Bab 4 | Semua Terasa Sia-Sia

Pikiran Anna sekarang kacau, dia sudah lelah meminjam uang kesana dan kesini. Keluarga, teman dekat, atau sahabatnya sendiri pun tidak mau membantu nya. Anna membenci dirinya sendiri, dia benci karena tidak bisa mengobati Papanya.

Apa gunanya aku hidup kalau tidak bisa mengobati Papa? Aku memang anak yang tidak berguna.

20 jam berlalu. Anna benar-benar kelelahan. Dia tidak sanggup lagi menghadapi semua ini. Anna mempasrahkan semua kepada sang pencipta. Kalaupun nyawa orang hebatnya diambil, Anna sudah siap. Tapi...Anna tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Anna duduk diluar rumah sakit. Ia melihat ke langit yang sekarang sudah gelap dan dipenuhi bintang-bintang. Anna tersenyum mengingat kenangan dia dan Jack dimalam hari sambil melihat bintang-bintang yang sangat indah.

Anna dikagetkan oleh tangan seseorang yang menepuk pundak nya. Ia menurunkan kepalanya dan senyumannya kembali memudar. "Ada apa Tuan?" Wajah Anna sangat pucat.

"Aku sudah mendengar biaya pengobatan Papa kamu Anna"

"..."

"Aku akan membayar biaya operasi Papa kamu. Tapi dengan syarat,,"

Anna tidak menyangka Victor akan membantu dia. Victor terlalu baik, Anna sangat bersyukur dipertemukan dengan orang seperti dia. "Ya...Tuan?"

"Tanda tangani ini"

Anna mengambil selembar kertas yang diberikan oleh Victor.

"Akan aku tanda tangani Tuan,,, demi Papa" Anna menandatangani kertas itu dengan tangan gemetar dan air mata yang terus mengalir.

...***...

Kini operasi Jack dijalankan.

Jantung Anna berdetak dengan cepat. Dia selalu berdoa supaya Papanya bisa diselamatkan. Anna tidak ingin usahanya menjadi sia-sia. Apalagi dia harus membuka hati dan niat untuk menandatangani kertas yang berisi syarat-syarat yang di berikan oleh Victor.

Anna tidak menduga diusia segini dia akan menikah. Anna merasa bodoh setelah menandatangani kertas itu. Tapi ini semua demi Papanya, dia harus merelakan dirinya, kan? Kali ini saja. Tidak apa-apa Anna.

"Kemarilah Anna" Victor memanggil Anna dengan wajah datar dan dingin.

Dengan rasa takut, Anna menghampiri Victor.

Victor menarik tangan Anna dan kini Anna duduk dipangkuan Victor. "Berhentilah menangis. Matamu menjadi bengkak Anna." Victor menghapus air mata Anna menggunakan tisu yang dibawanya.

"Ma...ma"

"Berhentilah meminta maaf Anna. Aku muak mendengarnya"

"Humm" Anna mengangguk.

Anna melipat bibirnya kedalam mulutnya. Anna tidak ingin mengeluarkan air mata lagi. Dia mencubit dirinya, melakukan segala cara agar air matanya tidak jatuh.

"Kau sangat pucat, aku tidak mau orang-orang melihat istriku dengan wajah pucatnya ini"

"Tu-tuan"

"Hm?"

"Bolehkah aku memelukmu? Sebentar saja"

"Terserah kau saja"

Dengan tangan yang masih gemetar, Anna memeluk Victor dengan erat. Anna merasa nyaman ketika dia bersandar di dada Victor.

Untuk menenangkan gadis itu, Victor mengelus kepala Anna dan sesekali mencium kepalanya.

Victor dapat merasakan keempukan dari tubuh Anna. Victor menahan dirinya untuk tetap tenang dan tidak melakukan hal yang macam-macam.

Beberapa saat kemudian, Anna tertidur lelap di pelukan Victor. Victor tidak melepas pelukan gadis itu, Victor membiarkan gadis itu memeluk dirinya. Lagipula baru kali ini Anna tertidur dengan sangat cepat dan terlelap.

Dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah pasrah. Dia menghampiri Victor dan memberi kabar tentang Jack.

Deg

Jantung Victor hampir berhenti berdetak saat itu. Victor ingin membangunkan Anna, tapi Anna sedang tertidur lelap, Victor tidak tega membangunkannya.

Victor berpikir keras bagaimana dia akan memberitahu Anna besok? Dirinya saja belum bisa menerima kenyataan, bagaimana pula dengan Anna? Pasti Anna akan terluka, ya, sangat terluka.

...***...

Pukul 06.57

Anna bangun dari tidurnya yang sangat nyenyak. Anna heran kenapa dia berada di kamarnya. Anna merapikan tempat tidurnya, kemudian membersihkan dirinya di toilet.

Anna mengambil pakaian dari lemarinya. Dia mengambil gaun berwarna hitam. Anna bingung kenapa dia harus mengenakan gaun berwarna hitam hari ini. Jiwa nya tidak tertarik kepada pakaian-pakaian yang lain, dia hanya tertarik dengan gaun hitam yang dipegang nya.

Anna keluar dari kamarnya. Dia bingung kenapa banyak sekali orang dirumah nya, apalagi semua memakai pakaian berwarna hitam.

"Anna" Panggil Victor setelah menaiki anak tangga.

"Apa yang terjadi? Apa ada pesta?" Tanya Anna dengan heran.

"Anna..." Victor memeluk gadis polos itu.

Tidak tau kenapa, air mata Anna menetes begitu saja. Tubuh Anna gemetar seketika. Perasaannya sekarang sangat sedih. Anna tidak tau apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

"Kamu harus kuat Anna" Bisik Victor kepada Anna.

Victor membawa Anna turun kelantai bawah.

Anna terkejut melihat peti yang diatas nya ada foto Papanya. Anna masih terheran-heran. Dia belum bisa mencerna semuanya.

Victor membawa Anna berjalan semakin dekat dengan peti itu.

Dan yah, Anna nyaris terkejut. Anna menutup mulutnya sambil mengeluarkan air mata yang sudah berada di matanya dari tadi. Anna tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Pasti ini mimpi. Tidak, tidak, pasti mimpi. Ayo sadarkan aku, ini hanya mimpi kan? Papa berjanji tidak akan meninggalkan Anna.

"Ini hanya mimpi kan?"

"Anna, kamu harus kuat" Jawab Victor.

"Huhuhu"

Kini tangisan Anna semakin deras. Anna tidak bisa menerima kenyataan. Dadanya terasa sesak. Semua yang dia perjuangkan terasa sia-sia.

Victor tidak kuat melihat Anna yang terus menangis. Dia menarik Anna ke pelukan nya dan mengelus-elus kepala Anna.

...***...

Semua sudah selesai, Papa Anna sudah dimakamkan, rumah Anna juga sudah dibereskan. Sekarang sudah saatnya Anna pergi bersama Victor.

Barang-barang Anna sudah dimasukkan kedalam mobil. Anna dan Victor kini duduk dibagian tengah.

Anna menyandarkan kepalanya dipundak Victor. Tangan kiri Victor mengelus kepala Anna. Victor dapat merasakan perasaan Anna saat ini. Kehilangan orang yang sangat dicintai rasanya memang sangat sakit.

Victor membiarkan Anna tidur dipundak nya. Lagipula perjalanan kerumah Victor agak jauh.

"Berhenti didepan sana" Ucap Victor kepada asistennya yang sedang mengendarai mobil.

"Baik Tuan" Jawab Rian.

"Kau turunlah, belikan beberapa permen"

Rian asisten Victor kini turun dari dalam mobil.

"Ini Tuan" Rian memberikan kantongan kecil kepada Victor.

Victor membuka bungkusan permen itu dan memakan nya. Sebenarnya Victor ingin merokok, tapi dia takut akan membangunkan gadis polos itu. Dia ingat kalau gadis itu tidak suka dengan asap rokok. Dia akan langsung sesak ketika menghirup nya.

"Bolehkah aku merokok Tuan?"

"Tidak. Tahan dulu Rian, jangan sampai kau membangunkan gadis kecil ini"

"Baru kali ini Tuan peduli dengan wanita"

"Tidak. Aku hanya menghargai Paman Jack"

Rian tau sikap Tuan nya itu. Tidak mungkin seorang Victor pria dingin tiba-tiba peduli dengan wanita. Victor pernah berkata dia akan peduli ketika dia menyukai wanita itu. Jadi, bukankah Victor menyukai Anna?

Tapi Rian masih ada perasaan ragu. Mungkin Victor hanya peduli dengan Anna sebentar saja. Rian masih belum bisa melihat kalau Victor menyukai Anna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!