Ray mengantar Viona dan Ainun pulang rumah, karena ia biasa dengar kalau bawa anak kecil harus bawa mobil dengan pelan dan hati-hati.
Viona tidak protes. Ia berusaha menikmati suasana jalan kota dimalam hari. Suasana yang baginya sangat ia rindukan waktu masa kuliah pulang malam hanya untuk kerja tugas kampus dengan teman-temannya. Namun, lama kelamaan mata Viona bukan menikmatinya malah mengantuk. Berkali-kali ia menguap dan dengan cepat menutup mulutnya.
"Ya Allah ngantuk bangat" batin Viona.
Ray berdehem lalu ia bertanya karena sudah bingung dengan simpang empat jalan di depannya.
"Belok atau lurus?"
"Lurus, kalau mentok langsung belok lagi" Jelas Viona yang tidak menoleh kearah Ray.
"Haaaa" Hanya itu suara yang keluar dari bibir Ray. Bingung, itu yang ia rasa saat ini. Meskipun demikian, ia tetap mengarahkan mobilnya ke jalan seperti Viona jelaskan.
"Ini udah mentok?" Tanya Ray lagi yang tidak dijawab sama sekali.
"Viona, udah mentok" ulang Ray sedikit meninggi.
Suara Ray kali ini baru Viona dengar karena ia sempat ketiduran dalam mobil.
"Udah sampai, maaf ya" Ucap Viona tidak enak pada Ray.
"Udah nyampe rumah kamu?" Tanya Ray bingung. Karena jujur Ray tidak percaya dengan ucapan Viona dengan melihat samping kiri kanan itu hanya sebuah rumah kumuh dan entah berpenghuni atau tidak.
Viona menganggukkan kepala lalu iya mencoba buka pintu mobil, ia sedikit susah meraihnya karena memapah Ainun yang ketiduran.
"Aku bantu" Ujar Ray lalu keluar dari mobil dengan cepat dan membukakan pintu untuk Viona.
Viona keluar dengan gendongan Ainun yang sudah tidur sejak tadi.
"Terima kasih ya. Maaf sudah merepotkan" Ucap Viona dengan sopan dan sesekali memperbaiki posisi gendongan ponakannya itu.
"Iya sama-sama" Jawab Ray lalu ia kembali masuk dalam mobil.
Ray kembali menyusuri jalan kota untuk pulang. Dalam perjalanan pulang Ray hanya fokus nyetir dengan harapan cepat sampai rumah dan istrahat. Tapi harapan itu terpatahkan ketika beberapa menit masuk pesan dan kemudian panggilan masuk lagi diteleponnya dengan orang yang sama.
"Ngapain sih ini anak di club, kayak gak ada tempat lain" Kesal Ray kepada sahabatnya Alan.
📞"Sudah dimana Ray?" Tanya seseorang diseberang telepon.
📞 "Didepan" Jawab Ray singkat lalu ia keluar dari mobil dan masuk dalam club malam tersebut.
Ray masuk dan menghampiri seseorang yang tidak jauh dari mini bar. Ray menepuk pundak orang tersebut dan duduk.
"Suka tempat ini?" Tanya Ray.
"Sedikit" Jawabnya singkat.
"Lan kita pulang, saya tidak terlalu suka suara bising seperti ini" Ajak Ray.
Musik di ruangan itu mengundang orang untuk ikut joget, termasuk teman Ray.
"Alan" panggil Ray lagi.
Alan merupakan sahabat satu-satunya Ray sejak kuliah sampai saat ini, mereka jarang bertemu karena Alan sibuk dengan perkejaannya. Namun mereka selalu menyempatkan diri untuk sekedar ngopi bersama. tapi kalau malas kerja maka dimanapun ia akan mengikuti Ray kemanapun pergi.
"Ray joget dulu" ajak Alan.
"Mabuk? Bukan dalam agamamu dilarang" Ujar Ray lagi.
"Ray, sudah ceramahnya seperti kamu paham aja agama aku" ujar Alan dan Ray hanya geleng kepala heran pada sahabatnya itu.
Alan sekarang sudah joget bersama perempuan malam disitu, Alan dibawah pengaruh alkohol tidak mengenal kata lelah untuk berjoget.
Ray yang sudah tidak tahan lagi suara bising club malam itu ditambah perempuan yang terus datang menghampirinya hanya sekedar kenalan bahkan sampai mengajaknya sebagai penghibur satu malam mereka.
"Sendirian saja, temanin aku" Ucapnya dengan menyodorkan seloki wiski.
Ray dengan cepat mengatupkan kedua tangannya di dada sambil minta maaf. Perempuan itu terus menyodorkan wiski tersebut.
"Jangan munafik mas, disini semua suka minuman di tanganku" Ujarnya lagi, lalu ia tertawa, sekilas Ray melihat senyum perempuan itu dibawah sinar lampu.
"Jadilah mas penghibur ku malam ini" Ajaknya lagi yang membuat Ray cepat berdiri dan menarik tangan Alan yang sedang joget dengan wanita-wanita penghibur lainnya.
"Alan, kita pulang sekarang" Ujar Ray dengan tegas lalu menarik paksa Alan membawanya di mobil. Sampai mobil seketika Alan muntah mengeluarkan semua alkohol yang ia minum sebelum Ray datang.
Ray memijit punggungnya dengan mengarahkan pandangannya ditempat lain.
"Sudah muntahnya?" Tanya Ray lagi dengan pandangan di tempat lain. Jujur saja Ray tidak sanggup melihat muntah, kalau bukan temannya yang mabuk dan muntah sudah lama ia tendang jauh-jauh
"Iya" jawab Alan dengan memejamkan mata, kepalanya pusing dan pandangannya seakan terbagi dua.
"Ayo masuk mobil. Untung muntah diluar kalau dalam mobil, ku pastikan kau besok pagi cuci mobil sebelum pulang. Malam ini bermalam di rumahku saja" Ajak Ray lagi dengan kesal lalu memapah Alan membantunya masuk dalam mobil.
20 menit kemudian mobil Ray sudah parkir halaman rumah dan tidak lupa membangunkan Alan yang tidur dalam mobilnya.
"Alan. Sudah sampai, masuk gih dalam rumah, mandi baru tidur tapi awas kamu muntah lagi" Ancam Ray lalu ia meninggalkan Alan yang masih dalam mobil.
Sedangkan disisi lain di resepsi pernikahan Rifal dan Marcelea baru selesai, dan sekarang menuju kamar mereka untuk istrahat yang berada di hotel tempat dimana menyelenggarakan resepsi.
Rifal dan Marcelea ke kamar sedang kedua keluarga pengantin baru ini balik ke rumah masing-masing.
Yesi baru sadar ternyata Ainun tidak ada, saking asyiknya dengan teman-temannya lupa dengan anaknya. Ia panik.
"Ma.. gimana nih Ainun gak ada?" Tanya Yesi panik dan takut jika suaminya tiba-tiba menelfon dan menanyakan anaknya.
"Tenang dulu, siapa tau bersama Viona. Viona kan gak sama kita"
"Iya mam, mudah-mudahan Ainun bersama Viona" Yesi mencoba tenang dan tidak sabar ingin sampai rumah.
Mobil yang dibawa Yesi terus bergulir dijalan kota sekitar pukul 11 malam, mereka berdua termasuk berani lewat tengah malam yang mulai sunyi dan biasanya begal jam segitu sudah mulai beraksi.
10 menit kemudian mobil sudah sampai rumah, lampu rumah sudah menyala tanda ada orang didalamnya.
Ibu Heti keluar mobil, "tuh kan Viona dan Ainun sudah dirumah" ujar ibu Heti.
"Iya mam, tapi jam berapa mereka pulang, kok aku gak tau" ucap Yesi sambil mengingat-ingat apa putrinya itu pamit sebelum pulang.
"Yesi, masukkan mobil di garasi. Udah malam ini!" Ibu Heti menyuruh anaknya sedang dia udah sampai depan pintu sambil mengetuk pintu lalu ia beri salam.
Viona yang tidur diatas sofa ruang tamu dengan Ainun. Begitu tenang dan nyenyak sehingga ibu Heti berkali-kali mengetuk pintu tidak terusik.
"Ini anak dua tidurnya tidur mati, mama seakan mau patah dengan jari ketok pintu gak bangun-bangun juga" ibu Heti sudah mengomel sendiri didepan menunggu untuk dibukakan pintu.
"Yesi panggil di jendela kamar Viona mam" ujar Yesi lalu mengarah ke jendela kamar Viona.
Beberapa kali mengetuk jendela sembari beri salam, tetap tidak ada respon dari yang punya kamar. Yesi kembali di pintu utama dimana disana ibunya berada.
"Coba aku intip di jendela ini mam" Ujar Yesi lagi dan untungnya gorden diruang tamu sedikit tersingkap sehingga mampu melihat orang yang berada diruangan tamu.
"Astaghfirullah, pantas mam" Ucap Yesi sambil geleng kepala heran.
"Kenapa?" Tanya ibu Heti dan ikut mengintip lewat jendela.
"Benar-benar Viona ini" ucap ibu Heti lagi.
Ibu heti kembali mengetuk pintu sedangkan Yesi memanggil Viona lewat jendela .
"Siapa yang ganggu tidur ku" gumam Viona sambil mengembalikan kesadarannya.
"Lho.. Ainun" suara kaget Viona melihat ponakannya yang tidur diatas sofa depannya, "Oh iya" sambungnya setelah mengingat kembali saat pulang berdua dengan ponakannya itu.
Flashback
Viona turun dari mobil Ray dengan gendongan ponakannya itu lalu kembali menyusuri jalan yang sudah tidak jauh dengan rumahnya.
Ainun tidak terusik sekalipun dalam gendongan bibinya, sedangkan Viona sudah mulai lelah berjalan kaki ditambah badan Ainun berat terasa mau patah lengannya.
"Semangat Viona, sedikit lagi sampai rumah" gumamnya menyemangati diri sendiri.
Viona baru saja membuka pintu, Ainun terbangun dari tidurnya yang masih dalam gendongan Viona.
"Bibi" panggil Ainun.
"Iya sayang, kita istrahat aja dulu disini yaa, bibi Viona capek" ucap Viona sambil menurunkan Ainun dari gendongannya dan mendudukkan ponakannya itu tepat sofa panjang didepannya.
"Bibi istrahat sejenak, Ainun duduk aja disitu.. ingat duduk disitu, jangan kemana-mana" ucap Viona lalu ia merebahkan badannya diatas sofa dengan tujuan untuk meluruskan badannya yang pegal-pegal sampai ia ketiduran.
Ainun yang kembali ngantuk lantaran terlalu lama menunggu bibinya yang ketiduran itu,
"Bibi Viona bangun" ucap Ainun sambil menggoyangkan lengan Viona.
"Bibi" panggil Ainun lagi.
"Hmmmm" jawab Viona setengah sadar
"Ainun ngantuk" ujar Ainun lagi.
"Tidur sayang" Jawab Viona asal dan Ainun mengikuti arah jari telunjuk bibinya itu.
"Kok sofa, bukan dikamar" Ainun protes dan bingung tapi Ainun tetap nurut karena melihat bibinya sudah terlelap tidur.
Ainun kembali di kursinya dan tertidur disana seperti Viona bibinya.
Flashback off
Viona melihat kearah pintu lalu pindah ke jendela rumah tepat samping pintu.
"Ya Allah mama, kak Yesi" ucap Viona dengan cepat membuka pintu.
"Pulang gak bilang, aku tadi panik nyariin kalian berdua" ujar Yesi setelah masuk dalam rumah.
Ibu Heti dan Yesi tidak langsung masuk kamar masing-masing, mereka duduk diruang tamu istrahat sejenak.
Ibu Heti memijit betisnya yang sakit
"Kenapa mam?" Tanya Viona pura-pura tidak tau.
"Sakit, mama itu berdiri di muka pintu lama.. lagian kamu Viona, kenapa pulang gak bilang" timpal ibu Heti pada anaknya itu.
"Tu.. dia yang mau pulang bukan aku, meskipun aku juga udah ngantuk sih di resepsi kak Rifal tadi" Viona tidak mau disalahkan sepenuhnya sambil menunjuk Ainun yang masih tidur.
"Masa sih!!" Ujar Yesi tidak percaya, "Ainun itu gak biasa tidur cepat" sambungnya.
"Tapi nyatanya malam ini seperti itu. Masih ditempat resepsi sudah merengek mau tidur. Mana ibunya sibuk dengan teman-temannya, lupa waktu dan anak" ujar Viona lagi.
Yesi melembut, "Dek, kakak sebenarnya mau nyamperin kalian berdua tapi tiba-tiba langkah kakak itu terhenti.." ucapnya yang membuat ibu Heti dan Viona penasaran.
"Kenapa?" Tanya ibu Heti tidak sabar ingin tau alasan yesi berhenti.
"Iya kak, kenapa berhenti? Aku tau, pasti tiba-tiba malas kan?, ngerjain aku kan?.. orang lain ikut nimbrung dengan teman-temannya.. lah aku boro-boro mau cerita dengan teman-teman, Ainun kemana-mana nempel kayak aku maknya"
Viona mengeluarkan unek-uneknya karena hanya dia yang tidak menikmati resepsi tadi. Yesi kakaknya saja sampai lupa dengan anak saking senangnya bertemu dengan teman-temannya. Sementara Viona disibukkan oleh Ainun minta ini dan itu.
"Sudah-sudah mama pusing, gerah mau mandi lalu istrahat" ibu Heti stres mendengar kedua putrinya itu kalau sudah adu mulut.
Ibu Heti berdiri lalu mengingatkan kedua anaknya itu sambil menunjuk mereka berdua itu silih berganti.
"Kamu Yesi, kenapa harus Viona yang jaga Ainun? Dan kamu Viona, kan bisa bawa Ainun ke Yesi.. kalian dua ini benar-benar bikin sakit kepala" ujarnya sambil melangkah meninggalkan ruang tamu.
Yesi dan Viona hanya diam seribu bahasa mendengar kalimat yang keluar dari sang Mama tersebut.
"Dek, siapa laki-laki tadi?" Tanya Yesi.
Viona awalnya bingung dengan maksud pertanyaan kakaknya itu, "laki-laki.. laki-laki yang mana?"
"Hhmmm, kalian duduk bertiga itu!" Yesi mencoba mengingatkan adiknya lagi itu.
"Oh itu.. itu Ray" Jawab Viona yang diangguki oleh Yesi.
"Lumayan" Ucap Yesi.
"Urus Ainun kak, aku mau istrahat" Ucap Viona lalu ia menuju kamarnya meninggalkan Yesi dan Ainun yang masih di ruang tamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Aerik_chan
lo aja asing sama agama lo, Lan...
kak thor ku kasih 1 iklan biar semangat
2023-12-01
0
奥布里
Siapapun orangnya kalau mengingatkan soal kebaikan bo ya didenger masbroe
2023-10-09
11
ɔɐɹɯǝu
Capek banget ya sampai ketiduran gitu
2023-10-09
16