2. Ray dan Viona berkenalan

"Kak paper bag tadi gak ada di mesjid" ucap Marcelea memberitahu suaminya.

"Sudah dicari?" Tanya Rifal.

"Sudah kak. Aku suruh adik sepupu aku yang cari, tapi katanya gak ada" jelas Marcelea lagi.

"Nanti beli yang baru kalau gitu... Yang hilang ikhlaskan" Ucap Rifal lagi yang diangguki oleh Marcelea.

Marcelea memeluk suaminya "Makasih ya kak" Ucapnya dengan tulus dalam pelukan suaminya itu dan Rifal langsung mengusap punggung istri sambil berkata.

"Sama-sama, sudah sepantasnya suami mengingatkan istrinya" Ucap sembari senyum.

"Iya kak" Jawab Marcelea.

"Opsss" Ucap Yesi yang tidak sengaja melihat pengantin baru yang masih berpelukan lalu spontan ia menutup kembali pintu kamar sambil mengomel diluar kamar.

"Dasar pengantin baru, apa gak bisa peluk-pelukannya nanti saja" Kesal Yesi.

Rifal mendengar ocehan kakaknya itu langsung jalan menghampiri pintu kamar dan membukanya kembali lalu bersuara.

"Makanya panggil ayah Ainun pulang, jangan hanya urus negara, anak dan istri butuh perhatian juga" ucapnya dengan sedikit lantang.

"Heee.. suamiku tugasnya mulia. Dafa memastikan negara aman supaya istri dan anaknya aman tentram dan damai disini" jawab Yesi tidak mau kalah.

"Tapi rindu kan kak?" Tanya Rifal lagi sambil cekikikan berhasil menggoda kakaknya itu.

"Rindu itu lumrah pagi pasang suami istri" Jawabnya lagi tidak mau kalah dari sang adik.

"Iya.. iya kak, Rifal ngalah aja" Jawab Rifal.

Marcelea menghampiri suaminya yang berada di ambang pintu itu.

"Jangan seperti itu" larangnya.

Rifal menghadap ke istrinya itu lalu, "panggil abang".

Yesi mendengar itu langsung pergi meninggalkan kamar sang adik yang baru saja ganti status.

Rifal dan Marcelea pun istrahat sejenak sebelum tukang rias datang untuk resepsi nanti malam.

Flashback

Marcelea ini melakukan resepsi di keluarga Rifal suaminya bukan dikeluarkannya karena dia seorang mualaf berserta kedua orang tuanya dan memilih pindah kota demi menjaga agama mereka. Meskipun keluarga besar mereka menerima keputusan keluarga Marcelea, namun orang tuanya tetap kekeh pindah untuk belajar lebih banyak tentang islam karena tempat tinggal mereka sebelumnya mayoritas Kristen dan selain itu rumah mereka jauh dengan mesjid.

Kepindahan orang tua Marcelea ini lah sehingga tidak bisa menghadiri akad nikahnya, tapi itu tidak membuat Marcelea sedih karena ibunya berjanji akan datang dalam waktu dekat.

Keluarga Marcelea termasuk keluarga terpandang di kota mereka, sehingga sangat mudah untuk pindah kota bagi mereka. Beruntungnya Marcelea mengenal sepupunya karena sering berkunjung dirumahnya dulu dan bahkan mereka sering bermain bersama karena umur mereka bertaut tidak begitu jauh sehingga tidak begitu sulit untuk mereka saling akrab.

Flashback off

Viona baru sampai rumah dengan menggendong ponakannya yang tertidur terdengar jelas deru napasnya yang teratur.

"Assalamualaikum mam, kakak buka pintunya" Teriak Viona pelan dibalik pintu itu agar ponakannya tidak terbangun akibat suaranya.

Dengan cepat ibu Heti, menghampiri pintu dan membukanya sembari menjawab salam.

"Wa'alaikumussalam.. Ainun tidurnya pulas bangat.. sudah cocok" Ucapan ibu Heti, bermaksud memuji tapi karena Viona kecapean ditambah lama menunggu di teras mesjid dan sekarang menggendong ponakannya itu karena ia ketiduran, rasa capek Viona sangat dobel hari ini.

Viona tanpa menjawab gurauan ibunya itu langsung jalan menuju kamar Yesi. Setiba disana tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu langsung masuk merebahkan ponakannya dengan pelan.

"Aahaa" membuang napas sambil menutup ponakannya dengan selimut sebatas dada.

Siang hari yang begitu panas membuat seisi rumah tidak berdaya untuk terus menunggu waktu resepsi selain istrahat sejenak sambil merebahkan badan untuk melepas lelah.

Viona pun tidak kalah lelahnya, ia pulang balik mesjid dengan ponakannya.

Viona saat ini lagi selonjoran diatas tempat tidur sambil bersenandung ria dengan jari-jarinya yang terus mengantarnya untuk berkunjung ke medsosnya.

"Semua gambar di Instagram story menikah" gumam Viona dan kembali membuka Facebook, "ini lagi, teman angkatan sudah nikah juga" sambungnya lagi.

Viona mulai bosan, ia menyingkirkan ponselnya dan berpindah tempat, tepat diatas meja samping tempat tidurnya.

Viona mulai memejamkan mata, ia baru kali ini tidur siang agar saat resepsi kakaknya Rifal terlihat segar.

Waktu begitu cepat berlalu, sekarang tukang rias sudah datang untuk make over Marcelea. Tukang rias langsung ke ruang yang sudah di arahkan oleh keluarga yang tidak lain adalah Yesi.

Pukul 6 sore, semua sudah siap. Karena jam 7 malam tamu undangan akan mulai berdatangan dan tempat resepsi sedikit jauh dengan rumah, maka mereka memutuskan untuk berangkat pas jam 6.

Semua sudah masuk mobil, tiba-tiba ibu Heti merasa ada yang kurang dalam mobil

"Viona" gumamnya.

"Kenapa mam?" Tanya Yesi.

"Viona masih didalam" Ucapnya sambil jalan dengan buru-buru masuk dalam rumah dan menuju kamar Viona.

"Viona, sudah siap belum.. mama udah mau jalan ni!!" Ucapnya sedikit teriak sambil mengetuk pintu.

Tampak tidak terusik sekalipun, ia malah merubah posisinya dengan menghadap membelakangi pintu kamar.

"Viona, banguuuunnn" Ucap ibu Heti sambil memainkan handel pintu agar Viona bisa dengar.

Viona pun bangun dengan mata yang ia coba untuk membukanya selebar mungkin tapi namanya dikuasai rasa kantuk itu hanya sia-sia. Ia jalan dengan sesekali membuka mata sampai depan pintu langsung membuka pintu dan bertanya pada ibunya.

"Mam, ada apa?, Viona masih ngantuk nih" Ujarnya sambil bersandar di kusen pintu kamar.

"Ini udah mau malam Viona, siap-siap ke resepsi Rifal" perintah ibu Heti lalu ia pergi.

Viona menangkap ucapan ibunya itu, "Haaa.. resepsi.. oohhh iya hari ini kan pernikahan kak Rifal" Ucapnya sambil menepuk jidat.

Rasa kantuk Viona seketika hilang, dengan cepat mencari handuk dan mandi. Biasanya ritual mandi Viona begitu lama tapi kali ini ia mandi dengan gerakan cepat, tidak ada kata luluran ataupun rendaman di bat hub. Kali ini ia menggunakan gerakan lima menit sudah selesai mandi.

Dengan buru-buru Viona memakai baju pesta dengan warna ya yang sama dengan keluarga. Baju mereka warnanya senada dengan keluarga Marcelea.

"Alhamdulillah, rambut oke.. terus heels juga, oke saatnya jalan" Ujar Viona lalu ia keluar menuju dimana keluarganya sudah menunggu diruang tengah.

Dengan gaya gemulainya Viona jalan menuju dimana keluarganya menunggu.

"Assalamualaikum semuanya, apa aku sudah cantik seperti kak Marcelea?" Tanya Viona sambil melihat keluarganya satu persatu minta pendapat.

"Mungkin dari mama tercinta, saya persilahkan" Ujar Viona lagi sembari senyum.

Tapi bukan mendapatkan seperti yang ia ucapkan dari mamanya melainkan dijewer.

"Aoww mam.. sakit" Ujar Viona pura-pura mengusap telinganya.

Ibu Heti melepaskan tangannya ditelinga putrinya itu, "makanya, kami sudah menunggu lama, datang-datang minta pendapat. Tau gak kami ini sudah dalam mobil hanya kembali masuk rumah gara-gara kamu belum siap-siap. Bukan pengantin yang ditunggu melainkan kamu".

"Ya elah mam, gitu aja udah marah-marah, telinga saya hampir putus.. ingat lho mam cucu baru satu" Ujar Viona lagi lalu ia lari meninggalkan keluarganya menuju mobil.

"Aku duluan yaa" teriak Viona dari halaman rumah. Viona sengaja duluan agar ibunya tidak mengomel lebih lama lagi.

"Ayo sayang" Ajak ibu Heti pada Marcelea.

Mereka ke hotel tempat resepsi menggunakan 3 mobil, satu mobil untuk pengantin baru dan dua mobilnya untuk keluarga besar dua belah pihak.

Dalam mobil Viona tidak tinggal diam, ia bersenandung ria yang membuat ibunya kembali bersuara.

"Viona coba jangan menyanyi suara kamu lebih bagus kalau diam" ujarnya yang membuat Yesi langsung menutup mulutnya menahan tawa sedangkan Ainun malah ketawa sambil meledek bibinya itu.

"Hahaha.. bibi Viona jelek suaranya ya nek?" Tanya Ainun pada neneknya namun matanya ke arah Viona yang lagi drive.

"Huu..mmm, sayang. Jangan seperti tante Viona yaa" ibu Heti mengingatkan cucunya, tapi tidak sadar menjatuhkan anaknya sendiri.

"Ya elah mam, jangan gitu dong, seperti aku gak ada bagus-bagusnya menyanyi padahal dulu aku sudah belajar menyanyi masih dalam buaian" Jawabnya asal yang membuat ibu heti memukul kepala Viona menggunakan dompet pestanya.

"Aaoww mam" ujar Viona lagi.

"Makanya, lihat tu jalan.. nanti kita kenapa-napa" ibu Heti mengingatkan anak bungsunya itu yang direspon dengan anggukan.

20 menit kemudian sampai di gedung yang diadakan resepsi kakaknya itu. Rifal yang sudah sampai duluan yang sudah ditunggu oleh keluarga Marcelea.

Marcelea dikagetkan dengan kedua orang tuanya yang katanya tidak datang tapi ternyata dalam waktu dekat yang dimaksud kedua orang tuanya adalah malam resepsi.

Marcelea terharu dan rasa syukur ia terus panjatkan dalam hati sambil jalan menuju tempat untuk menerima undangan.

Rifal dan Marcelea menerima tamu undangan yang begitu ramai berdatangan. Rifal dan Marcelea sesekali duduk kalau tidak ada waktu luang sedikit.

"Kenapa Lea?" Tanya Rifal melihat istrinya itu yang memijat betisnya sendiri.

"Capek bang, betis aku sakit" adunya pada suaminya.

"Istrahat saja kalau gitu, Abang saja yang berdiri"

"Ehh.. jangan bang, gak enak sama tamu" jawab Marcelea dengan cepat yang dibalas oleh Rifal seulas senyum hangat untuk istrinya.

Waktu begitu lambat rasanya berputar, sedangkan Rifal dan Marcelea masih menerima tamu yang terus berdatangan tidak ada henti-hentinya.

Viona sudah mulai menguap, matanya sudah tidak mampu ia kondisikan lagi seakan ingin terpejam dan kelopak mata seakan mau menutupi bola mata pemiliknya itu.

Viona lagi-lagi menguap dan menoleh kesamping melihat ponakannya yang terus makan tanpa henti.

"Ya Allah sayang, sudah makannya" larang Viona. Ia takut jika Ainun akan merepotkannya seperti tadi siang.

Ainun berhenti makan setelah mendengar ucapan bibinya.

"Bibi, mama mana?" Tanya Ainun.

"Sssttt" Viona menempelkan jarinya dibibir lalu ia lanjut, "kakak Viona" sambungnya mengingatkan.

Sedangkan dari jauh ada tamu yang datang sendiri, sebelum duduk ia langsung menghampiri pengantin dulu.

"Selamat kak Marcel dan suami, bahagia ya" Ucapnya dengan senyum.

Marcelea menjawab sembari celingak-celinguk mencari seseorang.

"Makasih yaa.. Tante dan om mana, gak datang?" Tanya Marcelea.

"Mami dan papi menetap di Korea sekarang, katanya hanya sekali-kali kesini" jawabnya lagi.

"Ohh.. bang ini sepupu Lea namanya Alex" ucap Marcelea dan Alex pun senyum kepada Rifal begitupun sebaliknya.

"Kak Marcel tamu sudah ngantri, bahagia selalu ya kak" Ucap Alex Ray Farendra Manullang itu lalu ia pergi menuju kursi yang sudah tersedia untuk tamu undangan.

Baru duduk ia sudah dicuri perhatiannya oleh anak kecil yang ia pernah lihat di mesjid tadi siang.

"Kakak Viona, mau ke toilet" ucap Ainun.

"Sayang, panggil mama aja yaa" bujuk Viona.

Saat ini Viona malas untuk melangkah ke toilet sekalipun.

"Mama lagi cerita" ujar Ainun lagi.

"Sayang...." Ucap Viona terhenti setelah melihat didepan mereka ada laki-laki yang memperhatikan mereka berdua saat ini.

"Ada apa ya pak?" Tanya Viona.

"Kasian anaknya mau ke toilet, kenapa gak diantar?" Tanya Alex tersebut sambil menaikkan alisnya itu tanpa senyum sedikit pun diwajahnya.

"What... Anak?.. katarak matanya ini orang" batin Viona.

Viona bangkit dari duduknya sambil menghela napas seperti tertahan, lalu mengulurkan tangannya tanpa malu sedikit pun.

"Perkenalkan nama saya Ghaidah Viona Syafiyah dipanggil Viona dan ini ponakan saya namanya Ainun Bahirah" Ucap Viona.

Laki-laki yang ada didepannya itu hanya senyum lalu menyambut tangan Viona.

"Aku Ray" jawabnya singkat, "aku kira tadi anaknya" sambungnya lagi sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Gak masalah, santai aja" ucap Viona tidak mempermasalahkan ucapan Ray.

"Maaf ya" ucapnya merasa bersalah.

"Santai aja" Ucap Viona lagi sambil mengibaskan tangannya didepan tanda ia tidak permasalahkan hal tadi.

"Terima kasih, kalau gitu aku kembali ke kursi" pamitnya dan kembali duduk.

Sedangkan Viona dan Ainun lanjut jalan ke toilet karena Ainun sudah kebelet, akhirnya mereka sedikit lari agar cepat sampai.

5 menit kemudian mereka kembali dan Ray sudah duduk di salah satu kursi dimeja Viona dan Ainun.

"Lho.." Ucap Viona kaget sambil menunjuk Ray.

"Ohh aku sengaja duduk disini. Aku disini sendiri gak ada yang aku kenal, jadi bisa gak aku gabung sama kalian?" Tanya Ray dengan hati-hati dan Viona mulai berpikir untuk mengizinkan orang yang baru ia kenal.

Ray menyadari itu, langsung mengurungkan niatnya, "maaf kalau gak bisa, aku kembali saja"

"Eehh.. gak masalah kok, silahkan duduk. Kebetulan aku disini hanya berdua dengan Ainun.. iya kan sayang?" Tanya Viona pada ponakannya itu yang diangguki cepat oleh anak kecil itu.

"Berapa bersaudara kok sudah punya ponakan?" Tanya Ray ingin tau.

"Tiga, aku bungsu. Satu laki-laki dan dua perempuan" jawab Viona lagi, "Kamu?" Sambung Viona mencoba akrab.

"Sendiri" Jawabnya singkat.

"Sunyi dong om?" Timpal Ainun.

"Iya sayang, gak apa-apa kan aku panggil ponakan mu dengan panggilan sayang?" Tanya Ray lagi.

Viona mengangguk pelan, "iya gak apa-apa".

Viona, Ainun dan Ray duduk bertiga sambil cerita sedangkan para tamu undangan sudah mulai berkurang.

Ainun mulai mengantuk, "kakak, Ainun ngantuk" ujarnya sambil mengucek matanya.

"Aduh, gimana nih.. mana mama dan kak Yesi masih sibuk" gumam Viona kebingungan.

Ray menawarkan dirinya, "aku antar, kasian Ainun sudah mengantuk".

Viona berpikir sejenak, sebenarnya tidak enak mau diantar orang yang baru dikenal tapi melihat ponakannya ia kasihan dan jalan satu-satunya harus pulang sekarang.

"Gimana?" Tanya Ray lagi setelah melihat Viona diam.

"Iya" Jawab Viona lalu menggendong Ainun itu menuju parkiran.

Viona pulang tanpa pamit sama keluarga, Rifal melihat adik dan ponakannya itu keluar dari gedung hanya menatapnya tak mampu untuk menghalangi ataupun memanggil.

Marcelea menyadari sorotan mata suaminya itu, "Viona sepertinya pulang bang, Ainun ketiduran tuh" Ucap Marcelea.

"Kak, aku pulang dulu yaa" pamit Ray yang biasa dipanggil Alex oleh Marcelea.

"Cepatnya dek?" Tanya Marcelea.

"Udah ngantuk kak" kilahnya lalu ia pergi.

Rifal yang melihat itu hanya mengerutkan keningnya dan dihatinya berbisik, lupa beri salam" batinnya.

Semua kembali seperti semula, dimana pengantin baru menerima tamu undangan sedangkan kedua keluarga mempelai wanita dan laki-laki ada disitu juga.

Terpopuler

Comments

Ana Yulia

Ana Yulia

semoga Viona dan Ray berjodoh

2023-12-09

2

Aerik_chan

Aerik_chan

1 iklan buat si pengantin.....

2023-11-25

1

Sena judifa

Sena judifa

salam dr muara cinta kita thor, like fav dan rate 5 mendarat

2023-09-23

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kesibukan Viona
2 2. Ray dan Viona berkenalan
3 3. Diantar Pulang
4 4. Viona Cari Kerja
5 5. Lagi-lagi di Tolak
6 6. Bengkel
7 7. Awal Alan dan Viona Bertemu
8 8. Batal berangkat
9 9. Ulah Ray
10 10. Permata itu Viona
11 11. Saksi Bisu
12 12. Kita Berbeda
13 13. Benteng yang Tinggi
14 14. Viona Diundang
15 15. Marcelea dan orang tua Ray
16 16. Viona bertemu dengan orang tua Ray
17 17. Kode
18 18. Keberangkatan Orang Tua Ray
19 19. Merasa Diabaikan
20 20. Keceplosan
21 21. Salah Paham
22 22. Ceramah Singkat
23 23. Memutuskan untuk berhijab
24 24. Telepon dari Mami
25 25. Viona ditraktir
26 26. Jaket Hitam
27 27. Viona Kesal
28 28. Sambung Tiga
29 29. Jatuh cinta yang rumit
30 30. Bertamu
31 31. Saya Muslim Ray
32 32. Ke Restoran lagi
33 33. Eskrim favorit
34 34. Hypermart
35 35. Terhalang keyakinan
36 36. Foto
37 37. Wejangan keluarga
38 38. Rumah Sakit
39 39. Ujian Cinta
40 40. Kenapa Kita Berbeda?
41 41. Allah, Siapa Allah?
42 42. Ponakan Baru
43 43. Kecurigaan ibu Heti
44 44. Pertanyaan Ray
45 45. Tidak Mau Menyakiti
46 46. Mimpi
47 47. Belanja di pasar
48 48. Marah
49 49. Gara-gara Cincin
50 50. Mengembalikan cincin
51 51. Kerja sama
52 52. Rencana Awal
53 53. Viona Panik
54 54. Ray Membeli Cincin
55 55. Bagai Menelan Pil Pahit
56 56. Teringat Kenangan
57 57. Mencoba untuk Melupakan
58 58. Dinner
59 59. Ray Kembali
60 60. Berkedok Makan Malam
61 61. Harapan Pupus
62 62. Kembali ke Korea
63 63. Fitnah
64 64. Orang Asing
65 65. Ray Balik di Indonesia
66 66. Bersembunyi di ruang ganti
67 67. Menghadiri Undangan
68 68. Berusaha Tegar
69 69. Tetap Tersenyum
70 70. Ancaman
71 71. Butik Jadi Sasaran
72 72. Ketiduran di Butik
73 73. Merasa Aman
74 74. Gagal
75 75. Gertakan Mematikan
76 76. Kode untuk Viona
77 77. Minta Izin
78 78. Kedatangan Gladis
79 79. Menerima Karyawan Baru
80 80. Keputusan Orang Tua Ray
81 81. Viona Ngigau
82 82. Berusaha menjadi sahabat lagi
83 83. Marah teman setan
84 84. Pukulan dari Ahmad
85 85. Club lagi
86 86. Kepanikan Viona
87 87. Tingkah Viona
88 88. Melanggar Janji
89 89. Keegoisan orang tua Ray
90 90. Pamit
91 91. Anak Siapa?
92 92. Sama-sama Kecewa
93 93. Aku Bukan Pelakor
94 94. Bintang
95 95. Pernikahan Ray
96 96. Hadir diresepsi pernikahan
97 97. Kedatangan orang tua Ray di butik
98 98. Kembali dijodohkan
99 99. Lunch
100 100. Gladis Kesal
101 101. Suara Viona membahagiakan
102 102. Kerasukan Roh Jahat
103 103. Drama Gladis
104 104. Coblos duluan
105 105. Mulai Mencari Kebenaran
106 106. Secarik kertas
107 107. Mendadak Berubah
108 108. Gladis Manja
109 109. Amplop
110 110. Dia Benar-benar Menjauh
111 111. Hanya Viona
112 112. Gladis panik
113 113. Ray Mulai Akting
114 114. Bukan Jurus Kabur
115 115. Tertangkap basah
116 116. Menyusun Rencana
117 117. Firasat seorang ibu
118 118. Gagal
119 119. Kembali Menyusun Rencana
120 120. Belajar melupakan
121 121. Kepulangan Ahmad
122 122. Kebahagiaan Sesaat
123 123. Akibat Foto Tersebar
124 124. Kejahatan Mulai Terkuak
125 125. Pengakuan Gebi
126 126. Gladis
127 127. Olahraga Pagi
128 128. Pertemuan Alan, Ahmad dan Ray
129 129. Jaga Anak Kita
130 130. Pergi untuk selamanya
131 131. Kembali di Tolak
132 132. Nasehat Dari Alan
133 133. Makan Siang
134 134. Ketakutan Mami Ray
135 135. Menyesal
136 136. Seperti Monster
137 137. Tertangkap
138 138. Makan Malam Keluarga
139 139. Didikan Ibu yang Hebat
140 140. Kiblat Kami Berbeda
141 141. Jauhi Dia
142 142. Bukti kejahatan Gladis
143 143. Bagaikan Matahari dan Bulan
144 144. Wanita yang susah digapai
145 145. Viona dan Tiara
146 146. Sebenarnya Saling Membutuhkan
147 147. Teringat Masa Lalu
148 148. Ini Cara Terbaik
149 149. Kecewa
150 150. Hanya Datang, mungkin pergi lagi
151 151. Pamit & Janji
152 152. Khitbah?
153 153. Pikiranmu ternyata ditempat lain
154 154. Saran yang Bermanfaat
155 155. Habibati
156 156. Kembali Dinasehati
157 157. Bertiga Ke Butik
158 158. Nasehat dari Ina
159 159. Cukup Cinta dan Eskrim
160 160. Kesal
161 161. Terpaksa Jujur
162 162. Panik
163 163. Ragu Berakhir Kecewa
164 164. Maaf
165 165. Viona Minta Maaf
166 166. Ahmad Jadi Penyimak
167 167. Kita Sahabatan Udah Lama
Episodes

Updated 167 Episodes

1
1. Kesibukan Viona
2
2. Ray dan Viona berkenalan
3
3. Diantar Pulang
4
4. Viona Cari Kerja
5
5. Lagi-lagi di Tolak
6
6. Bengkel
7
7. Awal Alan dan Viona Bertemu
8
8. Batal berangkat
9
9. Ulah Ray
10
10. Permata itu Viona
11
11. Saksi Bisu
12
12. Kita Berbeda
13
13. Benteng yang Tinggi
14
14. Viona Diundang
15
15. Marcelea dan orang tua Ray
16
16. Viona bertemu dengan orang tua Ray
17
17. Kode
18
18. Keberangkatan Orang Tua Ray
19
19. Merasa Diabaikan
20
20. Keceplosan
21
21. Salah Paham
22
22. Ceramah Singkat
23
23. Memutuskan untuk berhijab
24
24. Telepon dari Mami
25
25. Viona ditraktir
26
26. Jaket Hitam
27
27. Viona Kesal
28
28. Sambung Tiga
29
29. Jatuh cinta yang rumit
30
30. Bertamu
31
31. Saya Muslim Ray
32
32. Ke Restoran lagi
33
33. Eskrim favorit
34
34. Hypermart
35
35. Terhalang keyakinan
36
36. Foto
37
37. Wejangan keluarga
38
38. Rumah Sakit
39
39. Ujian Cinta
40
40. Kenapa Kita Berbeda?
41
41. Allah, Siapa Allah?
42
42. Ponakan Baru
43
43. Kecurigaan ibu Heti
44
44. Pertanyaan Ray
45
45. Tidak Mau Menyakiti
46
46. Mimpi
47
47. Belanja di pasar
48
48. Marah
49
49. Gara-gara Cincin
50
50. Mengembalikan cincin
51
51. Kerja sama
52
52. Rencana Awal
53
53. Viona Panik
54
54. Ray Membeli Cincin
55
55. Bagai Menelan Pil Pahit
56
56. Teringat Kenangan
57
57. Mencoba untuk Melupakan
58
58. Dinner
59
59. Ray Kembali
60
60. Berkedok Makan Malam
61
61. Harapan Pupus
62
62. Kembali ke Korea
63
63. Fitnah
64
64. Orang Asing
65
65. Ray Balik di Indonesia
66
66. Bersembunyi di ruang ganti
67
67. Menghadiri Undangan
68
68. Berusaha Tegar
69
69. Tetap Tersenyum
70
70. Ancaman
71
71. Butik Jadi Sasaran
72
72. Ketiduran di Butik
73
73. Merasa Aman
74
74. Gagal
75
75. Gertakan Mematikan
76
76. Kode untuk Viona
77
77. Minta Izin
78
78. Kedatangan Gladis
79
79. Menerima Karyawan Baru
80
80. Keputusan Orang Tua Ray
81
81. Viona Ngigau
82
82. Berusaha menjadi sahabat lagi
83
83. Marah teman setan
84
84. Pukulan dari Ahmad
85
85. Club lagi
86
86. Kepanikan Viona
87
87. Tingkah Viona
88
88. Melanggar Janji
89
89. Keegoisan orang tua Ray
90
90. Pamit
91
91. Anak Siapa?
92
92. Sama-sama Kecewa
93
93. Aku Bukan Pelakor
94
94. Bintang
95
95. Pernikahan Ray
96
96. Hadir diresepsi pernikahan
97
97. Kedatangan orang tua Ray di butik
98
98. Kembali dijodohkan
99
99. Lunch
100
100. Gladis Kesal
101
101. Suara Viona membahagiakan
102
102. Kerasukan Roh Jahat
103
103. Drama Gladis
104
104. Coblos duluan
105
105. Mulai Mencari Kebenaran
106
106. Secarik kertas
107
107. Mendadak Berubah
108
108. Gladis Manja
109
109. Amplop
110
110. Dia Benar-benar Menjauh
111
111. Hanya Viona
112
112. Gladis panik
113
113. Ray Mulai Akting
114
114. Bukan Jurus Kabur
115
115. Tertangkap basah
116
116. Menyusun Rencana
117
117. Firasat seorang ibu
118
118. Gagal
119
119. Kembali Menyusun Rencana
120
120. Belajar melupakan
121
121. Kepulangan Ahmad
122
122. Kebahagiaan Sesaat
123
123. Akibat Foto Tersebar
124
124. Kejahatan Mulai Terkuak
125
125. Pengakuan Gebi
126
126. Gladis
127
127. Olahraga Pagi
128
128. Pertemuan Alan, Ahmad dan Ray
129
129. Jaga Anak Kita
130
130. Pergi untuk selamanya
131
131. Kembali di Tolak
132
132. Nasehat Dari Alan
133
133. Makan Siang
134
134. Ketakutan Mami Ray
135
135. Menyesal
136
136. Seperti Monster
137
137. Tertangkap
138
138. Makan Malam Keluarga
139
139. Didikan Ibu yang Hebat
140
140. Kiblat Kami Berbeda
141
141. Jauhi Dia
142
142. Bukti kejahatan Gladis
143
143. Bagaikan Matahari dan Bulan
144
144. Wanita yang susah digapai
145
145. Viona dan Tiara
146
146. Sebenarnya Saling Membutuhkan
147
147. Teringat Masa Lalu
148
148. Ini Cara Terbaik
149
149. Kecewa
150
150. Hanya Datang, mungkin pergi lagi
151
151. Pamit & Janji
152
152. Khitbah?
153
153. Pikiranmu ternyata ditempat lain
154
154. Saran yang Bermanfaat
155
155. Habibati
156
156. Kembali Dinasehati
157
157. Bertiga Ke Butik
158
158. Nasehat dari Ina
159
159. Cukup Cinta dan Eskrim
160
160. Kesal
161
161. Terpaksa Jujur
162
162. Panik
163
163. Ragu Berakhir Kecewa
164
164. Maaf
165
165. Viona Minta Maaf
166
166. Ahmad Jadi Penyimak
167
167. Kita Sahabatan Udah Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!