Viona pagi ini direpotkan oleh akad nikah kakaknya laki-laki, Viona menyiapkan segala kebutuhan saat mau resepsi di hotel bintang lima di kota mereka
"Viona.. peniti jilbab mana?" Tanya ibu Heti yaitu ibu Viona
"Bentar ma, masih ikat rambut nih" Jawab Viona sedikit teriak menyahuti ibunya.
"Dek.. jilbab kakak mana?" Teriak kak Yesi dalam kamarnya.
Samar-samar Viona dengar dari kamarnya.
"Kak Yesi jilbabnya simpan dimana sih?, Kenapa gak disiapkan dari malam kak" Viona mulai mengomel seperti ibu-ibu kompleks karena dibingungkan kebutuhan orang serumah.
"Dek jam tangan kakak mana?" Tanya Rifal yang akan menikah hari ini dan malam langsung adakan resepsi.
Viona mulai bertolak pinggang sembari menghela napas kasar dan membuangnya perlahan.
"Kak, itu sudah pakai jam tangan" tunjuk Viona.
"Carikan yang silver dek supaya senada dengan warna jasnya".
Viona memutar bola matanya malas, meskipun seperti itu tapi ia tetap nurut. Masih dalam proses pencarian jam tangan tiba-tiba datang gadis kecil imut yang berumur 4 tahun.
"Bibi jilbab ibu mana?" Tanyanya sambil menarik kebaya Viona.
"Ya Allah.. Kenapa malah aku yang sibuk seperti ini" gumam Viona lalu menuntun ponakan kecilnya itu menuju kamar ibunya.
"Viona, mama sudah keringatan tunggu peniti jilbab dari kamu?" Ucap ibu Heti sambil jalan menuju pintu kamar dimana dia berada.
Viona dibuat bingung belum mencari jam tangan, jilbab dan peniti, belum lagi ponakannya yang sudah menuntunnya untuk ke meja makan.
"Bibi bingung nih? Tadi tanyakan jilbab untuk ibu sekarang malah menuntun bibi ke meja makan" Viona curhat pada ponakan yang belum mengerti sama sekali tentang pusingnya Viona saat ini.
"Bibi.. tapi Ainun lapar" jawabnya sambil mengusap perutnya.
Viona dibuat gemas dengan ucapan ponakannya yang cute itu.
"Oke, gadis cantik Ainun. Bibi cantik ambilkan yaa" Jawab Viona dan langsung menyendokkan nasi serta lauk pauk untuk ponakannya.
Ainun yang sudah duduk anteng di kursi sambil menunggu makanannya.
"Bibi itu kebanyakan, Ainun gak habisin" ujarnya lagi.
"Waduh.. panggil Kak Yesi aja kalau gitu" batin Viona.
"Ainun cantik, bibi ke kamar dulu ya, bentar saja" ucap Viona yang diangguki oleh gadis cantik Ainun.
Viona ke kamar yesi dengan buru-buru sampai disana langsung mengetuk pintu lalu ia masuk.
"Kak Yesi, Ainun mau makan tu" Ujar Viona sambil duduk dibibir ranjang kakaknya.
"Dek, kakak lagi memakai jilbab ni.. temanin dulu dong" Pintanya sambil menoleh kearah adiknya Viona, lalu mengangkat jarinya.
"Suapin nanti bajunya kotor" Yesi mewanti-wanti adiknya.
"Kakak.." Ucap Viona ingin protes tidak terima tapi Yesi yang sudah menghampirinya dengan tatapan lembut yang membuat Viona tidak bisa menolak.
"Dek, dulu kakak jaga kamu lho waktu kecil" Ucapnya dengan lembut depan Viona.
Viona mengerutkan kening, ia pikir kakaknya akan mengatakan hal yang membuatnya terharu ternyata ucapan kakaknya hanya mengungkit masa lalu yang membuat Viona malas seketika kalau tidak mengingat ponakannya.
"Iyaa" jawab Viona dengan malas lalu ia pergi menghampiri ponakannya itu.
Viona sudah tidak karuan, jauh dari kata cantik layaknya seorang perempuan yang lagi siap-siap ke akad nikah kakaknya.
"Ya Allah" pekik Viona melihat ponakannya yang belepotan. Bagian mulut dan baju kotor karena laun yang ia makan.
Suara Viona menggelegar sehingga mengundang orang rumah yang dengar langsung menghampirinya.
"Viona kenapa anakku seperti ini?" Pekik Yesi sedikit kaget.
"Ya ampun Viona, kok Ainun bisa seperti itu?" Tanya Ibu Heti tidak kalah kaget dari Yesi.
"Astaga" Ucap Rifal sambil melihat wajah ponakannya yang belepotan dengan makanan itu, "hahaha" Rifal tidak bisa tahan tawa.
Yesi dengan cepat membawa anaknya ke kamar mandi.
"Sayang maunya tunggu bibi Viona, nanti bibi yang suapin" Ujar Yesi sambil melepas baju dari badan anaknya.
"Bibi tinggalin Ainun sendiri" jawabnya dengan lancar yang membuat Yesi hanya menghela napas, "Ainun kalau gini, baju kamu berbeda dengan ibu" sambungnya lagi sambil membersihkan nasi diarea wajahnya.
Sedangkan Viona kembali mencarikan peniti jilbab untuk mamanya dan jam tangan untuk Rifal
"Resiko jadi bungsu" Viona menggerutu dalam hati sambil menuju kamar kakaknya dan mamanya itu.
"Nih" Ucap Viona lagi setelah masuk dalam kamar kakaknya Rifal.
Lalu ia lanjut ke kamar Mamanya, "Ini ma, Viona simpan diatas meja ya" Dengan nada besar lalu ia pergi menuju kamarnya untuk lanjut siap-siap yang sempat tertunda.
Akad nikah dilakukan di masjid raya kota mereka. 20 menit kemudian kedua belah pihak melaksanakan akad nikah. Kalimat sakral itu terucap dengan lancar dari Rifal yang disaksikan semua yang datang disaat itu.
Rifal saat ini sudah sah mempersunting Marcelea sebagai istrinya.
Viona menghampiri kakaknya yang baru ganti status .
"Selamat ya kak, doain Viona juga" Ucap Viona dengan canda yang membuat Marcelea ikut senyum.
Viona baru tiga kali dengan akad nikah bertemu Marcelea tapi Viona sudah tidak canggung lagi karena bagaimanapun ia harus akrab dengan istri kakaknya.
"Lea, dia memang seperti itu. Dimaklumin saja" ucap Rifal lalu melihat ke Viona, "kakak doain semoga cepat bertemu dengan jodohmu" sambung Rifal kepada adiknya.
Viona langsung meraih tangan kakaknya itu lalu ia tunduk cium layaknya seperti Viona lakukan pada mendiang ayahnya dulu.
Ayahnya meninggal saat Viona masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu Viona masih asyik bermain disekolah tiba-tiba kakaknya yang pertama yaitu Yesi menjemputnya, Viona kecil tidak tahu menahu tentang ayahnya yang sudah pergi untuk selamanya. Viona melihat ayahnya lalu ia hampiri dan mencium dahi ayahnya, itupun karena kakaknya Yesi yang suruh.
Dan saat ini momen indah bersama ayah mereka terputar kembali di memori mereka setelah melihat Viona mencium tangan saudara satu-satunya laki-laki.
Ibu Heti hanya menghapus air matanya mengunakan tisu begitupun dengan Yesi.
Gadis kecil Ainun melihat nenek dan mamanya menangis iya pun bertanya.
"Ibu dan nenek kenapa menangis?" Tanya Ainun
"Bahagia sayang" Jawab Yesi
"Ohh" Ucap Ainun, lalu pergi menghampiri Viona, "bibi Viona" panggilnya lagi sambil menarik-narik baju Viona.
Viona menoleh dengan senyum, "Ainun cantik disini banyak orang jadi panggil aja kakak yaa.. kalau panggil bibi, bibi Viona ke tua an" Jawabnya lembut yang membuat orang disekitar mereka duduk tertawa.
"Tapi tadi bibi Viona bilang sendiri" protes Ainun lagi.
"Masa? Pokoknya panggil kakak Viona.. kalau gak.. kue kesukaan Ainun gak bakal viona belikan lagi" Ucap Viona lagi yang diangguki oleh Ainun.
"Good" ucap Viona sambil mengangkat jempolnya.
"Kakak Viona lapar" ujarnya lagi yang membuat Viona menghela napas memelas.
"Gadis cantik Ainun" Ucap Viona dengan lembut, "disini gak ada makan nanti pulang baru makan yaa" sambungnya memberi pengertian pada ponakannya itu, lalu Viona minta izin pada kakak dan iparnya itu.
"Kak,, kak Lea, Viona pulang duluan yaa, soalnya Ainun lapar" ucapnya yang diangguki pengantin baru itu.
"Hati-hati ya dek" ucap Rifal pada adiknya itu yang respon hanya anggukan dan senyum
Viona pulang menggunakan taksi dengan ponakannya Ainun.
Dalam perjalanan pulang, Ainun tiba-tiba tertidur dipangkuan Viona. Viona memperbaiki posisi ponakannya itu agar ia nyaman untuk tidur.
10 menit kemudian Viona dan Ainun sampai rumah dengan menggendong Ainun membawanya dalam kamar Yesi.
Setelah merebahkan badan Ainun, ia kembali ke kamarnya untuk istrahat sebelum resepsi terima undangan Rifal kakaknya diadakan.
"Alhamdulillah akhirnya aku bisa istrahat" lirih Viona sambil merebahkan badannya diatas tempat tidur empuknya.
Viona baru saja memejamkan mata, tiba-tiba telinganya menangkap suara tangis anak kecil.
"Haaa, Ainun" Ucap Viona dan bangkit dari tempat tidur lari menuju kamar Yesi.
"Kakak Viona, ibu mana?" Tanya Ainun setelah menyadari sejak tadi dia bersama Viona.
"Tadi ibu Ainun di mesjid sayang" jawab Viona.
"Mau ibu" ujarnya lagi dengan sesegukan.
"Waduh, ini kak Yesi suka bangat repotin aku" gumamnya sambil berpikir.
Viona mulai bingung antar kembali di mesjid atau tetap dirumah namun ponakannya itu terus menanyakan ibunya.
"Apa kembali saja di mesjid yaa" Viona masih menimbang-nimbang, "kesana saja deh" Ucap Viona lagi lalu meraih tas kecilnya yang berisi ponsel.
"Ayo sayang, kita ke mesjid" Ajak Viona.
Anak cantik Ainun hanya mengangguk sambil memegangi jari Viona dan jalan beriringan menuju pintu utama rumah sambil menunggu taksi online mereka datang.
5 menit kemudian taksi online pun sampai, Viona bersama Ainun masuk dalam mobil tersebut dan membawa mereka sampai mesjid yang mereka tuju.
Viona turun dan kali ini menggendong ponakannya itu agar cepat sampai dalam mesjid, secara diluar begitu panas dan menyengat mampu membuat kepala nyut-nyutan jika berlama-lama.
Sedangkan keluarga Viona sementara dalam perjalanan balik rumah untuk istrahat sekaligus untuk mempersiapkan resepsi nanti malam.
Alhasil Viona sampai mesjid dimana tempat dilakukan akad nikah dan keluarga Viona sampai rumah.
"Sayang kok di mesjid sudah tidak ada orang" Ujar Viona sambil celingak-celinguk mencari keluarganya.
"Bibi, apa ibu dan nenek sudah pulang?" Tanya Ainun itu sambil mendongakkan kepala melihat bibinya.
"Mungkin,.. kita duduk aja dulu sambil nunggu taksi yaa" ucap Viona lagi sama ponakannya sambil duduk di teras mesjid.
Viona berbagi cerita dengan ponakannya hanya untuk menghilangkan jenuh.
"Cantik, kalau bibi Viona tidak tinggal dirumah lagi, apa Ainun cari bibi Viona?" Tanya Viona
"Bibi memang mau kemana?" Tanya Ainun.
"Tidak kemana-mana kok, bibi hanya tanya aja" Jawab Viona dengan lembut pada ponakannya.
"Gimana kalau kita duduk didepan, supaya pas taksi datang kita tinggal masuk dalam mobil" Ujar Viona lagi sembari senyum pada ponakannya.
Si kecil Ainun hanya mengangguk dan mengikuti apa yang diucapkan Viona. Viona menggiring ponakannya itu menuju pelataran mesjid yang dekat dengan jalan raya.
"Bibi pulang" Rengek Ainun yang sudah tidak betah.
"Sabar yaa" Ucap Viona sambil mengusap kepala ponakannya.
Sedang duduk menunggu taksi, tiba-tiba datang seorang laki-laki menggunakan motor dan berhenti tepat didepan Viona dan Ainun.
"Bibi apa dia penjahat?" Tanya Ainun dan Viona dengan cepat menempelkan jari telunjuknya di bibir Ainun.
"Bibi aja yang tanya" bisiknya pada Ainun lalu ia berdiri.
"Maaf pak, apa bapak ada yang mau tanyakan?" Tanya Viona yang membuat orang tersebut jengah.
"Sudah dibilang penjahat dan sekarang dipanggil pak" batinnya.
"Apa disini tidak melihat paper bag?" Tanya orang tersebut.
"Tidak pak, masuk aja pak mungkin didalam" Jawab Viona lagi dan laki-laki itu langsung mengangkat tangannya tanda ia tidak bisa.
"Saya tidak bisa" Jawabnya yang membuat Viona mengerutkan keningnya bingung. Ia baru kali ini mendengar orang disuruh masuk mesjid menolak.
Laki-laki tersebut langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.
📞"Halo kak Marcel, paper bagnya gak ada.. oke kak" ucapnya dalam telepon itu dan pamit pada Viona dan Ainun.
"Terima kasih mbak dan gadis cantik saya pergi dulu" pamitnya lalu memutar motornya menuju jalan raya.
Viona mendengar ucapan laki-laki tadi hanya membulatkan mata yang membuat Ainun ketawa.
"Hihihi" suara tawa Ainun sambil menutup mulut.
"Gak boleh tertawa.. nah taksinya sudah datang" ucap Viona sambil menunjuk taksi yang sudah berhenti tidak jauh dari mereka berdua.
Viona dan Ainun sekarang sudah dalam mobil menuju dirumah.
"Kak paper bag tadi gak ada di mesjid" ucap Marcelea memberitahu suaminya.
"Sudah dicari?" Tanya Rifal.
"Sudah kak. Aku suruh adik sepupu aku yang cari, tapi katanya gak ada" jelas Marcelea lagi.
"Nanti beli yang baru kalau gitu... Yang hilang ikhlaskan" Ucap Rifal lagi yang diangguki oleh Marcelea.
Marcelea memeluk suaminya "Makasih ya kak" Ucapnya dengan tulus dalam pelukan suaminya itu dan Rifal langsung mengusap punggung istri sambil berkata.
"Sama-sama, sudah sepantasnya suami mengingatkan istrinya" Ucap sembari senyum.
"Iya kak" Jawab Marcelea.
"Opsss" Ucap Yesi yang tidak sengaja melihat pengantin baru yang masih berpelukan lalu spontan ia menutup kembali pintu kamar sambil mengomel diluar kamar.
"Dasar pengantin baru, apa gak bisa peluk-pelukannya nanti saja" Kesal Yesi.
Rifal mendengar ocehan kakaknya itu langsung jalan menghampiri pintu kamar dan membukanya kembali lalu bersuara.
"Makanya panggil ayah Ainun pulang, jangan hanya urus negara, anak dan istri butuh perhatian juga" ucapnya dengan sedikit lantang.
"Heee.. suamiku tugasnya mulia. Dafa memastikan negara aman supaya istri dan anaknya aman tentram dan damai disini" jawab Yesi tidak mau kalah.
"Tapi rindu kan kak?" Tanya Rifal lagi sambil cekikikan berhasil menggoda kakaknya itu.
"Rindu itu lumrah pagi pasang suami istri" Jawabnya lagi tidak mau kalah dari sang adik.
"Iya.. iya kak, Rifal ngalah aja" Jawab Rifal.
Marcelea menghampiri suaminya yang berada di ambang pintu itu.
"Jangan seperti itu" larangnya.
Rifal menghadap ke istrinya itu lalu, "panggil abang".
Yesi mendengar itu langsung pergi meninggalkan kamar sang adik yang baru saja ganti status.
Rifal dan Marcelea pun istrahat sejenak sebelum tukang rias datang untuk resepsi nanti malam.
Flashback
Marcelea ini melakukan resepsi di keluarga Rifal suaminya bukan dikeluarkannya karena dia seorang mualaf berserta kedua orang tuanya dan memilih pindah kota demi menjaga agama mereka. Meskipun keluarga besar mereka menerima keputusan keluarga Marcelea, namun orang tuanya tetap kekeh pindah untuk belajar lebih banyak tentang islam karena tempat tinggal mereka sebelumnya mayoritas Kristen dan selain itu rumah mereka jauh dengan mesjid.
Kepindahan orang tua Marcelea ini lah sehingga tidak bisa menghadiri akad nikahnya, tapi itu tidak membuat Marcelea sedih karena ibunya berjanji akan datang dalam waktu dekat.
Keluarga Marcelea termasuk keluarga terpandang di kota mereka, sehingga sangat mudah untuk pindah kota bagi mereka. Beruntungnya Marcelea mengenal sepupunya karena sering berkunjung dirumahnya dulu dan bahkan mereka sering bermain bersama karena umur mereka bertaut tidak begitu jauh sehingga tidak begitu sulit untuk mereka saling akrab.
Flashback off
Viona baru sampai rumah dengan menggendong ponakannya yang tertidur terdengar jelas deru napasnya yang teratur.
"Assalamualaikum mam, kakak buka pintunya" Teriak Viona pelan dibalik pintu itu agar ponakannya tidak terbangun akibat suaranya.
Dengan cepat ibu Heti, menghampiri pintu dan membukanya sembari menjawab salam.
"Wa'alaikumussalam.. Ainun tidurnya pulas bangat.. sudah cocok" Ucapan ibu Heti, bermaksud memuji tapi karena Viona kecapean ditambah lama menunggu di teras mesjid dan sekarang menggendong ponakannya itu karena ia ketiduran, rasa capek Viona sangat dobel hari ini.
Viona tanpa menjawab gurauan ibunya itu langsung jalan menuju kamar Yesi. Setiba disana tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu langsung masuk merebahkan ponakannya dengan pelan.
"Aahaa" membuang napas sambil menutup ponakannya dengan selimut sebatas dada.
Siang hari yang begitu panas membuat seisi rumah tidak berdaya untuk terus menunggu waktu resepsi selain istrahat sejenak sambil merebahkan badan untuk melepas lelah.
Viona pun tidak kalah lelahnya, ia pulang balik mesjid dengan ponakannya.
Viona saat ini lagi selonjoran diatas tempat tidur sambil bersenandung ria dengan jari-jarinya yang terus mengantarnya untuk berkunjung ke medsosnya.
"Semua gambar di Instagram story menikah" gumam Viona dan kembali membuka Facebook, "ini lagi, teman angkatan sudah nikah juga" sambungnya lagi.
Viona mulai bosan, ia menyingkirkan ponselnya dan berpindah tempat, tepat diatas meja samping tempat tidurnya.
Viona mulai memejamkan mata, ia baru kali ini tidur siang agar saat resepsi kakaknya Rifal terlihat segar.
Waktu begitu cepat berlalu, sekarang tukang rias sudah datang untuk make over Marcelea. Tukang rias langsung ke ruang yang sudah di arahkan oleh keluarga yang tidak lain adalah Yesi.
Pukul 6 sore, semua sudah siap. Karena jam 7 malam tamu undangan akan mulai berdatangan dan tempat resepsi sedikit jauh dengan rumah, maka mereka memutuskan untuk berangkat pas jam 6.
Semua sudah masuk mobil, tiba-tiba ibu Heti merasa ada yang kurang dalam mobil
"Viona" gumamnya.
"Kenapa mam?" Tanya Yesi.
"Viona masih didalam" Ucapnya sambil jalan dengan buru-buru masuk dalam rumah dan menuju kamar Viona.
"Viona, sudah siap belum.. mama udah mau jalan ni!!" Ucapnya sedikit teriak sambil mengetuk pintu.
Tampak tidak terusik sekalipun, ia malah merubah posisinya dengan menghadap membelakangi pintu kamar.
"Viona, banguuuunnn" Ucap ibu Heti sambil memainkan handel pintu agar Viona bisa dengar.
Viona pun bangun dengan mata yang ia coba untuk membukanya selebar mungkin tapi namanya dikuasai rasa kantuk itu hanya sia-sia. Ia jalan dengan sesekali membuka mata sampai depan pintu langsung membuka pintu dan bertanya pada ibunya.
"Mam, ada apa?, Viona masih ngantuk nih" Ujarnya sambil bersandar di kusen pintu kamar.
"Ini udah mau malam Viona, siap-siap ke resepsi Rifal" perintah ibu Heti lalu ia pergi.
Viona menangkap ucapan ibunya itu, "Haaa.. resepsi.. oohhh iya hari ini kan pernikahan kak Rifal" Ucapnya sambil menepuk jidat.
Rasa kantuk Viona seketika hilang, dengan cepat mencari handuk dan mandi. Biasanya ritual mandi Viona begitu lama tapi kali ini ia mandi dengan gerakan cepat, tidak ada kata luluran ataupun rendaman di bat hub. Kali ini ia menggunakan gerakan lima menit sudah selesai mandi.
Dengan buru-buru Viona memakai baju pesta dengan warna ya yang sama dengan keluarga. Baju mereka warnanya senada dengan keluarga Marcelea.
"Alhamdulillah, rambut oke.. terus heels juga, oke saatnya jalan" Ujar Viona lalu ia keluar menuju dimana keluarganya sudah menunggu diruang tengah.
Dengan gaya gemulainya Viona jalan menuju dimana keluarganya menunggu.
"Assalamualaikum semuanya, apa aku sudah cantik seperti kak Marcelea?" Tanya Viona sambil melihat keluarganya satu persatu minta pendapat.
"Mungkin dari mama tercinta, saya persilahkan" Ujar Viona lagi sembari senyum.
Tapi bukan mendapatkan seperti yang ia ucapkan dari mamanya melainkan dijewer.
"Aoww mam.. sakit" Ujar Viona pura-pura mengusap telinganya.
Ibu Heti melepaskan tangannya ditelinga putrinya itu, "makanya, kami sudah menunggu lama, datang-datang minta pendapat. Tau gak kami ini sudah dalam mobil hanya kembali masuk rumah gara-gara kamu belum siap-siap. Bukan pengantin yang ditunggu melainkan kamu".
"Ya elah mam, gitu aja udah marah-marah, telinga saya hampir putus.. ingat lho mam cucu baru satu" Ujar Viona lagi lalu ia lari meninggalkan keluarganya menuju mobil.
"Aku duluan yaa" teriak Viona dari halaman rumah. Viona sengaja duluan agar ibunya tidak mengomel lebih lama lagi.
"Ayo sayang" Ajak ibu Heti pada Marcelea.
Mereka ke hotel tempat resepsi menggunakan 3 mobil, satu mobil untuk pengantin baru dan dua mobilnya untuk keluarga besar dua belah pihak.
Dalam mobil Viona tidak tinggal diam, ia bersenandung ria yang membuat ibunya kembali bersuara.
"Viona coba jangan menyanyi suara kamu lebih bagus kalau diam" ujarnya yang membuat Yesi langsung menutup mulutnya menahan tawa sedangkan Ainun malah ketawa sambil meledek bibinya itu.
"Hahaha.. bibi Viona jelek suaranya ya nek?" Tanya Ainun pada neneknya namun matanya ke arah Viona yang lagi drive.
"Huu..mmm, sayang. Jangan seperti tante Viona yaa" ibu Heti mengingatkan cucunya, tapi tidak sadar menjatuhkan anaknya sendiri.
"Ya elah mam, jangan gitu dong, seperti aku gak ada bagus-bagusnya menyanyi padahal dulu aku sudah belajar menyanyi masih dalam buaian" Jawabnya asal yang membuat ibu heti memukul kepala Viona menggunakan dompet pestanya.
"Aaoww mam" ujar Viona lagi.
"Makanya, lihat tu jalan.. nanti kita kenapa-napa" ibu Heti mengingatkan anak bungsunya itu yang direspon dengan anggukan.
20 menit kemudian sampai di gedung yang diadakan resepsi kakaknya itu. Rifal yang sudah sampai duluan yang sudah ditunggu oleh keluarga Marcelea.
Marcelea dikagetkan dengan kedua orang tuanya yang katanya tidak datang tapi ternyata dalam waktu dekat yang dimaksud kedua orang tuanya adalah malam resepsi.
Marcelea terharu dan rasa syukur ia terus panjatkan dalam hati sambil jalan menuju tempat untuk menerima undangan.
Rifal dan Marcelea menerima tamu undangan yang begitu ramai berdatangan. Rifal dan Marcelea sesekali duduk kalau tidak ada waktu luang sedikit.
"Kenapa Lea?" Tanya Rifal melihat istrinya itu yang memijat betisnya sendiri.
"Capek bang, betis aku sakit" adunya pada suaminya.
"Istrahat saja kalau gitu, Abang saja yang berdiri"
"Ehh.. jangan bang, gak enak sama tamu" jawab Marcelea dengan cepat yang dibalas oleh Rifal seulas senyum hangat untuk istrinya.
Waktu begitu lambat rasanya berputar, sedangkan Rifal dan Marcelea masih menerima tamu yang terus berdatangan tidak ada henti-hentinya.
Viona sudah mulai menguap, matanya sudah tidak mampu ia kondisikan lagi seakan ingin terpejam dan kelopak mata seakan mau menutupi bola mata pemiliknya itu.
Viona lagi-lagi menguap dan menoleh kesamping melihat ponakannya yang terus makan tanpa henti.
"Ya Allah sayang, sudah makannya" larang Viona. Ia takut jika Ainun akan merepotkannya seperti tadi siang.
Ainun berhenti makan setelah mendengar ucapan bibinya.
"Bibi, mama mana?" Tanya Ainun.
"Sssttt" Viona menempelkan jarinya dibibir lalu ia lanjut, "kakak Viona" sambungnya mengingatkan.
Sedangkan dari jauh ada tamu yang datang sendiri, sebelum duduk ia langsung menghampiri pengantin dulu.
"Selamat kak Marcel dan suami, bahagia ya" Ucapnya dengan senyum.
Marcelea menjawab sembari celingak-celinguk mencari seseorang.
"Makasih yaa.. Tante dan om mana, gak datang?" Tanya Marcelea.
"Mami dan papi menetap di Korea sekarang, katanya hanya sekali-kali kesini" jawabnya lagi.
"Ohh.. bang ini sepupu Lea namanya Alex" ucap Marcelea dan Alex pun senyum kepada Rifal begitupun sebaliknya.
"Kak Marcel tamu sudah ngantri, bahagia selalu ya kak" Ucap Alex Ray Farendra Manullang itu lalu ia pergi menuju kursi yang sudah tersedia untuk tamu undangan.
Baru duduk ia sudah dicuri perhatiannya oleh anak kecil yang ia pernah lihat di mesjid tadi siang.
"Kakak Viona, mau ke toilet" ucap Ainun.
"Sayang, panggil mama aja yaa" bujuk Viona.
Saat ini Viona malas untuk melangkah ke toilet sekalipun.
"Mama lagi cerita" ujar Ainun lagi.
"Sayang...." Ucap Viona terhenti setelah melihat didepan mereka ada laki-laki yang memperhatikan mereka berdua saat ini.
"Ada apa ya pak?" Tanya Viona.
"Kasian anaknya mau ke toilet, kenapa gak diantar?" Tanya Alex tersebut sambil menaikkan alisnya itu tanpa senyum sedikit pun diwajahnya.
"What... Anak?.. katarak matanya ini orang" batin Viona.
Viona bangkit dari duduknya sambil menghela napas seperti tertahan, lalu mengulurkan tangannya tanpa malu sedikit pun.
"Perkenalkan nama saya Ghaidah Viona Syafiyah dipanggil Viona dan ini ponakan saya namanya Ainun Bahirah" Ucap Viona.
Laki-laki yang ada didepannya itu hanya senyum lalu menyambut tangan Viona.
"Aku Ray" jawabnya singkat, "aku kira tadi anaknya" sambungnya lagi sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah.
"Gak masalah, santai aja" ucap Viona tidak mempermasalahkan ucapan Ray.
"Maaf ya" ucapnya merasa bersalah.
"Santai aja" Ucap Viona lagi sambil mengibaskan tangannya didepan tanda ia tidak permasalahkan hal tadi.
"Terima kasih, kalau gitu aku kembali ke kursi" pamitnya dan kembali duduk.
Sedangkan Viona dan Ainun lanjut jalan ke toilet karena Ainun sudah kebelet, akhirnya mereka sedikit lari agar cepat sampai.
5 menit kemudian mereka kembali dan Ray sudah duduk di salah satu kursi dimeja Viona dan Ainun.
"Lho.." Ucap Viona kaget sambil menunjuk Ray.
"Ohh aku sengaja duduk disini. Aku disini sendiri gak ada yang aku kenal, jadi bisa gak aku gabung sama kalian?" Tanya Ray dengan hati-hati dan Viona mulai berpikir untuk mengizinkan orang yang baru ia kenal.
Ray menyadari itu, langsung mengurungkan niatnya, "maaf kalau gak bisa, aku kembali saja"
"Eehh.. gak masalah kok, silahkan duduk. Kebetulan aku disini hanya berdua dengan Ainun.. iya kan sayang?" Tanya Viona pada ponakannya itu yang diangguki cepat oleh anak kecil itu.
"Berapa bersaudara kok sudah punya ponakan?" Tanya Ray ingin tau.
"Tiga, aku bungsu. Satu laki-laki dan dua perempuan" jawab Viona lagi, "Kamu?" Sambung Viona mencoba akrab.
"Sendiri" Jawabnya singkat.
"Sunyi dong om?" Timpal Ainun.
"Iya sayang, gak apa-apa kan aku panggil ponakan mu dengan panggilan sayang?" Tanya Ray lagi.
Viona mengangguk pelan, "iya gak apa-apa".
Viona, Ainun dan Ray duduk bertiga sambil cerita sedangkan para tamu undangan sudah mulai berkurang.
Ainun mulai mengantuk, "kakak, Ainun ngantuk" ujarnya sambil mengucek matanya.
"Aduh, gimana nih.. mana mama dan kak Yesi masih sibuk" gumam Viona kebingungan.
Ray menawarkan dirinya, "aku antar, kasian Ainun sudah mengantuk".
Viona berpikir sejenak, sebenarnya tidak enak mau diantar orang yang baru dikenal tapi melihat ponakannya ia kasihan dan jalan satu-satunya harus pulang sekarang.
"Gimana?" Tanya Ray lagi setelah melihat Viona diam.
"Iya" Jawab Viona lalu menggendong Ainun itu menuju parkiran.
Viona pulang tanpa pamit sama keluarga, Rifal melihat adik dan ponakannya itu keluar dari gedung hanya menatapnya tak mampu untuk menghalangi ataupun memanggil.
Marcelea menyadari sorotan mata suaminya itu, "Viona sepertinya pulang bang, Ainun ketiduran tuh" Ucap Marcelea.
"Kak, aku pulang dulu yaa" pamit Ray yang biasa dipanggil Alex oleh Marcelea.
"Cepatnya dek?" Tanya Marcelea.
"Udah ngantuk kak" kilahnya lalu ia pergi.
Rifal yang melihat itu hanya mengerutkan keningnya dan dihatinya berbisik, lupa beri salam" batinnya.
Semua kembali seperti semula, dimana pengantin baru menerima tamu undangan sedangkan kedua keluarga mempelai wanita dan laki-laki ada disitu juga.
Ray mengantar Viona dan Ainun pulang rumah, karena ia biasa dengar kalau bawa anak kecil harus bawa mobil dengan pelan dan hati-hati.
Viona tidak protes. Ia berusaha menikmati suasana jalan kota dimalam hari. Suasana yang baginya sangat ia rindukan waktu masa kuliah pulang malam hanya untuk kerja tugas kampus dengan teman-temannya. Namun, lama kelamaan mata Viona bukan menikmatinya malah mengantuk. Berkali-kali ia menguap dan dengan cepat menutup mulutnya.
"Ya Allah ngantuk bangat" batin Viona.
Ray berdehem lalu ia bertanya karena sudah bingung dengan simpang empat jalan di depannya.
"Belok atau lurus?"
"Lurus, kalau mentok langsung belok lagi" Jelas Viona yang tidak menoleh kearah Ray.
"Haaaa" Hanya itu suara yang keluar dari bibir Ray. Bingung, itu yang ia rasa saat ini. Meskipun demikian, ia tetap mengarahkan mobilnya ke jalan seperti Viona jelaskan.
"Ini udah mentok?" Tanya Ray lagi yang tidak dijawab sama sekali.
"Viona, udah mentok" ulang Ray sedikit meninggi.
Suara Ray kali ini baru Viona dengar karena ia sempat ketiduran dalam mobil.
"Udah sampai, maaf ya" Ucap Viona tidak enak pada Ray.
"Udah nyampe rumah kamu?" Tanya Ray bingung. Karena jujur Ray tidak percaya dengan ucapan Viona dengan melihat samping kiri kanan itu hanya sebuah rumah kumuh dan entah berpenghuni atau tidak.
Viona menganggukkan kepala lalu iya mencoba buka pintu mobil, ia sedikit susah meraihnya karena memapah Ainun yang ketiduran.
"Aku bantu" Ujar Ray lalu keluar dari mobil dengan cepat dan membukakan pintu untuk Viona.
Viona keluar dengan gendongan Ainun yang sudah tidur sejak tadi.
"Terima kasih ya. Maaf sudah merepotkan" Ucap Viona dengan sopan dan sesekali memperbaiki posisi gendongan ponakannya itu.
"Iya sama-sama" Jawab Ray lalu ia kembali masuk dalam mobil.
Ray kembali menyusuri jalan kota untuk pulang. Dalam perjalanan pulang Ray hanya fokus nyetir dengan harapan cepat sampai rumah dan istrahat. Tapi harapan itu terpatahkan ketika beberapa menit masuk pesan dan kemudian panggilan masuk lagi diteleponnya dengan orang yang sama.
"Ngapain sih ini anak di club, kayak gak ada tempat lain" Kesal Ray kepada sahabatnya Alan.
📞"Sudah dimana Ray?" Tanya seseorang diseberang telepon.
📞 "Didepan" Jawab Ray singkat lalu ia keluar dari mobil dan masuk dalam club malam tersebut.
Ray masuk dan menghampiri seseorang yang tidak jauh dari mini bar. Ray menepuk pundak orang tersebut dan duduk.
"Suka tempat ini?" Tanya Ray.
"Sedikit" Jawabnya singkat.
"Lan kita pulang, saya tidak terlalu suka suara bising seperti ini" Ajak Ray.
Musik di ruangan itu mengundang orang untuk ikut joget, termasuk teman Ray.
"Alan" panggil Ray lagi.
Alan merupakan sahabat satu-satunya Ray sejak kuliah sampai saat ini, mereka jarang bertemu karena Alan sibuk dengan perkejaannya. Namun mereka selalu menyempatkan diri untuk sekedar ngopi bersama. tapi kalau malas kerja maka dimanapun ia akan mengikuti Ray kemanapun pergi.
"Ray joget dulu" ajak Alan.
"Mabuk? Bukan dalam agamamu dilarang" Ujar Ray lagi.
"Ray, sudah ceramahnya seperti kamu paham aja agama aku" ujar Alan dan Ray hanya geleng kepala heran pada sahabatnya itu.
Alan sekarang sudah joget bersama perempuan malam disitu, Alan dibawah pengaruh alkohol tidak mengenal kata lelah untuk berjoget.
Ray yang sudah tidak tahan lagi suara bising club malam itu ditambah perempuan yang terus datang menghampirinya hanya sekedar kenalan bahkan sampai mengajaknya sebagai penghibur satu malam mereka.
"Sendirian saja, temanin aku" Ucapnya dengan menyodorkan seloki wiski.
Ray dengan cepat mengatupkan kedua tangannya di dada sambil minta maaf. Perempuan itu terus menyodorkan wiski tersebut.
"Jangan munafik mas, disini semua suka minuman di tanganku" Ujarnya lagi, lalu ia tertawa, sekilas Ray melihat senyum perempuan itu dibawah sinar lampu.
"Jadilah mas penghibur ku malam ini" Ajaknya lagi yang membuat Ray cepat berdiri dan menarik tangan Alan yang sedang joget dengan wanita-wanita penghibur lainnya.
"Alan, kita pulang sekarang" Ujar Ray dengan tegas lalu menarik paksa Alan membawanya di mobil. Sampai mobil seketika Alan muntah mengeluarkan semua alkohol yang ia minum sebelum Ray datang.
Ray memijit punggungnya dengan mengarahkan pandangannya ditempat lain.
"Sudah muntahnya?" Tanya Ray lagi dengan pandangan di tempat lain. Jujur saja Ray tidak sanggup melihat muntah, kalau bukan temannya yang mabuk dan muntah sudah lama ia tendang jauh-jauh
"Iya" jawab Alan dengan memejamkan mata, kepalanya pusing dan pandangannya seakan terbagi dua.
"Ayo masuk mobil. Untung muntah diluar kalau dalam mobil, ku pastikan kau besok pagi cuci mobil sebelum pulang. Malam ini bermalam di rumahku saja" Ajak Ray lagi dengan kesal lalu memapah Alan membantunya masuk dalam mobil.
20 menit kemudian mobil Ray sudah parkir halaman rumah dan tidak lupa membangunkan Alan yang tidur dalam mobilnya.
"Alan. Sudah sampai, masuk gih dalam rumah, mandi baru tidur tapi awas kamu muntah lagi" Ancam Ray lalu ia meninggalkan Alan yang masih dalam mobil.
Sedangkan disisi lain di resepsi pernikahan Rifal dan Marcelea baru selesai, dan sekarang menuju kamar mereka untuk istrahat yang berada di hotel tempat dimana menyelenggarakan resepsi.
Rifal dan Marcelea ke kamar sedang kedua keluarga pengantin baru ini balik ke rumah masing-masing.
Yesi baru sadar ternyata Ainun tidak ada, saking asyiknya dengan teman-temannya lupa dengan anaknya. Ia panik.
"Ma.. gimana nih Ainun gak ada?" Tanya Yesi panik dan takut jika suaminya tiba-tiba menelfon dan menanyakan anaknya.
"Tenang dulu, siapa tau bersama Viona. Viona kan gak sama kita"
"Iya mam, mudah-mudahan Ainun bersama Viona" Yesi mencoba tenang dan tidak sabar ingin sampai rumah.
Mobil yang dibawa Yesi terus bergulir dijalan kota sekitar pukul 11 malam, mereka berdua termasuk berani lewat tengah malam yang mulai sunyi dan biasanya begal jam segitu sudah mulai beraksi.
10 menit kemudian mobil sudah sampai rumah, lampu rumah sudah menyala tanda ada orang didalamnya.
Ibu Heti keluar mobil, "tuh kan Viona dan Ainun sudah dirumah" ujar ibu Heti.
"Iya mam, tapi jam berapa mereka pulang, kok aku gak tau" ucap Yesi sambil mengingat-ingat apa putrinya itu pamit sebelum pulang.
"Yesi, masukkan mobil di garasi. Udah malam ini!" Ibu Heti menyuruh anaknya sedang dia udah sampai depan pintu sambil mengetuk pintu lalu ia beri salam.
Viona yang tidur diatas sofa ruang tamu dengan Ainun. Begitu tenang dan nyenyak sehingga ibu Heti berkali-kali mengetuk pintu tidak terusik.
"Ini anak dua tidurnya tidur mati, mama seakan mau patah dengan jari ketok pintu gak bangun-bangun juga" ibu Heti sudah mengomel sendiri didepan menunggu untuk dibukakan pintu.
"Yesi panggil di jendela kamar Viona mam" ujar Yesi lalu mengarah ke jendela kamar Viona.
Beberapa kali mengetuk jendela sembari beri salam, tetap tidak ada respon dari yang punya kamar. Yesi kembali di pintu utama dimana disana ibunya berada.
"Coba aku intip di jendela ini mam" Ujar Yesi lagi dan untungnya gorden diruang tamu sedikit tersingkap sehingga mampu melihat orang yang berada diruangan tamu.
"Astaghfirullah, pantas mam" Ucap Yesi sambil geleng kepala heran.
"Kenapa?" Tanya ibu Heti dan ikut mengintip lewat jendela.
"Benar-benar Viona ini" ucap ibu Heti lagi.
Ibu heti kembali mengetuk pintu sedangkan Yesi memanggil Viona lewat jendela .
"Siapa yang ganggu tidur ku" gumam Viona sambil mengembalikan kesadarannya.
"Lho.. Ainun" suara kaget Viona melihat ponakannya yang tidur diatas sofa depannya, "Oh iya" sambungnya setelah mengingat kembali saat pulang berdua dengan ponakannya itu.
Flashback
Viona turun dari mobil Ray dengan gendongan ponakannya itu lalu kembali menyusuri jalan yang sudah tidak jauh dengan rumahnya.
Ainun tidak terusik sekalipun dalam gendongan bibinya, sedangkan Viona sudah mulai lelah berjalan kaki ditambah badan Ainun berat terasa mau patah lengannya.
"Semangat Viona, sedikit lagi sampai rumah" gumamnya menyemangati diri sendiri.
Viona baru saja membuka pintu, Ainun terbangun dari tidurnya yang masih dalam gendongan Viona.
"Bibi" panggil Ainun.
"Iya sayang, kita istrahat aja dulu disini yaa, bibi Viona capek" ucap Viona sambil menurunkan Ainun dari gendongannya dan mendudukkan ponakannya itu tepat sofa panjang didepannya.
"Bibi istrahat sejenak, Ainun duduk aja disitu.. ingat duduk disitu, jangan kemana-mana" ucap Viona lalu ia merebahkan badannya diatas sofa dengan tujuan untuk meluruskan badannya yang pegal-pegal sampai ia ketiduran.
Ainun yang kembali ngantuk lantaran terlalu lama menunggu bibinya yang ketiduran itu,
"Bibi Viona bangun" ucap Ainun sambil menggoyangkan lengan Viona.
"Bibi" panggil Ainun lagi.
"Hmmmm" jawab Viona setengah sadar
"Ainun ngantuk" ujar Ainun lagi.
"Tidur sayang" Jawab Viona asal dan Ainun mengikuti arah jari telunjuk bibinya itu.
"Kok sofa, bukan dikamar" Ainun protes dan bingung tapi Ainun tetap nurut karena melihat bibinya sudah terlelap tidur.
Ainun kembali di kursinya dan tertidur disana seperti Viona bibinya.
Flashback off
Viona melihat kearah pintu lalu pindah ke jendela rumah tepat samping pintu.
"Ya Allah mama, kak Yesi" ucap Viona dengan cepat membuka pintu.
"Pulang gak bilang, aku tadi panik nyariin kalian berdua" ujar Yesi setelah masuk dalam rumah.
Ibu Heti dan Yesi tidak langsung masuk kamar masing-masing, mereka duduk diruang tamu istrahat sejenak.
Ibu Heti memijit betisnya yang sakit
"Kenapa mam?" Tanya Viona pura-pura tidak tau.
"Sakit, mama itu berdiri di muka pintu lama.. lagian kamu Viona, kenapa pulang gak bilang" timpal ibu Heti pada anaknya itu.
"Tu.. dia yang mau pulang bukan aku, meskipun aku juga udah ngantuk sih di resepsi kak Rifal tadi" Viona tidak mau disalahkan sepenuhnya sambil menunjuk Ainun yang masih tidur.
"Masa sih!!" Ujar Yesi tidak percaya, "Ainun itu gak biasa tidur cepat" sambungnya.
"Tapi nyatanya malam ini seperti itu. Masih ditempat resepsi sudah merengek mau tidur. Mana ibunya sibuk dengan teman-temannya, lupa waktu dan anak" ujar Viona lagi.
Yesi melembut, "Dek, kakak sebenarnya mau nyamperin kalian berdua tapi tiba-tiba langkah kakak itu terhenti.." ucapnya yang membuat ibu Heti dan Viona penasaran.
"Kenapa?" Tanya ibu Heti tidak sabar ingin tau alasan yesi berhenti.
"Iya kak, kenapa berhenti? Aku tau, pasti tiba-tiba malas kan?, ngerjain aku kan?.. orang lain ikut nimbrung dengan teman-temannya.. lah aku boro-boro mau cerita dengan teman-teman, Ainun kemana-mana nempel kayak aku maknya"
Viona mengeluarkan unek-uneknya karena hanya dia yang tidak menikmati resepsi tadi. Yesi kakaknya saja sampai lupa dengan anak saking senangnya bertemu dengan teman-temannya. Sementara Viona disibukkan oleh Ainun minta ini dan itu.
"Sudah-sudah mama pusing, gerah mau mandi lalu istrahat" ibu Heti stres mendengar kedua putrinya itu kalau sudah adu mulut.
Ibu Heti berdiri lalu mengingatkan kedua anaknya itu sambil menunjuk mereka berdua itu silih berganti.
"Kamu Yesi, kenapa harus Viona yang jaga Ainun? Dan kamu Viona, kan bisa bawa Ainun ke Yesi.. kalian dua ini benar-benar bikin sakit kepala" ujarnya sambil melangkah meninggalkan ruang tamu.
Yesi dan Viona hanya diam seribu bahasa mendengar kalimat yang keluar dari sang Mama tersebut.
"Dek, siapa laki-laki tadi?" Tanya Yesi.
Viona awalnya bingung dengan maksud pertanyaan kakaknya itu, "laki-laki.. laki-laki yang mana?"
"Hhmmm, kalian duduk bertiga itu!" Yesi mencoba mengingatkan adiknya lagi itu.
"Oh itu.. itu Ray" Jawab Viona yang diangguki oleh Yesi.
"Lumayan" Ucap Yesi.
"Urus Ainun kak, aku mau istrahat" Ucap Viona lalu ia menuju kamarnya meninggalkan Yesi dan Ainun yang masih di ruang tamu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!