Hari yang membawa keberuntungan bagi sebagian makhluk bumi, tapi bagi Viona hari ini biasa saja baginya. Tidak ada keberuntungan berpihak padanya.
Sinar matahari mulai mencekam seakan tidak mau melepas kepada siapa yang ia sinari sekalipun ia bersembunyi dalam goa.
Dibawah sinar itu Viona berjalan kaki dari satu perusahaan ke perusahaan lain karena jarak perusahaan yang dituju kebetulan berdekatan, dan lagi-lagi Viona ditolak dengan alasan yang sama belum punya pengalaman kerja.
"Lagi-lagi ditolak gara-gara gak punya pengalaman, hhmmm" Batinnya dengan lesu.
Viona kembali menghampiri Yesi dalam mobil, harapan kembali pupus untuk jadi pegawai kantoran. Viona bersandar di jok mobil sembari memejamkan mata sejenak karena rasa lelah dari pagi sampai siang tidak membuahkan hasil.
Yesi tanpa bertanya kembali membawa mobilnya dan kali ini mengarahkan mobilnya di sebuah restoran untuk mengisi perut kosong yang sejak tadi memanggil untuk segera diisi.
10 menit melewati jalanan kota yang ramai, sampailah mereka di restoran yang mereka tuju. Yesi dan Viona turun dari mobil dan masuk di dalam.
Yesi melambaikan tangan memanggil waiters, waiters datang dengan daftar menu ditangannya.
"Aku ice lemon tea" pesan Viona.
"Aku white coffea aja" pesan Yesi.
Viona mengerutkan kening heran mendengar pesanan kakaknya yang begitu simpel tanpa embel-embel makanan sebagai teman kopinya itu.
"Kenapa hanya white coffea kak?" Tanya Viona setelah waiters pergi
"Kakak butuh tenaga dan mata yang terus on untuk mengantar mu mencari pekerjaan" jawab Yesi lagi yang membuat Viona seketika ketawa.
"Ya elah kak. Aku saja capek, mungkin besok lagi"
Viona memberitahu kakaknya itu membuat Yesi menghela napas sambil meminum kopinya yang baru saja dibawa.
"Ini kamu masukkan berkas atau interview?" tanya Yesi penasaran kepada adiknya itu. Karena hari ini hanya mengantar di manapun Viona mengarahkannya.
"Dua-duanya kak Yesi. Adik sendiri masa gak tau" Gumam Viona dan itu tidak didengar oleh Yesi.
"Terima kasih ya" Ucap Yesi kepada waiters yang membawa minuman mereka.
"Sama-sama mbak" Jawabnya lalu ia pergi.
Minuman itu tidak membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga langsung tandas seketika. Rasa segar masih terasa di tenggorokan keduanya yang membuat sang empunya senyum karena kembali disegarkan dengan segelas minuman tadi.
Viona merasa menyesal telah mengatakan kalau dirinya besok baru cari pekerjaan, sekarang badannya kembali segar seperti di pagi hari dan tenaganya seakan kembali terisi penuh.
"Apa kak Yesi mau ya" batin Viona.
Yesi kembali dari kasir membayar harga minuman mereka tadi.
"Ayo pulang, Ainun sudah menunggu" ujar Yesi lalu ia jalan duluan menuju parkiran diikuti oleh Viona.
Viona jalan sambil memperhatikan ponselnya untuk cek tinggal berapa perusahaan lagi yamg buka lowongan yang belum ia datangi.
"Viona" tegur orang yang berada disampingnya itu.
Viona seketika menoleh ke sumber suaran, "Ray" ucapnya kaget sambil menunjuk Ray.
"Mau pulang?" Tanya Ray.
"Iya nih" Jawab Viona, "aku pergi ya, assalamualaikum" sambung Viona sambil melambaikan tangan dan berlalu pergi menuju mobil kakaknya.
"Wa'alaikumussalam" jawab Ray dengan pelan, ucapan itu begitu berat baginya.
"Baru mau minta nomor kontaknya" gumam Ray lalu ia masuk dalam restoran itu.
Ray pesan coffea pahit untuk hari ini.
Dia bertemu dengan Viona lagi hari ini tapi untuk minta nomor kontaknya saja tidak sempat.
Masih menikmati kopinya, Alan kembali datang setelah kejadian memalukan di club malam itu.
Alan menepuk pundaknya, "Ray, tumben seleranya kopi" Alan heran pada sahabatnya itu.
"Dari pada mabuk dan joget-joget dengan wanita yang tidak jelas di club malam" Sindir Ray berhasil membuat Alan mengingatkan kembali kejadian di club malam itu.
"Itu kejadian memalukan bagiku, jadi jangan dibahas lagi"
"Oke.. tapi tumben kesini, bukannya kerja?" Tanya Ray heran pada sahabatnya.
"Bro aku izin hari ini, tiba-tiba moodku gak baik untuk ke tempat kerja" Jelas Alan, "Eehh tadi aku bertemu dengan seorang perempuan" sambungnya setelah teringat perempuan yang berpapasan dengannya saat masuk restoran dari parkiran.
"Masalah mu itu,.. aku juga saat ini punya masalah" Ujar Ray membuat Alan seketika tertawa.
"Masalah apa? Punya masalah juga?" Pertanyaan Alan itu membuat Ray seketika menatap sahabatnya.
"Aku tau, semua orang punya masalah kecuali orang itu sudah meninggal" sambung Alan lagi.
"Itu tau, mau ikut gak agar tidak punya masalah seperti yang kamu bilang tadi?" Tawar Ray dengan pertanyaan setelah menghabiskan kopinya dan beranjak hendak membayar kopinya.
"Maaf Ray, lain kali aja aku ikut ya.. aku pergi" Alan pamit pergi.
Ray membayar minumannya lalu ia pergi, hari ini Ray rencana menemui saudara sepupunya itu sebelum ke luar negeri menjenguk orang tuanya.
Motor Ray kembali menyusuri jalan sampai depan sebuah hotel dimana sepupunya menginap dan hari ini tepat terakhir di hotel itu. Jadi Marcelea sebelum pulang ke rumah suaminya, Ray minta untuk bertemu dengannya.
Ray sampai dan Marcelea sudah menunggu bersama suaminya. Ray berjabatan tangan karena ia bertemu untuk kedua kalinya setelah resepsi.
"Duduk Lex" Marcelea mempersilahkan sepupunya itu untuk duduk.
Ray pun duduk diikuti oleh Marcelea dan Rifal
"Kenapa Lex, tumben ajak ketemuan?" Tanya Marcelea pada saudara sepupunya itu.
"Aku mau pamit kak Marcel, besok pagi mau jenguk papi dan mami"
"Rindu yaa, salam ku untuk mereka yaa" ucap Marcelea sembari senyum dan Rifal sebagai suami sudah tentu ikut mendoakan kepergian Ray agar sampai dengan selamat di kota tujuan.
"Semoga selamat sampai tujuan ya, salam sama kedua orang dan keluarga disana" Sambung Rifal yang diangguki oleh Ray.
"Kapan-kapan jalan-jalan lah ke rumah" Ajak Rifal lagi.
"Sudah tentu kak, aku disini hanya memiliki sepupu kak Marcel jadi pasti aku sering kesana" Ucap Ray tidak kalah ramah, "kak Marcel kak Rifal aku pamit pulang"
"Hati-hati Lex" Ucap Marcelea sedangkan Rifal sang suami heran dengan pembicaraan istri dan sepupunya itu tidak ada kata salam sebelum pergi.
"Mungkin aku yang tidak dengar atau mereka yang lupa" batin Rifal.
"Abang kenapa melamun?" Tanya Marcela memecah keheningan setelah Ray pergi.
"Tidak, kita pulang sekarang?" Tanya Rifal yang diangguki oleh sang isteri.
Rifal dan Marcelea pulang menggunakan taksi, sampai rumah dengan koper yang diseret masuk dalam rumah dan tidak lupa mengucapkan salam.
Setelah salam mereka dijawab, lalu mereka masuk disambut oleh gadis kecil yang bernama Ainun. Dia merupakan cucu satu-satunya saat ini dalam keluarga ibu Heti.
"Haii cantik.. mama dan bibi mana" tanya Marcela.
"Keluar dengan bibi Viona" Jawab Ainun singkat lalu ia kembali dikamarnya sembari menunggu Mamanya yang belum pulang.
Ibu Heti menyuruh mereka untuk istrahat sejenak dan dia menyiapkan makan malam untuk mereka sekeluarga, ibu Heti senang anaknya saat ini kumpul semua.
Viona dan Yesi sampai rumah disambut langsung oleh Ainun. Ainun mendengar mobil mamanya langsung lari menuju teras rumah
"Mama.. bibi.. di rumah ada om Rifal dan bibi Lea" Ainun dengan senang menyampaikan itu setelah sampai depan mobil.
Viona melihat ponakannya datang langsung mengulurkan tangan untuk menggendongnya.
"Ohh ya, rame dong di rumah" Viona menanggapi ucapan ponakannya.
"Iya bibi" Jawab Ainun sembari senyum sehingga pipinya terlihat cabi.
"Gemas bangat sih" Viona mencubit lembut pipi ponakannya seperti bakpao itu lalu ia turunkan dari gendongan.
Ainun membimbit mama dan bibinya masuk dalam rumah, "nenek.. mama dan bibi sudah pulang" teriaknya dari depan pintu sampai dalam rumah.
Rifal dan Marcelea langsung menoleh kearah pintu utama setelah mendengar suara ponakan semata wayang mereka itu. Rifal dan Marcelea seketika senyum melihat gaya Ainun yang jalan didepan diikuti oleh orang dewasa dengan tangan sedikit kebelakang karena Viona dan mamanya memegang jari Ainun.
"Kok Ainun seperti orang tua yang membawa masuk anak dan menantunya" ganggu Rifal
"Ainun" Ucap Ainun sambil menunjuk dirinya setelah meminta lepas dari penggangan mama dan bibinya, lalu berpindah jari menunjuk Viona, "bukan bibi yang sudah tua" sambungnya dengan muka tidak bersalah.
Viona membulatkan matanya mendengar ucapan ponakannya itu, sedangkan orang dalam rumah langsung tertawa.
"Hahaha" suara tawa Rifal.
"Vio, kode tu" Ujar Yesi lalu ke kamar menyimpan tasnya.
Viona tidak menghiraukan itu, ia fokus ke ponakannya.
"Siapa yang bilang sayang kalau bibi Viona sudah tua. Kalau jujur, bibi Viona tidak belikan es krim tapi kalau bohong pasti bibi Viona tidak belikan es krim".
Yesi mendengar ucapan adiknya itu langsung menghampiri keduanya setelah dari kamar membawa tasnya.
"Viona jangan buat anak ku bingung" Ucap Yesi yang sudah duduk disofa.
Ainun menghampiri mamanya itu, "kok Ainun gak dibelikan es krim sama bibi?" Tanya Ainun pada Yesi.
"Oohh ternyata anakku mengerti maksud ucapanmu dek.." ucap Yesi sambil melirik Viona dan kembali melihat wajah anaknya.
"Gini sayang, Viona itu sekarang lagi cari kerja jadi tidak punya uang" Yesi mencoba menyampaikan itu dengan pelan agar anaknya mengerti.
"Ohh bibi gak punya uang, Ainun punya uang masa bibi gak punya" ucap Ainun tidak percaya
Rifal mendengar percakapan itu langsung memotong "Ohh adek cari kerja, sudah diterima dek atau masih dalam proses mencari?"
"Dapat tapi itu masalahnya, harus ada pengalaman kerja minimal satu tahun" Jawab Viona dengan sedikit murung.
"Sabar dek, begitupun dengan kakak dulu" Rifal sengaja berkata seperti itu untuk menyemangati adiknya itu.
"Iya.. rezeki tidak akan pernah tertukar, aku percaya itu" Jawab Viona sembari menyemangati diri agar tidak gampang menyerah untuk cari kerja besok lagi
🌺
Makan malam yang sangat didambakan setiap orang tua saat kumpul bersama anak-anaknya serta mantu dan cucu. Kali ini ada tambahan personil yaitu Marcelea istri Rifal.
Makan malam pertama bagi Marcelea membuatnya sedikit canggung karena melihat sekelilingnya tidak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun.
Selesai mereka makan Ainun si putri kecil itu sudah merengek ingin tidur, menguap pun sudah berkali-kali.
"Mama.. Ainun ngantuk, mau bobo" Ujarnya.
"Iya sayang" Jawab Yesi.
Yesi sudah masuk kamar untuk menidurkan anaknya itu, tidak menunggu waktu lama Ainun tidur terdengar jelas deru napasnya yang teratur. Yesi yang sudah rindu dengan suaminya yang bertugas di kota orang itu langsung dia telepon untuk menanyakan kabar.
Diruang tengah untuk melonggarkan isi perut yang sudah terisi penuh maka mereka memutuskan untuk sedikit berbincang-bincang dengan pengantin baru dan sedikit petuah dari sang ibu tercinta.
"Gimana kak hidup dengan kak Rifal?, Apa gak merepotkan?" Tanya Viona sambil menaikkan turunkan alisnya dengan senyum menggoda kepada sang ipar.
"Alhamdulillah abang tidak merepotkan" Jawab Marcelea sedikit malu.
"Oohh.. kakak dipanggil abang" spontan Viona menutup mulutnya dengan memasang ekspresi kaget, tapi ekspresi itu hanya untuk menggoda sang kakak.
"Ehh kak, kalau kak Lea panggilan sayangnya apa?" Tanya Viona lagi dengan melihat kakaknya menggunakan sudut mata dengan alis yang lagi-lagi ia mainkan, "apa kak, kakak jangan malu-malu gitu" goda Viona lagi.
"Aaoow sakit mam" Viona meringis sambil mengusap kepalanya karena habis dipukul oleh ibunya menggunakan penutup toples kue diatas meja.
"Mama, penganiayaan ini" protes Viona.
"Kamu gak kasih mama waktu mau bicara dari tadi mama lihat suka ganggu kakakmu dan mantu mama" bela ibu Heti pada Rifal dan Marcelea
"Hohoho" tawa Rifal meledek adiknya itu, "makanya dek jangan suka ganggu kakak, kualat nanti" sambungnya.
"Iya iya.. mamaku tersayang silahkan" Viona mengalah dan gagal mengganggu kakaknya itu, "mam jangan lupa cepat tidur, ini sudah malam" sambungnya mengingatkan ibu Heti.
"Kata siapa dek ini siang?" timpal Rifal.
Dengan senyum dibuat-buat, viona ingin balik mengganggu kakaknya itu tapi kembali berpikir dengan ibunya kemungkinan kembali marah.
"Iya iya, aku salah.. kak Lea semoga tabah ya hadapin sifatnya kak Rifal.. saya ke kamar dulu... ngantuk" pamit Viona.
Sekarang tinggal pengantin baru dan ibu Heti di ruang tengah, ibu Heti memberikan wejangan tentang berumah tangga kepada anak dan mantunya.
"Makasih mam" ucap Marcelea setelah mertuanya menyampaikan semuanya tanpa ia sembunyikan sedikit pun.
Marcelea senang dan bangga diterima di keluarga Rifal, melihat keakraban bersaudara dan ibu mertua yang begitu perhatian yang membuatnya kangen orang tua dirumah.
"Sama-sama nak, pokoknya intinya sabar dan bersyukur agar hidup kalian bahagia" Ucap ibu Heti lembut dengan senyum yang terus terukir disudut bibirnya.
Ibu Heti bersyukur Allah masih memberikan kesehatan sampai saat ini dan diberikan kesempatan untuk terus nasehati anak-anaknya. Maka dari itu, ia tidak capek untuk selalu mengingatkan anak-anaknya untuk selalu bersyukur.
"Mama harus tidur, kalian tidur juga yaa udah larut malam" lagi-lagi ibu Heti mengingatkan membuat Marcelea kembali mengingat ibunya dirumah.
Rifal membawa istrinya ke kamar selama tinggal dirumah ortunya. Marcelea dibuat malu setelah melihat kaca dikamar suaminya itu.
"Permata ku"
Marcelea seketika senyum dengan mata berkaca-kaca dan berakhir air matanya jatuh tanpa permisi, "Terima kasih bang" batinnya lalu seketika memeluk suaminya.
Rifal menyambut pelukan itu dengan senyum yang tidak luntur disudut bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Anita Jenius
5 like + 1 iklan buatmu.
semangat ya
2024-05-03
0
Sena judifa
semangat terus vi
2023-09-26
0
Sena judifa
betul
2023-09-26
1