Karena Amin Yang Sama

Karena Amin Yang Sama

1. Kesibukan Viona

Viona pagi ini direpotkan oleh akad nikah kakaknya laki-laki, Viona menyiapkan segala kebutuhan saat mau resepsi di hotel bintang lima di kota mereka

"Viona.. peniti jilbab mana?" Tanya ibu Heti yaitu ibu Viona

"Bentar ma, masih ikat rambut nih" Jawab Viona sedikit teriak menyahuti ibunya.

"Dek.. jilbab kakak mana?" Teriak kak Yesi dalam kamarnya.

Samar-samar Viona dengar dari kamarnya.

"Kak Yesi jilbabnya simpan dimana sih?, Kenapa gak disiapkan dari malam kak" Viona mulai mengomel seperti ibu-ibu kompleks karena dibingungkan kebutuhan orang serumah.

"Dek jam tangan kakak mana?" Tanya Rifal yang akan menikah hari ini dan malam langsung adakan resepsi.

Viona mulai bertolak pinggang sembari menghela napas kasar dan membuangnya perlahan.

"Kak, itu sudah pakai jam tangan" tunjuk Viona.

"Carikan yang silver dek supaya senada dengan warna jasnya".

Viona memutar bola matanya malas, meskipun seperti itu tapi ia tetap nurut. Masih dalam proses pencarian jam tangan tiba-tiba datang gadis kecil imut yang berumur 4 tahun.

"Bibi jilbab ibu mana?" Tanyanya sambil menarik kebaya Viona.

"Ya Allah.. Kenapa malah aku yang sibuk seperti ini" gumam Viona lalu menuntun ponakan kecilnya itu menuju kamar ibunya.

"Viona, mama sudah keringatan tunggu peniti jilbab dari kamu?" Ucap ibu Heti sambil jalan menuju pintu kamar dimana dia berada.

Viona dibuat bingung belum mencari jam tangan, jilbab dan peniti, belum lagi ponakannya yang sudah menuntunnya untuk ke meja makan.

"Bibi bingung nih? Tadi tanyakan jilbab untuk ibu sekarang malah menuntun bibi ke meja makan" Viona curhat pada ponakan yang belum mengerti sama sekali tentang pusingnya Viona saat ini.

"Bibi.. tapi Ainun lapar" jawabnya sambil mengusap perutnya.

Viona dibuat gemas dengan ucapan ponakannya yang cute itu.

"Oke, gadis cantik Ainun. Bibi cantik ambilkan yaa" Jawab Viona dan langsung menyendokkan nasi serta lauk pauk untuk ponakannya.

Ainun yang sudah duduk anteng di kursi sambil menunggu makanannya.

"Bibi itu kebanyakan, Ainun gak habisin" ujarnya lagi.

"Waduh.. panggil Kak Yesi aja kalau gitu" batin Viona.

"Ainun cantik, bibi ke kamar dulu ya, bentar saja" ucap Viona yang diangguki oleh gadis cantik Ainun.

Viona ke kamar yesi dengan buru-buru sampai disana langsung mengetuk pintu lalu ia masuk.

"Kak Yesi, Ainun mau makan tu" Ujar Viona sambil duduk dibibir ranjang kakaknya.

"Dek, kakak lagi memakai jilbab ni.. temanin dulu dong" Pintanya sambil menoleh kearah adiknya Viona, lalu mengangkat jarinya.

"Suapin nanti bajunya kotor" Yesi mewanti-wanti adiknya.

"Kakak.." Ucap Viona ingin protes tidak terima tapi Yesi yang sudah menghampirinya dengan tatapan lembut yang membuat Viona tidak bisa menolak.

"Dek, dulu kakak jaga kamu lho waktu kecil" Ucapnya dengan lembut depan Viona.

Viona mengerutkan kening, ia pikir kakaknya akan mengatakan hal yang membuatnya terharu ternyata ucapan kakaknya hanya mengungkit masa lalu yang membuat Viona malas seketika kalau tidak mengingat ponakannya.

"Iyaa" jawab Viona dengan malas lalu ia pergi menghampiri ponakannya itu.

Viona sudah tidak karuan, jauh dari kata cantik layaknya seorang perempuan yang lagi siap-siap ke akad nikah kakaknya.

"Ya Allah" pekik Viona melihat ponakannya yang belepotan. Bagian mulut dan baju kotor karena laun yang ia makan.

Suara Viona menggelegar sehingga mengundang orang rumah yang dengar langsung menghampirinya.

"Viona kenapa anakku seperti ini?" Pekik Yesi sedikit kaget.

"Ya ampun Viona, kok Ainun bisa seperti itu?" Tanya Ibu Heti tidak kalah kaget dari Yesi.

"Astaga" Ucap Rifal sambil melihat wajah ponakannya yang belepotan dengan makanan itu, "hahaha" Rifal tidak bisa tahan tawa.

Yesi dengan cepat membawa anaknya ke kamar mandi.

"Sayang maunya tunggu bibi Viona, nanti bibi yang suapin" Ujar Yesi sambil melepas baju dari badan anaknya.

"Bibi tinggalin Ainun sendiri" jawabnya dengan lancar yang membuat Yesi hanya menghela napas, "Ainun kalau gini, baju kamu berbeda dengan ibu" sambungnya lagi sambil membersihkan nasi diarea wajahnya.

Sedangkan Viona kembali mencarikan peniti jilbab untuk mamanya dan jam tangan untuk Rifal

"Resiko jadi bungsu" Viona menggerutu dalam hati sambil menuju kamar kakaknya dan mamanya itu.

"Nih" Ucap Viona lagi setelah masuk dalam kamar kakaknya Rifal.

Lalu ia lanjut ke kamar Mamanya, "Ini ma, Viona simpan diatas meja ya" Dengan nada besar lalu ia pergi menuju kamarnya untuk lanjut siap-siap yang sempat tertunda.

Akad nikah dilakukan di masjid raya kota mereka. 20 menit kemudian kedua belah pihak melaksanakan akad nikah. Kalimat sakral itu terucap dengan lancar dari Rifal yang disaksikan semua yang datang disaat itu.

Rifal saat ini sudah sah mempersunting Marcelea sebagai istrinya.

Viona menghampiri kakaknya yang baru ganti status .

"Selamat ya kak, doain Viona juga" Ucap Viona dengan canda yang membuat Marcelea ikut senyum.

Viona baru tiga kali dengan akad nikah bertemu Marcelea tapi Viona sudah tidak canggung lagi karena bagaimanapun ia harus akrab dengan istri kakaknya.

"Lea, dia memang seperti itu. Dimaklumin saja" ucap Rifal lalu melihat ke Viona, "kakak doain semoga cepat bertemu dengan jodohmu" sambung Rifal kepada adiknya.

Viona langsung meraih tangan kakaknya itu lalu ia tunduk cium layaknya seperti Viona lakukan pada mendiang ayahnya dulu.

Ayahnya meninggal saat Viona masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu Viona masih asyik bermain disekolah tiba-tiba kakaknya yang pertama yaitu Yesi menjemputnya, Viona kecil tidak tahu menahu tentang ayahnya yang sudah pergi untuk selamanya. Viona melihat ayahnya lalu ia hampiri dan mencium dahi ayahnya, itupun karena kakaknya Yesi yang suruh.

Dan saat ini momen indah bersama ayah mereka terputar kembali di memori mereka setelah melihat Viona mencium tangan saudara satu-satunya laki-laki.

Ibu Heti hanya menghapus air matanya mengunakan tisu begitupun dengan Yesi.

Gadis kecil Ainun melihat nenek dan mamanya menangis iya pun bertanya.

"Ibu dan nenek kenapa menangis?" Tanya Ainun

"Bahagia sayang" Jawab Yesi

"Ohh" Ucap Ainun, lalu pergi menghampiri Viona, "bibi Viona" panggilnya lagi sambil menarik-narik baju Viona.

Viona menoleh dengan senyum, "Ainun cantik disini banyak orang jadi panggil aja kakak yaa.. kalau panggil bibi, bibi Viona ke tua an" Jawabnya lembut yang membuat orang disekitar mereka duduk tertawa.

"Tapi tadi bibi Viona bilang sendiri" protes Ainun lagi.

"Masa? Pokoknya panggil kakak Viona.. kalau gak.. kue kesukaan Ainun gak bakal viona belikan lagi" Ucap Viona lagi yang diangguki oleh Ainun.

"Good" ucap Viona sambil mengangkat jempolnya.

"Kakak Viona lapar" ujarnya lagi yang membuat Viona menghela napas memelas.

"Gadis cantik Ainun" Ucap Viona dengan lembut, "disini gak ada makan nanti pulang baru makan yaa" sambungnya memberi pengertian pada ponakannya itu, lalu Viona minta izin pada kakak dan iparnya itu.

"Kak,, kak Lea, Viona pulang duluan yaa, soalnya Ainun lapar" ucapnya yang diangguki pengantin baru itu.

"Hati-hati ya dek" ucap Rifal pada adiknya itu yang respon hanya anggukan dan senyum

Viona pulang menggunakan taksi dengan ponakannya Ainun.

Dalam perjalanan pulang, Ainun tiba-tiba tertidur dipangkuan Viona. Viona memperbaiki posisi ponakannya itu agar ia nyaman untuk tidur.

10 menit kemudian Viona dan Ainun sampai rumah dengan menggendong Ainun membawanya dalam kamar Yesi.

Setelah merebahkan badan Ainun, ia kembali ke kamarnya untuk istrahat sebelum resepsi terima undangan Rifal kakaknya diadakan.

"Alhamdulillah akhirnya aku bisa istrahat" lirih Viona sambil merebahkan badannya diatas tempat tidur empuknya.

Viona baru saja memejamkan mata, tiba-tiba telinganya menangkap suara tangis anak kecil.

"Haaa, Ainun" Ucap Viona dan bangkit dari tempat tidur lari menuju kamar Yesi.

"Kakak Viona, ibu mana?" Tanya Ainun setelah menyadari sejak tadi dia bersama Viona.

"Tadi ibu Ainun di mesjid sayang" jawab Viona.

"Mau ibu" ujarnya lagi dengan sesegukan.

"Waduh, ini kak Yesi suka bangat repotin aku" gumamnya sambil berpikir.

Viona mulai bingung antar kembali di mesjid atau tetap dirumah namun ponakannya itu terus menanyakan ibunya.

"Apa kembali saja di mesjid yaa" Viona masih menimbang-nimbang, "kesana saja deh" Ucap Viona lagi lalu meraih tas kecilnya yang berisi ponsel.

"Ayo sayang, kita ke mesjid" Ajak Viona.

Anak cantik Ainun hanya mengangguk sambil memegangi jari Viona dan jalan beriringan menuju pintu utama rumah sambil menunggu taksi online mereka datang.

5 menit kemudian taksi online pun sampai, Viona bersama Ainun masuk dalam mobil tersebut dan membawa mereka sampai mesjid yang mereka tuju.

Viona turun dan kali ini menggendong ponakannya itu agar cepat sampai dalam mesjid, secara diluar begitu panas dan menyengat mampu membuat kepala nyut-nyutan jika berlama-lama.

Sedangkan keluarga Viona sementara dalam perjalanan balik rumah untuk istrahat sekaligus untuk mempersiapkan resepsi nanti malam.

Alhasil Viona sampai mesjid dimana tempat dilakukan akad nikah dan keluarga Viona sampai rumah.

"Sayang kok di mesjid sudah tidak ada orang" Ujar Viona sambil celingak-celinguk mencari keluarganya.

"Bibi, apa ibu dan nenek sudah pulang?" Tanya Ainun itu sambil mendongakkan kepala melihat bibinya.

"Mungkin,.. kita duduk aja dulu sambil nunggu taksi yaa" ucap Viona lagi sama ponakannya sambil duduk di teras mesjid.

Viona berbagi cerita dengan ponakannya hanya untuk menghilangkan jenuh.

"Cantik, kalau bibi Viona tidak tinggal dirumah lagi, apa Ainun cari bibi Viona?" Tanya Viona

"Bibi memang mau kemana?" Tanya Ainun.

"Tidak kemana-mana kok, bibi hanya tanya aja" Jawab Viona dengan lembut pada ponakannya.

"Gimana kalau kita duduk didepan, supaya pas taksi datang kita tinggal masuk dalam mobil" Ujar Viona lagi sembari senyum pada ponakannya.

Si kecil Ainun hanya mengangguk dan mengikuti apa yang diucapkan Viona. Viona menggiring ponakannya itu menuju pelataran mesjid yang dekat dengan jalan raya.

"Bibi pulang" Rengek Ainun yang sudah tidak betah.

"Sabar yaa" Ucap Viona sambil mengusap kepala ponakannya.

Sedang duduk menunggu taksi, tiba-tiba datang seorang laki-laki menggunakan motor dan berhenti tepat didepan Viona dan Ainun.

"Bibi apa dia penjahat?" Tanya Ainun dan Viona dengan cepat menempelkan jari telunjuknya di bibir Ainun.

"Bibi aja yang tanya" bisiknya pada Ainun lalu ia berdiri.

"Maaf pak, apa bapak ada yang mau tanyakan?" Tanya Viona yang membuat orang tersebut jengah.

"Sudah dibilang penjahat dan sekarang dipanggil pak" batinnya.

"Apa disini tidak melihat paper bag?" Tanya orang tersebut.

"Tidak pak, masuk aja pak mungkin didalam" Jawab Viona lagi dan laki-laki itu langsung mengangkat tangannya tanda ia tidak bisa.

"Saya tidak bisa" Jawabnya yang membuat Viona mengerutkan keningnya bingung. Ia baru kali ini mendengar orang disuruh masuk mesjid menolak.

Laki-laki tersebut langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

📞"Halo kak Marcel, paper bagnya gak ada.. oke kak" ucapnya dalam telepon itu dan pamit pada Viona dan Ainun.

"Terima kasih mbak dan gadis cantik saya pergi dulu" pamitnya lalu memutar motornya menuju jalan raya.

Viona mendengar ucapan laki-laki tadi hanya membulatkan mata yang membuat Ainun ketawa.

"Hihihi" suara tawa Ainun sambil menutup mulut.

"Gak boleh tertawa.. nah taksinya sudah datang" ucap Viona sambil menunjuk taksi yang sudah berhenti tidak jauh dari mereka berdua.

Viona dan Ainun sekarang sudah dalam mobil menuju dirumah.

Terpopuler

Comments

Ana Yulia

Ana Yulia

Viona di buat repot satu rumah

2023-12-09

2

Aerik_chan

Aerik_chan

Kalau nonis itu ndak bisa masuk masjid ya kak? serius nanya...

1 iklan buat kakak

2023-11-23

2

Dedlik Lik

Dedlik Lik

repot amat, cape bacanya

2023-10-24

3

lihat semua
Episodes
1 1. Kesibukan Viona
2 2. Ray dan Viona berkenalan
3 3. Diantar Pulang
4 4. Viona Cari Kerja
5 5. Lagi-lagi di Tolak
6 6. Bengkel
7 7. Awal Alan dan Viona Bertemu
8 8. Batal berangkat
9 9. Ulah Ray
10 10. Permata itu Viona
11 11. Saksi Bisu
12 12. Kita Berbeda
13 13. Benteng yang Tinggi
14 14. Viona Diundang
15 15. Marcelea dan orang tua Ray
16 16. Viona bertemu dengan orang tua Ray
17 17. Kode
18 18. Keberangkatan Orang Tua Ray
19 19. Merasa Diabaikan
20 20. Keceplosan
21 21. Salah Paham
22 22. Ceramah Singkat
23 23. Memutuskan untuk berhijab
24 24. Telepon dari Mami
25 25. Viona ditraktir
26 26. Jaket Hitam
27 27. Viona Kesal
28 28. Sambung Tiga
29 29. Jatuh cinta yang rumit
30 30. Bertamu
31 31. Saya Muslim Ray
32 32. Ke Restoran lagi
33 33. Eskrim favorit
34 34. Hypermart
35 35. Terhalang keyakinan
36 36. Foto
37 37. Wejangan keluarga
38 38. Rumah Sakit
39 39. Ujian Cinta
40 40. Kenapa Kita Berbeda?
41 41. Allah, Siapa Allah?
42 42. Ponakan Baru
43 43. Kecurigaan ibu Heti
44 44. Pertanyaan Ray
45 45. Tidak Mau Menyakiti
46 46. Mimpi
47 47. Belanja di pasar
48 48. Marah
49 49. Gara-gara Cincin
50 50. Mengembalikan cincin
51 51. Kerja sama
52 52. Rencana Awal
53 53. Viona Panik
54 54. Ray Membeli Cincin
55 55. Bagai Menelan Pil Pahit
56 56. Teringat Kenangan
57 57. Mencoba untuk Melupakan
58 58. Dinner
59 59. Ray Kembali
60 60. Berkedok Makan Malam
61 61. Harapan Pupus
62 62. Kembali ke Korea
63 63. Fitnah
64 64. Orang Asing
65 65. Ray Balik di Indonesia
66 66. Bersembunyi di ruang ganti
67 67. Menghadiri Undangan
68 68. Berusaha Tegar
69 69. Tetap Tersenyum
70 70. Ancaman
71 71. Butik Jadi Sasaran
72 72. Ketiduran di Butik
73 73. Merasa Aman
74 74. Gagal
75 75. Gertakan Mematikan
76 76. Kode untuk Viona
77 77. Minta Izin
78 78. Kedatangan Gladis
79 79. Menerima Karyawan Baru
80 80. Keputusan Orang Tua Ray
81 81. Viona Ngigau
82 82. Berusaha menjadi sahabat lagi
83 83. Marah teman setan
84 84. Pukulan dari Ahmad
85 85. Club lagi
86 86. Kepanikan Viona
87 87. Tingkah Viona
88 88. Melanggar Janji
89 89. Keegoisan orang tua Ray
90 90. Pamit
91 91. Anak Siapa?
92 92. Sama-sama Kecewa
93 93. Aku Bukan Pelakor
94 94. Bintang
95 95. Pernikahan Ray
96 96. Hadir diresepsi pernikahan
97 97. Kedatangan orang tua Ray di butik
98 98. Kembali dijodohkan
99 99. Lunch
100 100. Gladis Kesal
101 101. Suara Viona membahagiakan
102 102. Kerasukan Roh Jahat
103 103. Drama Gladis
104 104. Coblos duluan
105 105. Mulai Mencari Kebenaran
106 106. Secarik kertas
107 107. Mendadak Berubah
108 108. Gladis Manja
109 109. Amplop
110 110. Dia Benar-benar Menjauh
111 111. Hanya Viona
112 112. Gladis panik
113 113. Ray Mulai Akting
114 114. Bukan Jurus Kabur
115 115. Tertangkap basah
116 116. Menyusun Rencana
117 117. Firasat seorang ibu
118 118. Gagal
119 119. Kembali Menyusun Rencana
120 120. Belajar melupakan
121 121. Kepulangan Ahmad
122 122. Kebahagiaan Sesaat
123 123. Akibat Foto Tersebar
124 124. Kejahatan Mulai Terkuak
125 125. Pengakuan Gebi
126 126. Gladis
127 127. Olahraga Pagi
128 128. Pertemuan Alan, Ahmad dan Ray
129 129. Jaga Anak Kita
130 130. Pergi untuk selamanya
131 131. Kembali di Tolak
132 132. Nasehat Dari Alan
133 133. Makan Siang
134 134. Ketakutan Mami Ray
135 135. Menyesal
136 136. Seperti Monster
137 137. Tertangkap
138 138. Makan Malam Keluarga
139 139. Didikan Ibu yang Hebat
140 140. Kiblat Kami Berbeda
141 141. Jauhi Dia
142 142. Bukti kejahatan Gladis
143 143. Bagaikan Matahari dan Bulan
144 144. Wanita yang susah digapai
145 145. Viona dan Tiara
146 146. Sebenarnya Saling Membutuhkan
147 147. Teringat Masa Lalu
148 148. Ini Cara Terbaik
149 149. Kecewa
150 150. Hanya Datang, mungkin pergi lagi
151 151. Pamit & Janji
152 152. Khitbah?
153 153. Pikiranmu ternyata ditempat lain
154 154. Saran yang Bermanfaat
155 155. Habibati
156 156. Kembali Dinasehati
157 157. Bertiga Ke Butik
158 158. Nasehat dari Ina
159 159. Cukup Cinta dan Eskrim
160 160. Kesal
161 161. Terpaksa Jujur
162 162. Panik
163 163. Ragu Berakhir Kecewa
164 164. Maaf
165 165. Viona Minta Maaf
166 166. Ahmad Jadi Penyimak
Episodes

Updated 166 Episodes

1
1. Kesibukan Viona
2
2. Ray dan Viona berkenalan
3
3. Diantar Pulang
4
4. Viona Cari Kerja
5
5. Lagi-lagi di Tolak
6
6. Bengkel
7
7. Awal Alan dan Viona Bertemu
8
8. Batal berangkat
9
9. Ulah Ray
10
10. Permata itu Viona
11
11. Saksi Bisu
12
12. Kita Berbeda
13
13. Benteng yang Tinggi
14
14. Viona Diundang
15
15. Marcelea dan orang tua Ray
16
16. Viona bertemu dengan orang tua Ray
17
17. Kode
18
18. Keberangkatan Orang Tua Ray
19
19. Merasa Diabaikan
20
20. Keceplosan
21
21. Salah Paham
22
22. Ceramah Singkat
23
23. Memutuskan untuk berhijab
24
24. Telepon dari Mami
25
25. Viona ditraktir
26
26. Jaket Hitam
27
27. Viona Kesal
28
28. Sambung Tiga
29
29. Jatuh cinta yang rumit
30
30. Bertamu
31
31. Saya Muslim Ray
32
32. Ke Restoran lagi
33
33. Eskrim favorit
34
34. Hypermart
35
35. Terhalang keyakinan
36
36. Foto
37
37. Wejangan keluarga
38
38. Rumah Sakit
39
39. Ujian Cinta
40
40. Kenapa Kita Berbeda?
41
41. Allah, Siapa Allah?
42
42. Ponakan Baru
43
43. Kecurigaan ibu Heti
44
44. Pertanyaan Ray
45
45. Tidak Mau Menyakiti
46
46. Mimpi
47
47. Belanja di pasar
48
48. Marah
49
49. Gara-gara Cincin
50
50. Mengembalikan cincin
51
51. Kerja sama
52
52. Rencana Awal
53
53. Viona Panik
54
54. Ray Membeli Cincin
55
55. Bagai Menelan Pil Pahit
56
56. Teringat Kenangan
57
57. Mencoba untuk Melupakan
58
58. Dinner
59
59. Ray Kembali
60
60. Berkedok Makan Malam
61
61. Harapan Pupus
62
62. Kembali ke Korea
63
63. Fitnah
64
64. Orang Asing
65
65. Ray Balik di Indonesia
66
66. Bersembunyi di ruang ganti
67
67. Menghadiri Undangan
68
68. Berusaha Tegar
69
69. Tetap Tersenyum
70
70. Ancaman
71
71. Butik Jadi Sasaran
72
72. Ketiduran di Butik
73
73. Merasa Aman
74
74. Gagal
75
75. Gertakan Mematikan
76
76. Kode untuk Viona
77
77. Minta Izin
78
78. Kedatangan Gladis
79
79. Menerima Karyawan Baru
80
80. Keputusan Orang Tua Ray
81
81. Viona Ngigau
82
82. Berusaha menjadi sahabat lagi
83
83. Marah teman setan
84
84. Pukulan dari Ahmad
85
85. Club lagi
86
86. Kepanikan Viona
87
87. Tingkah Viona
88
88. Melanggar Janji
89
89. Keegoisan orang tua Ray
90
90. Pamit
91
91. Anak Siapa?
92
92. Sama-sama Kecewa
93
93. Aku Bukan Pelakor
94
94. Bintang
95
95. Pernikahan Ray
96
96. Hadir diresepsi pernikahan
97
97. Kedatangan orang tua Ray di butik
98
98. Kembali dijodohkan
99
99. Lunch
100
100. Gladis Kesal
101
101. Suara Viona membahagiakan
102
102. Kerasukan Roh Jahat
103
103. Drama Gladis
104
104. Coblos duluan
105
105. Mulai Mencari Kebenaran
106
106. Secarik kertas
107
107. Mendadak Berubah
108
108. Gladis Manja
109
109. Amplop
110
110. Dia Benar-benar Menjauh
111
111. Hanya Viona
112
112. Gladis panik
113
113. Ray Mulai Akting
114
114. Bukan Jurus Kabur
115
115. Tertangkap basah
116
116. Menyusun Rencana
117
117. Firasat seorang ibu
118
118. Gagal
119
119. Kembali Menyusun Rencana
120
120. Belajar melupakan
121
121. Kepulangan Ahmad
122
122. Kebahagiaan Sesaat
123
123. Akibat Foto Tersebar
124
124. Kejahatan Mulai Terkuak
125
125. Pengakuan Gebi
126
126. Gladis
127
127. Olahraga Pagi
128
128. Pertemuan Alan, Ahmad dan Ray
129
129. Jaga Anak Kita
130
130. Pergi untuk selamanya
131
131. Kembali di Tolak
132
132. Nasehat Dari Alan
133
133. Makan Siang
134
134. Ketakutan Mami Ray
135
135. Menyesal
136
136. Seperti Monster
137
137. Tertangkap
138
138. Makan Malam Keluarga
139
139. Didikan Ibu yang Hebat
140
140. Kiblat Kami Berbeda
141
141. Jauhi Dia
142
142. Bukti kejahatan Gladis
143
143. Bagaikan Matahari dan Bulan
144
144. Wanita yang susah digapai
145
145. Viona dan Tiara
146
146. Sebenarnya Saling Membutuhkan
147
147. Teringat Masa Lalu
148
148. Ini Cara Terbaik
149
149. Kecewa
150
150. Hanya Datang, mungkin pergi lagi
151
151. Pamit & Janji
152
152. Khitbah?
153
153. Pikiranmu ternyata ditempat lain
154
154. Saran yang Bermanfaat
155
155. Habibati
156
156. Kembali Dinasehati
157
157. Bertiga Ke Butik
158
158. Nasehat dari Ina
159
159. Cukup Cinta dan Eskrim
160
160. Kesal
161
161. Terpaksa Jujur
162
162. Panik
163
163. Ragu Berakhir Kecewa
164
164. Maaf
165
165. Viona Minta Maaf
166
166. Ahmad Jadi Penyimak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!