5. Lagi-lagi di Tolak

Hari yang membawa keberuntungan bagi sebagian makhluk bumi, tapi bagi Viona hari ini biasa saja baginya. Tidak ada keberuntungan berpihak padanya.

Sinar matahari mulai mencekam seakan tidak mau melepas kepada siapa yang ia sinari sekalipun ia bersembunyi dalam goa.

Dibawah sinar itu Viona berjalan kaki dari satu perusahaan ke perusahaan lain karena jarak perusahaan yang dituju kebetulan berdekatan, dan lagi-lagi Viona ditolak dengan alasan yang sama belum punya pengalaman kerja.

"Lagi-lagi ditolak gara-gara gak punya pengalaman, hhmmm" Batinnya dengan lesu.

Viona kembali menghampiri Yesi dalam mobil, harapan kembali pupus untuk jadi pegawai kantoran. Viona bersandar di jok mobil sembari memejamkan mata sejenak karena rasa lelah dari pagi sampai siang tidak membuahkan hasil.

Yesi tanpa bertanya kembali membawa mobilnya dan kali ini mengarahkan mobilnya di sebuah restoran untuk mengisi perut kosong yang sejak tadi memanggil untuk segera diisi.

10 menit melewati jalanan kota yang ramai, sampailah mereka di restoran yang mereka tuju. Yesi dan Viona turun dari mobil dan masuk di dalam.

Yesi melambaikan tangan memanggil waiters, waiters datang dengan daftar menu ditangannya.

"Aku ice lemon tea" pesan Viona.

"Aku white coffea aja" pesan Yesi.

Viona mengerutkan kening heran mendengar pesanan kakaknya yang begitu simpel tanpa embel-embel makanan sebagai teman kopinya itu.

"Kenapa hanya white coffea kak?" Tanya Viona setelah waiters pergi

"Kakak butuh tenaga dan mata yang terus on untuk mengantar mu mencari pekerjaan" jawab Yesi lagi yang membuat Viona seketika ketawa.

"Ya elah kak. Aku saja capek, mungkin besok lagi"

Viona memberitahu kakaknya itu membuat Yesi menghela napas sambil meminum kopinya yang baru saja dibawa.

"Ini kamu masukkan berkas atau interview?" tanya Yesi penasaran kepada adiknya itu. Karena hari ini hanya mengantar di manapun Viona mengarahkannya.

"Dua-duanya kak Yesi. Adik sendiri masa gak tau" Gumam Viona dan itu tidak didengar oleh Yesi.

"Terima kasih ya" Ucap Yesi kepada waiters yang membawa minuman mereka.

"Sama-sama mbak" Jawabnya lalu ia pergi.

Minuman itu tidak membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga langsung tandas seketika. Rasa segar masih terasa di tenggorokan keduanya yang membuat sang empunya senyum karena kembali disegarkan dengan segelas minuman tadi.

Viona merasa menyesal telah mengatakan kalau dirinya besok baru cari pekerjaan, sekarang badannya kembali segar seperti di pagi hari dan tenaganya seakan kembali terisi penuh.

"Apa kak Yesi mau ya" batin Viona.

Yesi kembali dari kasir membayar harga minuman mereka tadi.

"Ayo pulang, Ainun sudah menunggu" ujar Yesi lalu ia jalan duluan menuju parkiran diikuti oleh Viona.

Viona jalan sambil memperhatikan ponselnya untuk cek tinggal berapa perusahaan lagi yamg buka lowongan yang belum ia datangi.

"Viona" tegur orang yang berada disampingnya itu.

Viona seketika menoleh ke sumber suaran, "Ray" ucapnya kaget sambil menunjuk Ray.

"Mau pulang?" Tanya Ray.

"Iya nih" Jawab Viona, "aku pergi ya, assalamualaikum" sambung Viona sambil melambaikan tangan dan berlalu pergi menuju mobil kakaknya.

"Wa'alaikumussalam" jawab Ray dengan pelan, ucapan itu begitu berat baginya.

"Baru mau minta nomor kontaknya" gumam Ray lalu ia masuk dalam restoran itu.

Ray pesan coffea pahit untuk hari ini.

Dia bertemu dengan Viona lagi hari ini tapi untuk minta nomor kontaknya saja tidak sempat.

Masih menikmati kopinya, Alan kembali datang setelah kejadian memalukan di club malam itu.

Alan menepuk pundaknya, "Ray, tumben seleranya kopi" Alan heran pada sahabatnya itu.

"Dari pada mabuk dan joget-joget dengan wanita yang tidak jelas di club malam" Sindir Ray berhasil membuat Alan mengingatkan kembali kejadian di club malam itu.

"Itu kejadian memalukan bagiku, jadi jangan dibahas lagi"

"Oke.. tapi tumben kesini, bukannya kerja?" Tanya Ray heran pada sahabatnya.

"Bro aku izin hari ini, tiba-tiba moodku gak baik untuk ke tempat kerja" Jelas Alan, "Eehh tadi aku bertemu dengan seorang perempuan" sambungnya setelah teringat perempuan yang berpapasan dengannya saat masuk restoran dari parkiran.

"Masalah mu itu,.. aku juga saat ini punya masalah" Ujar Ray membuat Alan seketika tertawa.

"Masalah apa? Punya masalah juga?" Pertanyaan Alan itu membuat Ray seketika menatap sahabatnya.

"Aku tau, semua orang punya masalah kecuali orang itu sudah meninggal" sambung Alan lagi.

"Itu tau, mau ikut gak agar tidak punya masalah seperti yang kamu bilang tadi?" Tawar Ray dengan pertanyaan setelah menghabiskan kopinya dan beranjak hendak membayar kopinya.

"Maaf Ray, lain kali aja aku ikut ya.. aku pergi" Alan pamit pergi.

Ray membayar minumannya lalu ia pergi, hari ini Ray rencana menemui saudara sepupunya itu sebelum ke luar negeri menjenguk orang tuanya.

Motor Ray kembali menyusuri jalan sampai depan sebuah hotel dimana sepupunya menginap dan hari ini tepat terakhir di hotel itu. Jadi Marcelea sebelum pulang ke rumah suaminya, Ray minta untuk bertemu dengannya.

Ray sampai dan Marcelea sudah menunggu bersama suaminya. Ray berjabatan tangan karena ia bertemu untuk kedua kalinya setelah resepsi.

"Duduk Lex" Marcelea mempersilahkan sepupunya itu untuk duduk.

Ray pun duduk diikuti oleh Marcelea dan Rifal

"Kenapa Lex, tumben ajak ketemuan?" Tanya Marcelea pada saudara sepupunya itu.

"Aku mau pamit kak Marcel, besok pagi mau jenguk papi dan mami"

"Rindu yaa, salam ku untuk mereka yaa" ucap Marcelea sembari senyum dan Rifal sebagai suami sudah tentu ikut mendoakan kepergian Ray agar sampai dengan selamat di kota tujuan.

"Semoga selamat sampai tujuan ya, salam sama kedua orang dan keluarga disana" Sambung Rifal yang diangguki oleh Ray.

"Kapan-kapan jalan-jalan lah ke rumah" Ajak Rifal lagi.

"Sudah tentu kak, aku disini hanya memiliki sepupu kak Marcel jadi pasti aku sering kesana" Ucap Ray tidak kalah ramah, "kak Marcel kak Rifal aku pamit pulang"

"Hati-hati Lex" Ucap Marcelea sedangkan Rifal sang suami heran dengan pembicaraan istri dan sepupunya itu tidak ada kata salam sebelum pergi.

"Mungkin aku yang tidak dengar atau mereka yang lupa" batin Rifal.

"Abang kenapa melamun?" Tanya Marcela memecah keheningan setelah Ray pergi.

"Tidak, kita pulang sekarang?" Tanya Rifal yang diangguki oleh sang isteri.

Rifal dan Marcelea pulang menggunakan taksi, sampai rumah dengan koper yang diseret masuk dalam rumah dan tidak lupa mengucapkan salam.

Setelah salam mereka dijawab, lalu mereka masuk disambut oleh gadis kecil yang bernama Ainun. Dia merupakan cucu satu-satunya saat ini dalam keluarga ibu Heti.

"Haii cantik.. mama dan bibi mana" tanya Marcela.

"Keluar dengan bibi Viona" Jawab Ainun singkat lalu ia kembali dikamarnya sembari menunggu Mamanya yang belum pulang.

Ibu Heti menyuruh mereka untuk istrahat sejenak dan dia menyiapkan makan malam untuk mereka sekeluarga, ibu Heti senang anaknya saat ini kumpul semua.

Viona dan Yesi sampai rumah disambut langsung oleh Ainun. Ainun mendengar mobil mamanya langsung lari menuju teras rumah

"Mama.. bibi.. di rumah ada om Rifal dan bibi Lea" Ainun dengan senang menyampaikan itu setelah sampai depan mobil.

Viona melihat ponakannya datang langsung mengulurkan tangan untuk menggendongnya.

"Ohh ya, rame dong di rumah" Viona menanggapi ucapan ponakannya.

"Iya bibi" Jawab Ainun sembari senyum sehingga pipinya terlihat cabi.

"Gemas bangat sih" Viona mencubit lembut pipi ponakannya seperti bakpao itu lalu ia turunkan dari gendongan.

Ainun membimbit mama dan bibinya masuk dalam rumah, "nenek.. mama dan bibi sudah pulang" teriaknya dari depan pintu sampai dalam rumah.

Rifal dan Marcelea langsung menoleh kearah pintu utama setelah mendengar suara ponakan semata wayang mereka itu. Rifal dan Marcelea seketika senyum melihat gaya Ainun yang jalan didepan diikuti oleh orang dewasa dengan tangan sedikit kebelakang karena Viona dan mamanya memegang jari Ainun.

"Kok Ainun seperti orang tua yang membawa masuk anak dan menantunya" ganggu Rifal

"Ainun" Ucap Ainun sambil menunjuk dirinya setelah meminta lepas dari penggangan mama dan bibinya, lalu berpindah jari menunjuk Viona, "bukan bibi yang sudah tua" sambungnya dengan muka tidak bersalah.

Viona membulatkan matanya mendengar ucapan ponakannya itu, sedangkan orang dalam rumah langsung tertawa.

"Hahaha" suara tawa Rifal.

"Vio, kode tu" Ujar Yesi lalu ke kamar menyimpan tasnya.

Viona tidak menghiraukan itu, ia fokus ke ponakannya.

"Siapa yang bilang sayang kalau bibi Viona sudah tua. Kalau jujur, bibi Viona tidak belikan es krim tapi kalau bohong pasti bibi Viona tidak belikan es krim".

Yesi mendengar ucapan adiknya itu langsung menghampiri keduanya setelah dari kamar membawa tasnya.

"Viona jangan buat anak ku bingung" Ucap Yesi yang sudah duduk disofa.

Ainun menghampiri mamanya itu, "kok Ainun gak dibelikan es krim sama bibi?" Tanya Ainun pada Yesi.

"Oohh ternyata anakku mengerti maksud ucapanmu dek.." ucap Yesi sambil melirik Viona dan kembali melihat wajah anaknya.

"Gini sayang, Viona itu sekarang lagi cari kerja jadi tidak punya uang" Yesi mencoba menyampaikan itu dengan pelan agar anaknya mengerti.

"Ohh bibi gak punya uang, Ainun punya uang masa bibi gak punya" ucap Ainun tidak percaya

Rifal mendengar percakapan itu langsung memotong "Ohh adek cari kerja, sudah diterima dek atau masih dalam proses mencari?"

"Dapat tapi itu masalahnya, harus ada pengalaman kerja minimal satu tahun" Jawab Viona dengan sedikit murung.

"Sabar dek, begitupun dengan kakak dulu" Rifal sengaja berkata seperti itu untuk menyemangati adiknya itu.

"Iya.. rezeki tidak akan pernah tertukar, aku percaya itu" Jawab Viona sembari menyemangati diri agar tidak gampang menyerah untuk cari kerja besok lagi

🌺

Makan malam yang sangat didambakan setiap orang tua saat kumpul bersama anak-anaknya serta mantu dan cucu. Kali ini ada tambahan personil yaitu Marcelea istri Rifal.

Makan malam pertama bagi Marcelea membuatnya sedikit canggung karena melihat sekelilingnya tidak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun.

Selesai mereka makan Ainun si putri kecil itu sudah merengek ingin tidur, menguap pun sudah berkali-kali.

"Mama.. Ainun ngantuk, mau bobo" Ujarnya.

"Iya sayang" Jawab Yesi.

Yesi sudah masuk kamar untuk menidurkan anaknya itu, tidak menunggu waktu lama Ainun tidur terdengar jelas deru napasnya yang teratur. Yesi yang sudah rindu dengan suaminya yang bertugas di kota orang itu langsung dia telepon untuk menanyakan kabar.

Diruang tengah untuk melonggarkan isi perut yang sudah terisi penuh maka mereka memutuskan untuk sedikit berbincang-bincang dengan pengantin baru dan sedikit petuah dari sang ibu tercinta.

"Gimana kak hidup dengan kak Rifal?, Apa gak merepotkan?" Tanya Viona sambil menaikkan turunkan alisnya dengan senyum menggoda kepada sang ipar.

"Alhamdulillah abang tidak merepotkan" Jawab Marcelea sedikit malu.

"Oohh.. kakak dipanggil abang" spontan Viona menutup mulutnya dengan memasang ekspresi kaget, tapi ekspresi itu hanya untuk menggoda sang kakak.

"Ehh kak, kalau kak Lea panggilan sayangnya apa?" Tanya Viona lagi dengan melihat kakaknya menggunakan sudut mata dengan alis yang lagi-lagi ia mainkan, "apa kak, kakak jangan malu-malu gitu" goda Viona lagi.

"Aaoow sakit mam" Viona meringis sambil mengusap kepalanya karena habis dipukul oleh ibunya menggunakan penutup toples kue diatas meja.

"Mama, penganiayaan ini" protes Viona.

"Kamu gak kasih mama waktu mau bicara dari tadi mama lihat suka ganggu kakakmu dan mantu mama" bela ibu Heti pada Rifal dan Marcelea

"Hohoho" tawa Rifal meledek adiknya itu, "makanya dek jangan suka ganggu kakak, kualat nanti" sambungnya.

"Iya iya.. mamaku tersayang silahkan" Viona mengalah dan gagal mengganggu kakaknya itu, "mam jangan lupa cepat tidur, ini sudah malam" sambungnya mengingatkan ibu Heti.

"Kata siapa dek ini siang?" timpal Rifal.

Dengan senyum dibuat-buat, viona ingin balik mengganggu kakaknya itu tapi kembali berpikir dengan ibunya kemungkinan kembali marah.

"Iya iya, aku salah.. kak Lea semoga tabah ya hadapin sifatnya kak Rifal.. saya ke kamar dulu... ngantuk" pamit Viona.

Sekarang tinggal pengantin baru dan ibu Heti di ruang tengah, ibu Heti memberikan wejangan tentang berumah tangga kepada anak dan mantunya.

"Makasih mam" ucap Marcelea setelah mertuanya menyampaikan semuanya tanpa ia sembunyikan sedikit pun.

Marcelea senang dan bangga diterima di keluarga Rifal, melihat keakraban bersaudara dan ibu mertua yang begitu perhatian yang membuatnya kangen orang tua dirumah.

"Sama-sama nak, pokoknya intinya sabar dan bersyukur agar hidup kalian bahagia" Ucap ibu Heti lembut dengan senyum yang terus terukir disudut bibirnya.

Ibu Heti bersyukur Allah masih memberikan kesehatan sampai saat ini dan diberikan kesempatan untuk terus nasehati anak-anaknya. Maka dari itu, ia tidak capek untuk selalu mengingatkan anak-anaknya untuk selalu bersyukur.

"Mama harus tidur, kalian tidur juga yaa udah larut malam" lagi-lagi ibu Heti mengingatkan membuat Marcelea kembali mengingat ibunya dirumah.

Rifal membawa istrinya ke kamar selama tinggal dirumah ortunya. Marcelea dibuat malu setelah melihat kaca dikamar suaminya itu.

"Permata ku"

Marcelea seketika senyum dengan mata berkaca-kaca dan berakhir air matanya jatuh tanpa permisi, "Terima kasih bang" batinnya lalu seketika memeluk suaminya.

Rifal menyambut pelukan itu dengan senyum yang tidak luntur disudut bibirnya.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

5 like + 1 iklan buatmu.
semangat ya

2024-05-03

0

Sena judifa

Sena judifa

semangat terus vi

2023-09-26

0

Sena judifa

Sena judifa

betul

2023-09-26

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kesibukan Viona
2 2. Ray dan Viona berkenalan
3 3. Diantar Pulang
4 4. Viona Cari Kerja
5 5. Lagi-lagi di Tolak
6 6. Bengkel
7 7. Awal Alan dan Viona Bertemu
8 8. Batal berangkat
9 9. Ulah Ray
10 10. Permata itu Viona
11 11. Saksi Bisu
12 12. Kita Berbeda
13 13. Benteng yang Tinggi
14 14. Viona Diundang
15 15. Marcelea dan orang tua Ray
16 16. Viona bertemu dengan orang tua Ray
17 17. Kode
18 18. Keberangkatan Orang Tua Ray
19 19. Merasa Diabaikan
20 20. Keceplosan
21 21. Salah Paham
22 22. Ceramah Singkat
23 23. Memutuskan untuk berhijab
24 24. Telepon dari Mami
25 25. Viona ditraktir
26 26. Jaket Hitam
27 27. Viona Kesal
28 28. Sambung Tiga
29 29. Jatuh cinta yang rumit
30 30. Bertamu
31 31. Saya Muslim Ray
32 32. Ke Restoran lagi
33 33. Eskrim favorit
34 34. Hypermart
35 35. Terhalang keyakinan
36 36. Foto
37 37. Wejangan keluarga
38 38. Rumah Sakit
39 39. Ujian Cinta
40 40. Kenapa Kita Berbeda?
41 41. Allah, Siapa Allah?
42 42. Ponakan Baru
43 43. Kecurigaan ibu Heti
44 44. Pertanyaan Ray
45 45. Tidak Mau Menyakiti
46 46. Mimpi
47 47. Belanja di pasar
48 48. Marah
49 49. Gara-gara Cincin
50 50. Mengembalikan cincin
51 51. Kerja sama
52 52. Rencana Awal
53 53. Viona Panik
54 54. Ray Membeli Cincin
55 55. Bagai Menelan Pil Pahit
56 56. Teringat Kenangan
57 57. Mencoba untuk Melupakan
58 58. Dinner
59 59. Ray Kembali
60 60. Berkedok Makan Malam
61 61. Harapan Pupus
62 62. Kembali ke Korea
63 63. Fitnah
64 64. Orang Asing
65 65. Ray Balik di Indonesia
66 66. Bersembunyi di ruang ganti
67 67. Menghadiri Undangan
68 68. Berusaha Tegar
69 69. Tetap Tersenyum
70 70. Ancaman
71 71. Butik Jadi Sasaran
72 72. Ketiduran di Butik
73 73. Merasa Aman
74 74. Gagal
75 75. Gertakan Mematikan
76 76. Kode untuk Viona
77 77. Minta Izin
78 78. Kedatangan Gladis
79 79. Menerima Karyawan Baru
80 80. Keputusan Orang Tua Ray
81 81. Viona Ngigau
82 82. Berusaha menjadi sahabat lagi
83 83. Marah teman setan
84 84. Pukulan dari Ahmad
85 85. Club lagi
86 86. Kepanikan Viona
87 87. Tingkah Viona
88 88. Melanggar Janji
89 89. Keegoisan orang tua Ray
90 90. Pamit
91 91. Anak Siapa?
92 92. Sama-sama Kecewa
93 93. Aku Bukan Pelakor
94 94. Bintang
95 95. Pernikahan Ray
96 96. Hadir diresepsi pernikahan
97 97. Kedatangan orang tua Ray di butik
98 98. Kembali dijodohkan
99 99. Lunch
100 100. Gladis Kesal
101 101. Suara Viona membahagiakan
102 102. Kerasukan Roh Jahat
103 103. Drama Gladis
104 104. Coblos duluan
105 105. Mulai Mencari Kebenaran
106 106. Secarik kertas
107 107. Mendadak Berubah
108 108. Gladis Manja
109 109. Amplop
110 110. Dia Benar-benar Menjauh
111 111. Hanya Viona
112 112. Gladis panik
113 113. Ray Mulai Akting
114 114. Bukan Jurus Kabur
115 115. Tertangkap basah
116 116. Menyusun Rencana
117 117. Firasat seorang ibu
118 118. Gagal
119 119. Kembali Menyusun Rencana
120 120. Belajar melupakan
121 121. Kepulangan Ahmad
122 122. Kebahagiaan Sesaat
123 123. Akibat Foto Tersebar
124 124. Kejahatan Mulai Terkuak
125 125. Pengakuan Gebi
126 126. Gladis
127 127. Olahraga Pagi
128 128. Pertemuan Alan, Ahmad dan Ray
129 129. Jaga Anak Kita
130 130. Pergi untuk selamanya
131 131. Kembali di Tolak
132 132. Nasehat Dari Alan
133 133. Makan Siang
134 134. Ketakutan Mami Ray
135 135. Menyesal
136 136. Seperti Monster
137 137. Tertangkap
138 138. Makan Malam Keluarga
139 139. Didikan Ibu yang Hebat
140 140. Kiblat Kami Berbeda
141 141. Jauhi Dia
142 142. Bukti kejahatan Gladis
143 143. Bagaikan Matahari dan Bulan
144 144. Wanita yang susah digapai
145 145. Viona dan Tiara
146 146. Sebenarnya Saling Membutuhkan
147 147. Teringat Masa Lalu
148 148. Ini Cara Terbaik
149 149. Kecewa
150 150. Hanya Datang, mungkin pergi lagi
151 151. Pamit & Janji
152 152. Khitbah?
153 153. Pikiranmu ternyata ditempat lain
154 154. Saran yang Bermanfaat
155 155. Habibati
156 156. Kembali Dinasehati
157 157. Bertiga Ke Butik
158 158. Nasehat dari Ina
159 159. Cukup Cinta dan Eskrim
160 160. Kesal
161 161. Terpaksa Jujur
162 162. Panik
163 163. Ragu Berakhir Kecewa
164 164. Maaf
165 165. Viona Minta Maaf
166 166. Ahmad Jadi Penyimak
167 167. Kita Sahabatan Udah Lama
Episodes

Updated 167 Episodes

1
1. Kesibukan Viona
2
2. Ray dan Viona berkenalan
3
3. Diantar Pulang
4
4. Viona Cari Kerja
5
5. Lagi-lagi di Tolak
6
6. Bengkel
7
7. Awal Alan dan Viona Bertemu
8
8. Batal berangkat
9
9. Ulah Ray
10
10. Permata itu Viona
11
11. Saksi Bisu
12
12. Kita Berbeda
13
13. Benteng yang Tinggi
14
14. Viona Diundang
15
15. Marcelea dan orang tua Ray
16
16. Viona bertemu dengan orang tua Ray
17
17. Kode
18
18. Keberangkatan Orang Tua Ray
19
19. Merasa Diabaikan
20
20. Keceplosan
21
21. Salah Paham
22
22. Ceramah Singkat
23
23. Memutuskan untuk berhijab
24
24. Telepon dari Mami
25
25. Viona ditraktir
26
26. Jaket Hitam
27
27. Viona Kesal
28
28. Sambung Tiga
29
29. Jatuh cinta yang rumit
30
30. Bertamu
31
31. Saya Muslim Ray
32
32. Ke Restoran lagi
33
33. Eskrim favorit
34
34. Hypermart
35
35. Terhalang keyakinan
36
36. Foto
37
37. Wejangan keluarga
38
38. Rumah Sakit
39
39. Ujian Cinta
40
40. Kenapa Kita Berbeda?
41
41. Allah, Siapa Allah?
42
42. Ponakan Baru
43
43. Kecurigaan ibu Heti
44
44. Pertanyaan Ray
45
45. Tidak Mau Menyakiti
46
46. Mimpi
47
47. Belanja di pasar
48
48. Marah
49
49. Gara-gara Cincin
50
50. Mengembalikan cincin
51
51. Kerja sama
52
52. Rencana Awal
53
53. Viona Panik
54
54. Ray Membeli Cincin
55
55. Bagai Menelan Pil Pahit
56
56. Teringat Kenangan
57
57. Mencoba untuk Melupakan
58
58. Dinner
59
59. Ray Kembali
60
60. Berkedok Makan Malam
61
61. Harapan Pupus
62
62. Kembali ke Korea
63
63. Fitnah
64
64. Orang Asing
65
65. Ray Balik di Indonesia
66
66. Bersembunyi di ruang ganti
67
67. Menghadiri Undangan
68
68. Berusaha Tegar
69
69. Tetap Tersenyum
70
70. Ancaman
71
71. Butik Jadi Sasaran
72
72. Ketiduran di Butik
73
73. Merasa Aman
74
74. Gagal
75
75. Gertakan Mematikan
76
76. Kode untuk Viona
77
77. Minta Izin
78
78. Kedatangan Gladis
79
79. Menerima Karyawan Baru
80
80. Keputusan Orang Tua Ray
81
81. Viona Ngigau
82
82. Berusaha menjadi sahabat lagi
83
83. Marah teman setan
84
84. Pukulan dari Ahmad
85
85. Club lagi
86
86. Kepanikan Viona
87
87. Tingkah Viona
88
88. Melanggar Janji
89
89. Keegoisan orang tua Ray
90
90. Pamit
91
91. Anak Siapa?
92
92. Sama-sama Kecewa
93
93. Aku Bukan Pelakor
94
94. Bintang
95
95. Pernikahan Ray
96
96. Hadir diresepsi pernikahan
97
97. Kedatangan orang tua Ray di butik
98
98. Kembali dijodohkan
99
99. Lunch
100
100. Gladis Kesal
101
101. Suara Viona membahagiakan
102
102. Kerasukan Roh Jahat
103
103. Drama Gladis
104
104. Coblos duluan
105
105. Mulai Mencari Kebenaran
106
106. Secarik kertas
107
107. Mendadak Berubah
108
108. Gladis Manja
109
109. Amplop
110
110. Dia Benar-benar Menjauh
111
111. Hanya Viona
112
112. Gladis panik
113
113. Ray Mulai Akting
114
114. Bukan Jurus Kabur
115
115. Tertangkap basah
116
116. Menyusun Rencana
117
117. Firasat seorang ibu
118
118. Gagal
119
119. Kembali Menyusun Rencana
120
120. Belajar melupakan
121
121. Kepulangan Ahmad
122
122. Kebahagiaan Sesaat
123
123. Akibat Foto Tersebar
124
124. Kejahatan Mulai Terkuak
125
125. Pengakuan Gebi
126
126. Gladis
127
127. Olahraga Pagi
128
128. Pertemuan Alan, Ahmad dan Ray
129
129. Jaga Anak Kita
130
130. Pergi untuk selamanya
131
131. Kembali di Tolak
132
132. Nasehat Dari Alan
133
133. Makan Siang
134
134. Ketakutan Mami Ray
135
135. Menyesal
136
136. Seperti Monster
137
137. Tertangkap
138
138. Makan Malam Keluarga
139
139. Didikan Ibu yang Hebat
140
140. Kiblat Kami Berbeda
141
141. Jauhi Dia
142
142. Bukti kejahatan Gladis
143
143. Bagaikan Matahari dan Bulan
144
144. Wanita yang susah digapai
145
145. Viona dan Tiara
146
146. Sebenarnya Saling Membutuhkan
147
147. Teringat Masa Lalu
148
148. Ini Cara Terbaik
149
149. Kecewa
150
150. Hanya Datang, mungkin pergi lagi
151
151. Pamit & Janji
152
152. Khitbah?
153
153. Pikiranmu ternyata ditempat lain
154
154. Saran yang Bermanfaat
155
155. Habibati
156
156. Kembali Dinasehati
157
157. Bertiga Ke Butik
158
158. Nasehat dari Ina
159
159. Cukup Cinta dan Eskrim
160
160. Kesal
161
161. Terpaksa Jujur
162
162. Panik
163
163. Ragu Berakhir Kecewa
164
164. Maaf
165
165. Viona Minta Maaf
166
166. Ahmad Jadi Penyimak
167
167. Kita Sahabatan Udah Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!