NovelToon NovelToon

Monemvasia

Bab 1 | Pria Hebat

Monemvasia, Yunani

Di pagi hari yang cerah, seorang gadis sedang melihat pemandangan dari jendela kamarnya. Ia tersenyum dengan keindahan alam yang ada disekitarnya. Ia tak sabar keluar dari kamar dan menghirup udara segar.

Anna

Ya, gadis itu bernama Anna.

"Nona Anna, sarapan sudah siap"

Anna menoleh perlahan kebelakang. Dilihatnya seorang wanita tua yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya sambil menunjukkan senyuman lebar kepada dirinya.

Anna menghembuskan napasnya dengan lembut kemudian berbalik dan berjalan kearah pintu kamarnya.

"Selamat pagi bibi" Sapa Anna dengan sopan.

"Selamat pagi Nona. Anda tetap cantik seperti biasanya"

Anna dan bibi menuruni anak tangga dan berjalan keruang makan.

Anna melihat sosok pria hebat sedang menunggu dirinya untuk sarapan. Anna merasa senang dengan hal tersebut. Ia tersenyum bahagia dan duduk di samping pria hebat itu.

"Pagi putri Papa" Ucapnya yang tak lupa mencium kening putri nya.

Setiap pagi, Anna akan mendapat kecupan tulus dari seorang pria hebat dikeningnya. Anna tidak pernah bosan dengan kecupan pagi itu. Dia selalu ingin mendapatkannya disetiap pagi sebelum sarapan.

"Nanti kita kedatangan tamu, kamu bersikap yang sopan ya"

"Iya Pa" Jawab Anna tanpa panjang lebar.

Anna adalah seorang putri yang dibesarkan oleh Papa nya sendirian. Mama Anna meninggalkan mereka saat dia melahirkan Anna. Walaupun sudah berusaha untuk menyelamatkan keduanya, tapi yang bisa diselamatkan hanyalah Anna.

Anna adalah gadis yang pintar dan baik. Anna tidak pernah melawan Papa nya, dia selalu mendengarkan perkataan Papa nya, apalagi kalau itu untuk kebaikan dirinya.

Sekarang Anna berusia 19 tahun. Anna sedang mencari pekerjaan, dia ingin hidup mandiri, tidak mau membebani Papanya lagi.

Tapi, Papanya selalu menyuruh Anna untuk melanjutkan perusahaan yang dikelola Papanya. Anna tidak mau, karena dia tidak berbakat dibidang begituan. Anna menyuruh Papanya untuk menjual perusahaan itu kepada orang lain.

...***...

Seorang pria duduk di sofa dengan kaki yang disilangkan. Ya, pria itu adalah tamu yang dibicarakan Papa Anna tadi.

Anna mengintip mereka dari sela-sela dinding. Entah kenapa, Anna merasa malu untuk bergabung bersama mereka.

Pria itu sangat tampan, membuat jantung kecil Anna berdetak dengan cepat.

Kalau dilihat-lihat, pria itu lebih tua dari Anna dan jauh lebih muda dari Papa nya.

Siapa dia? Baru kali ini aku melihat pria setampan itu.

Anna memukul kedua pipinya dengan pelan. "Sadar Anna, kamu sudah punya pacar, kamu tidak boleh tertarik dengan pria lain" Ucap Anna dengan suara kecil.

"Nona, Tuan menyuruh saya memanggil Anda" Ucapan Bibi membuat Anna harus tenang kembali.

Anna berjalan keruang tamu dibarengi dengan senyuman manisnya. Anna duduk didepan pria tampan itu dan selalu menoleh kearah Papanya.

"Dia Putri ku" Ucap Papa Anna sambil menunjuk kearah Anna dengan sopan.

Pria tampan itu mengulurkan tangannya didepan wajah Anna yang sedang tertunduk. "Victor"

Perlahan Anna mengangkat kepalanya. Dengan rasa gugup, Anna mengulurkan tangannya kembali dan menyatukannya dengan Victor. "Anna"

Victor menarik tangannya kembali.

Pandangan Victor selalu menuju kearah Anna, padahal dia dan Papa Anna sedang berbicara mengenai bisnis. Ya, Papa Anna menjual perusahaan mereka kepada Victor.

"Maaf, kalian bicaralah berdua, aku ingin ke toilet sebentar" Papa Anna pergi dengan terburu-buru.

"Berapa usia mu Anna?" Victor bertanya sambil menyalakan rokoknya.

"Sem...sembilan belas" Anna benar-benar tak suka dengan asap rokok.

"Tuan!"

Anna terkejut dengan ekspresi Victor yang tiba-tiba berubah menjadi dingin dan datar. Sikap arrogant Victor mulai keluar perlahan-lahan dari dirinya.

"Kau tidak mengenalku?!" Victor menaikkan nada suaranya.

"Ma...maaf Tuan Victor" Jawab Anna ketakutan, ia menundukkan kepalanya.

"Jangan menyebut nama ku, Anna"

Hei! Pria yang satu ini maunya apa?

"Maaf Tuan, aku akan mengingatnya" Anna meremas celananya untuk menahan air mata yang hendak keluar.

Anna tidak bisa menahan air matanya ketika dia dibentak. Anna benar-benar ketakutan ketika ada orang yang memarahi atau membentak nya dengan suara kuat. Inilah salah satu alasan kenapa Anna tidak suka membuat masalah. Anna tidak ingin tiba-tiba meneteskan air matanya didepan orang-orang, karena hal itu orang akan menganggap dia lemah.

Victor menyadari bahwasanya Anna menangis secara diam-diam. "Usap air matamu. Kau kelihatan jelek ketika menangis"

Anna mengambil beberapa tisu yang ada didepan nya. Anna mengelap air matanya yang semakin menjadi-jadi. "Maaf Tuan, aku tidak ingin menangis, dia saja yang selalu keluar"

Anna benar-benar malu pada saat itu.

Victor dan dia tidak saling mengenal, bagaimana mungkin Anna tidak malu? Untung saja hanya Victor sendiri yang datang ke rumah mereka. Kalau tidak? Pasti Anna akan benar-benar sangat malu dan tidak tau mau dibuat kemana wajah nya itu.

Victor menarik napas nya dan membuang kembali.

Victor duduk di samping Anna sambil menghapus air mata Anna dengan ibu jarinya. "Tenanglah, aku tidak akan membunuh mu. Berhentilah menangis"

Dengan perjuangan yang panjang, akhirnya Anna berhenti menangis.

"Akhirnya diam juga"

"Maaf Tuan, sudah membuat anda menonton pertunjukan memalukan ini" Wajah Anna memerah karena malu.

"Kalau boleh tau, umur Tuan berapa ya?"

"Dua puluh tujuh" Jawab Victor.

Hati kecil Anna tersenyum bahagia. Mereka hanya berbeda 8 tahun dan itu sama sekali tidak masalah bagi Anna.

Hei! Bagaimana dengan pacar mu Anna? Apa kamu akan melupakan nya?

...***...

Papa napain? Kok lama banget. Udah hampir 1 jam Papa di dalam toilet. Papa baik-baik aja kan? Batin Anna khawatir.

Anna meninggalkan Victor sendirian diruang tamu. Anna mengecek seluruh toilet untuk melihat Papa nya.

Setelah semua toilet diperiksa, tidak ada Papa Anna didalam nya. Hal itu benar-benar membuat Anna semakin khawatir.

Anna mengetok pintu kamar Papa nya. Dan yah, Anna tidak mendapat jawaban apapun.

Dengan rasa kesal dan khawatir, Anna mendobrak pintu kamar Papa nya dengan kuat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa di tangan nya.

Anna mendapati Papa nya terbaring dilantai dengan keadaan pucat dan mulut yang mengeluarkan darah. Anna ketakutan dan seluruh tubuhnya gemetar dengan hebat.

"Bibi, bibi!!" Anna berteriak dengan sangat kuat.

Victor mendengar teriakan Anna dari atas sana. Dia langsung berlari dengan cepat untuk mendapati asal suara itu.

"Apa yang terjadi?" Victor berdiri didepan pintu kamar Papa Anna dengan napas yang tidak teratur.

"Pa...papa dia..."

Tanpa berlama-lama, Victor membawa Anna dan Papa nya kerumah sakit terdekat. Karena kekuasan Victor, Papa Anna langsung diperiksa dengan dokter terbaik mereka.

"Terimakasih Tuan, aku sangat berterimakasih" Anna menundukkan kepalanya dihadapan Victor.

"Menangislah kalau mau menangis, tidak ada yang melarang mu" Victor membalikkan badan nya membelakangi Anna.

Ya, dan kini Anna benar-benar menangis. Anna takut dia akan kehilangan orang hebatnya.

Bab 2 | Kebaikan Victor

Sedaritadi Anna menghubungi pacarnya untuk memberitahu bahwa kondisi Papa nya sedang sekarat. Anna tidak menduga pacarnya tidak mengangkat teleponnya yang ke-20 kali. Anna benar-benar kesal. Dimana pacarnya saat dia sedang kesusahan? Bukankah seharusnya dia ada saat Anna sedang kesusahan? Dulu sewaktu Anna sedang senang, pacarnya selalu mendampinginya. Tapi sekarang apa?

"Permisi Nona Anna, maaf menganggu anda..." Ucap dokter yang baru saja masuk kedalam ruang inap Papa Anna.

"Maaf dok, saya menepati janji saya kok. Saya akan bayar biaya pengobatan Papa sekarang" Anna berdiri dari tempat duduk nya. Anna yang biasanya ceria dan selalu tersenyum kini hanya menunjukkan wajah menyedihkan. Anna seperti orang yang tidak punya tujuan hidup.

Setelah membayar biaya pengobatan Papanya, Anna pergi ketaman untuk menghirup udara segar, sekalian memikirkan hal yang seharusnya dia pikirkan.

Apa yang harus kulakukan? Semua uang sudah habis untuk pengobatan Papa saat ini. Bukannya aku tidak mau bekerja, aku hanya takut saat aku meninggalkan Papa sendirian ada orang yang akan melakukan perbuatan jahat. Bukannya aku tidak percaya, tapi kondisi seperti sekarang kurang meyakinkan.

Kasihan sekali Anna. Disaat dia terpuruk begini tidak ada yang menghiburnya. Selain Papanya, Anna hanya memiliki pacar. Tapi apa?! Pacarnya sama sekali tidak memiliki hati! Dia tidak ada ataupun tidak peduli dengan Anna.

...***...

Anna membuka pintu ruang inap Papanya dengan perlahan. Anna selalu berharap ketika dia membuka pintu, Papanya sadar dari koma dan mengajaknya untuk berbicara serta bermain.

Anna terkejut melihat ada seseorang yang duduk disamping Papanya. Anna berharap kalau itu adalah pacarnya. Anna berjalan dengan cepat dengan wajah yang tersenyum.

Tapi lagi-lagi...Anna salah menduga. Ternyata orang itu adalah Victor.

Anna, kamu berharap apa? Tidak mungkin pacar mu datang. Dia sama sekali tidak peduli dengan mu. Ayolah Anna, sadar, putuskan saja pacarmu itu.

Victor berdiri menghampiri Anna. Ia meletakkan ibu jarinya di pipi imut Anna. "Menangis lagi?" Tanyanya sambil menghapus air mata Anna.

Anna benar-benar tak tahan dengan air matanya. Ayolah, kenapa aku terus menangis? "Maaf Tuan, dia selalu saja datang, aku sudah berusaha mencegahnya"

"Kau menjadi kurus"

"Ah iya, aku tidak sempat makan Tuan...dan kadang aku lupa untuk makan"

"Bodoh. Mulai saat ini aku akan mengirim makanan kepada mu. Kau harus memakan dan menghabiskannya. Tidak boleh dibuang"

"Terimakasih Tuan, tapi anda tidak perlu sebaik ini"

Ini belum seberapa Anna. Papa kamu sudah banyak membantu keluarga kami, kami hanya membalas budinya.

"Mungkin kau belum makan. Aku membawa makanan, kau harus memakan dan menghabiskannya" Victor memberikan kantongan yang lumayan besar kepada Anna.

Anna menerima pemberian Victor. Anna membawanya ke meja dan kemudian membukanya.

Hmm makanan itu sangat harum, membuat perut Anna semakin berisik.

Victor tersenyum diam-diam saat melihat Anna memakan makanan yang dibawanya dengan lahap.

"Pacar mu tidak datang?" Victor memecahkan keheningan diantara mereka.

Anna menggeleng, seolah-olah malas membahas pacarnya yang tidak berperasaan itu.

"Putuskan saja dia. Dia tidak pantas untukmu" Lidah Victor keseleo. Bisa-bisanya dia mencampuri urusan orang lain.

"Aku juga berpikir demikian Tuan. Tapi sebelum aku memutuskan hubungan kami, aku harus mencari tahu kepada dia tidak mengangkat telepon ku dan lainnya. Aku tidak boleh gegabah, kan?"

Anna seperti orang bodoh. Apa otaknya sedang bermasalah?

Apa aku harus memberitahunya kalau pacar yang sangat disayanginya sedang bermain-main dengan wanita lain?

"Anna, kemari"

Anna berdiri dihadapan Victor. "Ya Tuan?"

Victor beranjak dari kursi yang ia duduki. Ia kini berdiri didepan Anna dan menatap Anna dengan tatapan lain.

Anna yang polos tak mengerti apa-apa hanya terdiam menatap mata indah Victor.

Victor mengangkat dagu Anna dengan pelan. Di usapnya bibir Anna dengan lembut berulang kali. "Cerialah lagi Anna" Bisik Victor dengan suara penuh kelembutan.

Jantung Anna berdetak dengan cepat. Anna tidak tau apa yang terjadi kepada dirinya. Wajahnya memerah, tubuhnya terasa panas sampai-sampai mengeluarkan keringat.

Cup

Anna mendapat satu kecupan dikeningnya.

"Tuan??" Anna terheran-heran.

"Lihatlah, kau sangat lelah. Kau butuh banyak istirahat Anna. Pulanglah, aku akan menjaga Papa mu"

Anna menggeleng. "Aku tidak bisa tidur kalau aku pulang. Lebih baik aku disini menemani Papa"

Handphone Victor berbunyi. "Aku akan berjaga malam ini. Kau tidurlah disini" Victor pergi keluar untuk mengangkat telepon.

Jujur, hati Anna sangat senang. Padahal Victor bukan siapa-siapa mereka, tapi Victor malah memperlakukan mereka dengan sangat baik.

"Lihatlah Papa, Tuan Victor sangat baik sama kita. Aku sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan orang seperti dia. Anna berjanji Pa, Anna akan membalas kebaikan Tuan Victor"

...***...

Pukul 21.56

Victor membuka pintu ruang inap Papa Anna. Victor masuk kedalam ruangan itu dengan pelan, ia tidak mau berisik, karena hal itu akan membangunkan seorang gadis yang sedang tertidur nyenyak.

Victor berjalan mendekati gadis yang sedang tertidur pulas itu. Ia memperbaiki selimut Anna dan mengecup keningnya.

Sesuai perkataannya tadi, Victor berjaga untuk melihat kondisi Papa Anna.

...***...

Saat membuka mata, Anna melihat seorang pria tampan duduk disamping kasur Papanya sambil memainkan laptop. Pria itu terlihat sibuk dengan laptopnya. Anna merapikan tempat tidurnya kemudian bergegas mandi.

15 menit kemudian, Anna keluar dari toilet dengan pakaian kaos hitam dan celana panjang. Anna benar-benar terlihat tepos saat mengenakan pakaian kebesaran.

Victor menyimpan laptopnya ketika Anna keluar dari toilet. "Sarapan Anna"

Anna tersenyum sambil berjalan kearah Victor.

"Anda kelihatan lelah Tuan. Setelah ini anda pulang dan beristirahat saja"

Victor mengecup kening Anna lagi. Anna merasa bahagia mendapat kecupan dipagi hari. Perlakuan ini seolah-olah seperti Papa nya yang mengecup keningnya. Anna benar-benar sangat rindu dengan kecupan Papa nya itu.

"Aku akan istirahat disini saja" Ucap Victor sambil membuka sarapan mereka.

"Kenapa? Nanti anda merasa tidak nyaman Tuan"

"Diamlah Anna, makan saja sarapan mu"

Anna mengangguk.

Anna lupa kalau ia mempunyai pacar. Anna memang begitu, dia cepat sekali melupakan orang yang tidak peduli padanya. Padahal Anna selalu peduli pada orang yang sedang kesusahan.

"Kau tidak mau lanjut kuliah?"

"Tidak, aku baru lulus beberapa bulan yang lalu. Kuliah melelahkan, aku tidak mau terulang dua kali Tuan"

"Jadi??"

"Sebenarnya aku sedang mencari pekerjaan, tapi karena kondisi Papa begini aku tidak bisa bekerja. Lagipula aku tidak mau meninggalkan Papa sendirian"

"Bagaimana kalau melamar di perusahaan ku saja?" Tawar Victor.

"Maaf Tuan, aku tidak berbakat dibidang itu, terimakasih untuk tawarannya Tuan"

"Bagaimana kalau menjadi pemuas ku saja?" Victor tersenyum sinis.

Anna terdiam.

Anna terdiam bukan karena dia mengerti maksud perkataan Victor. Dia terdiam karena sama sekali tidak mengerti maksud perkataan Victor.

Anna membuka mulutnya untuk menjawab Victor, sementara Victor tidak sabar mendengar jawaban ya atau tidak.

"Maaf Tuan, aku sama sekali tidak mengerti. Pemuas? Apa maksudnya?"

Victor menghembuskan napasnya kasar. "Tidak ada, lupakan saja" Victor dapat memaklumi gadis itu. Dia hanya seorang gadis polos. Ya terlalu polos.

Bab 3 | Pria Brengsek

Kini senyuman ceria Anna kembali berseri lagi. Kekuatan Anna untuk bersemangat menjalani hari-hari sudah full kembali.

Tentu saja Anna bersemangat dan ceria, soalnya pria hebat Anna sudah sadarkan diri.

"Papa makan yang banyak, biar cepat sembuh" Anna menyuapi nasi ke mulut pria hebatnya.

"Kamu kenapa tambah kurus? Makan tidak teratur ya?"

"Anna tidak berselera makan Pa" Mata Anna kini berkaca-kaca.

"Kamu jangan nangis sayang, sekarang Papa udah baik-baik aja kok. Nanti setelah keluar dari rumah sakit, kita jalan-jalan ketempat yang kamu mau" Papa Anna mengelus kepala putri nya itu.

"Hiks, hiks, Papa janji kan ga bakal ninggalin Anna? Papa harus janji"

"Ya...Papa janji sayang" Papa Anna mengecup kening Anna.

Anna dan Papanya saling bertukar cerita dan bermain. Mereka tertawa bersama, nonton bersama, dan lain-lain lagi. Anna sangat menyukai momen ini, Anna ingin kehidupan bahagia seperti ini terus berlanjut. Anna benar-benar takut kehilangan pria hebatnya.

Tanpa mereka sadari, Victor masuk kedalam ruang inap Papa Anna. Victor membawa beberapa cemilan dan minuman. "Sudah merasa lebih baik?" Victor bertanya kepada Papa Anna.

"Anna, Papa mau bicara sama Victor. Bisa tinggalkan kami sebentar?"

Anna mengangguk heran. "I...iya Pa"

Kini diruangan itu tinggallah Victor dan Papa Anna.

...***...

Anna berjalan-jalan mengelilingi rumah sakit. Biasanya dihari yang cerah Anna selalu tersenyum, tapi kali ini tidak. Anna menyadari bahwa dirinya yang sekarang benar-benar berbeda. Dulu Anna punya tujuan hidup, sekarang Anna seperti mayat hidup. Mungkin tujuan hidup Anna sudah tidak ada lagi. Padahal, Papanya hanya masuk rumah sakit sudah membuat dia seperti orang yang tidak waras. Bagaimana kalau Papanya dipanggil Tuhan? Apa yang akan terjadi pada Anna? Apa dia masih bisa ceria seperti dulu?

Dari kejauhan, Anna melihat seorang pria yang dikenalnya. Pria itu sedang berjalan dengan wanita yang sedang hamil. Hm mungkin sudah 3 bulan atau lebih. Dengan rasa campur aduk, Anna menghampiri pria itu.

"Kevin?!"

Ya, pria itu Kevin, pacar Anna yang tidak memiliki perasaan.

"Apa yang kau lakukan disini? Dan...dan siapa wanita ini?"

"Kau Anna?" Ucap Kevin tak percaya.

"Aku Anna, pacar mu"

"Cih! Wanita jelek seperti kau tidak mungkin pacarku!"

Perkataan Kevin membuat Anna sakit hati.

Mata Anna berkaca-kaca, tubuh nya lemas. "Mak-maksud mu?"

"Aku tau kalau kau Anna. Dengar Anna, kita sudah putus dan perkenalkan ini pacar baru ku. Oh iya, beberapa hari lagi kami akan menikah. Aku akan mengundang mu"

Wanita itu tersenyum kepada Anna. "Halo Anna"

Anna melihat mereka berdua dengan tatapan jijik. "Sejak kapan kita putus Kevin?! Aku tidak ada meminta putus dan kau juga begitu"

"Sejak Papa mu masuk rumah sakit" Jawab Kevin.

Deg

Anna seperti orang bodoh saat ini.

"Aku tau kau akan jatuh miskin saat itu juga, jadi aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita" Lanjut Kevin.

Anna tidak tau mau berkata apa. Pikirannya kosong. Hatinya benar-benar terluka. Air matanya perlahan mengalir membasahi pipinya. Oh sial, Anna benar-benar benci dengan air matanya yang selalu saja keluar.

"Kau pria brengsek Kevin! Aku membencimu!"

"Dan wanita ini?! Kau yang menghamilinya?!" Lanjut Anna.

Kevin tertawa. "Tentu. Kami sudah lama bersama. Kau hanya cadangan ku saja Anna. Lagipula aku tidak betah dengan mu. Kau wanita sok suci! Tidak boleh disentuh? Sungguh menjijikan"

"Sayang, aku capek, pulang aja yuk" Eluh wanita hamil itu.

"Selamat menikmati hidup baru Anna"

Kevin dan wanita hamil itu meninggalkan Anna.

Kenapa? Kenapa harus begini?! Aku tidak suka kehidupan seperti ini. Huhu, salahku apa? Apa Tuhan membenciku? Kenapa?! Kenapa kau memperlakukan ku seperti ini Tuhan? Aku selalu menuruti perintah mu, tapi kenapa aku malah menjadi seperti ini??!

Kasihan sekali Anna. Padahal dia hanya gadis polos yang sangat baik.

...***...

Anna kembali keruang inap Papa nya setelah dia menghapus air matanya dan menetralkan perasaannya. Anna menunjukkan senyuman palsu dan wajah ceria kepada Papanya dan Victor. Anna tidak ingin mereka mengetahui kalau dirinya sedang terpuruk.

"Anna aku pamit dulu. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan" Ucap Victor sambil menepuk pundak Anna.

"Baik Tuan"

Victor keluar dari ruang inap itu.

"Anna"

"Iya Pa?"

"Apa pacar kamu pernah datang kesini untuk menjenguk Papa?"

"Ka...kami sudah putus Pa" Anna mencubit dirinya agar tidak menangis.

"Sejak kapan Nak? Kenapa tidak memberitahu Papa?"

"Sudahlah Pa, lagian dia bukan pria yang baik"

"Akhirnya kamu sadar Anna. Papa pikir kamu akan menikahi pria seperti dia. Papa akan benar-benar sedih kalau itu terjadi"

"Bagaimana kalau Anna tidak menikah?"

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Anna takut tidak akan pernah menemukan pria yang benar-benar tulus mencintai Anna Pa"

Papa Anna tersenyum. "Kalau bisa, kamu menikah dengan Victor saja. Kehidupan kamu sudah terjamin kalau bersama dia"

"Tu...tuan Victor Pa?! Tidak mungkin Pa, aku bukan selera Tuan Victor" Ucap Anna dengan perasaan tidak enak.

"Itu permintaan terakhir Papa Nak. Papa mau hidup kamu berjalan dengan baik. Victor dan keluarganya baik kok, kamu tidak perlu takut"

"Haha tidak mungkin Pa, perbedaan kami sangat jauh"

Anna sedikit kesal dengan permintaan Papanya.

...***...

Flashback

Victor dan Jack Papa Anna, berbicara dengan serius di ruangan itu.

"Mungkin hidupku tidak akan lama lagi, aku berharap kamu bisa menjaga Anna dengan baik Victor"

Victor menghela napasnya. "Aku dan keluargaku akan menerima Anna dengan senang hati Paman. Kami akan memperlakukan Anna dengan baik"

Jack terbatuk tanpa henti-henti.

"Paman? Kau baik-baik saja? Apa aku perlu memanggil dokter?"

Jack menggeleng. "Jagalah Anna dengan baik, aku menyerahkan dia kepada kalian. Dan, satu lagi Nak, jangan beritahu dia tentang masa lalu kita. Dulu kami menolong kalian dan sekarang kalian menolong kami, itu sudah cukup Nak, aku sangat bersyukur"

"Maaf Paman, aku mau menanyakan pertanyaan lain"

"Silakan Nak"

"Apa boleh aku menjadikan Anna istriku?"

Jack tersenyum bahagia. "Sangat boleh, aku akan merestui hubungan kalian tanpa kalian minta"

"Tapi Paman, kau tau sendiri bagaimana kepribadianku. Bagaimana kalau nanti aku menyakiti Anna?"

"Aku tidak akan marah. Aku tau kau melakukan yang terbaik untuk Anna"

"Baiklah, kalau begitu aku akan memperlakukan Anna sesukaku. Tidak apa-apa kan paman?"

"Terserah kamu Nak. Aku tidak ingin mencampuri urusan kalian"

...***...

Flashback off

Jack mengelus kepala putri nya. "Kamu harus hidup bahagia sayang"

Napas Jack mulai sesak. Senyuman diwajahnya menghilang seketika. Tangannya terlepas dari kepala Anna. Dia berbaring di atas ranjang seperti orang mati.

"Pa? Papa?!" Panggil Anna dengan tangan gemetar.

"Dokter, dokter!!!"

Dengan cepat, dokter langsung membawa Jack keruang operasi.

Beberapa menit menunggu.

Dokter membuka pintu ruang operasi dan menghampiri Anna. "Anna"

"Ya dok?" Anna berusaha tetap tenang dengan air mata yang terus mengalir.

"Anda harus melunasi biaya ini dalam waktu 24 jam. Kalau tidak, kami tidak bisa mengobati Papa kamu"

Anna mengambil beberapa kertas yang diserahkan oleh dokter.

Anna sangat terkejut. Dia linglung, tidak tau harus mencari kemana uang sebanyak itu.

"A-aku akan membayar nya dok, tapi tolong selamatkan Papa Anna"

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin Anna"

"Terimakasih dok"

Darimana aku mendapat uang sebanyak ini? Oh Tuhan, kau benar-benar membenciku kan? Kenapa kau menghukum ku harus seperti ini?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!