa kamu akan melupakan nya?
...***...
Papa napain? Kok lama banget. Udah hampir 1 jam Papa di dalam toilet. Papa baik-baik aja kan? Batin Anna khawatir.
Anna meninggalkan Victor sendirian diruang tamu. Anna mengecek seluruh toilet untuk melihat Papa nya.
Setelah semua toilet diperiksa, tidak ada Papa Anna didalam nya. Hal itu benar-benar membuat Anna semakin khawatir.
Anna mengetok pintu kamar Papa nya. Dan yah, Anna tidak mendapat jawaban apapun.
Dengan rasa kesal dan khawatir, Anna mendobrak pintu kamar Papa nya dengan kuat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa di tangan nya.
Anna mendapati Papa nya terbaring dilantai dengan keadaan pucat dan mulut yang mengeluarkan darah. Anna ketakutan dan seluruh tubuhnya gemetar dengan hebat.
"Bibi, bibi!!" Anna berteriak dengan sangat kuat.
Victor mendengar teriakan Anna dari atas sana. Dia langsung berlari dengan cepat untuk mendapati asal suara itu.
"Apa yang terjadi?" Victor berdiri didepan pintu kamar Papa Anna dengan napas yang tidak teratur.
"Pa...papa dia..."
Tanpa berlama-lama, Victor membawa Anna dan Papa nya kerumah sakit terdekat. Karena kekuasan Victor, Papa Anna langsung diperiksa dengan dokter terbaik mereka.
"Terimakasih Tuan, aku sangat berterimakasih" Anna menundukkan kepalanya dihadapan Victor.
"Menangislah kalau mau menangis, tidak ada yang melarang mu" Victor membalikkan badan nya membelakangi Anna.
Ya, dan kini Anna benar-benar menangis. Anna takut dia akan kehilangan orang hebatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments