Malam yang dijalani oleh Ray begitu tidak beruntung, ia kewalahan menangani Alan yang terus-menerus muntah sampai ia pun ikut muntah karena bau muntah yang begitu menyengat di hidungnya.
"Kenapa kamu minum, gak biasanya" Ray heran pada sahabatnya.
"Hehehe.. biasa patah hati jadinya gelap mata" Jawabnya dengan candaan yang membuat Ray pun ikut tertawa.
"Hahaha, bro patah hati sama siapa sih? Kenapa gak pernah cerita sama aku"
"Lupakan" jawab Alan sambil mengibaskan tangannya dengan lemah disisa tenaganya.
"Namanya siapa?" Ray masih mencoba mencari tau perempuan yang membuat sahabatnya itu patah hati sampai ia nekat masuk club malam.
"L..ee" Jawab Alan terhenti karena tertidur.
Ray pun mencoba merebahkan badannya disamping Alan yang sudah pindahkan diruang tengah.
"Sepertinya aku sudah tidak sanggup membawamu dikamar Lan, jadi supaya sama kita tidur aja diruang tengah" gumam Ray lalu ia mengambil bantal dan bad cover untuk menyelimuti Alan.
"Dasar, patah hati tapi merusak diri dengan minum sampai mabuk" Ucap Ray lagi dan membaringkan diri di sofa yang tidak jauh dari Alan.
🌺
Rifal dan Marcelea berada di hotel tempat dimana mereka menyelenggarakan resepsi, Marcelea sangat bahagia dinikahi oleh Rifal, ia tidak henti-henti mengucapkan syukur dalam hatinya.
"Lea, ini masih pagi lho" Ucap Rifal melihat Marcelea yang sudah duduk disampingnya dengan senyum yang tidak luntur disudut bibirnya.
"Terima kasih bang, sudah memilih Lea jadi teman hidup abang" ucap Marcelea.
Rifal yang awal ingin kembali tidur mendengar ucapan istrinya langsung bangkit dari tidurnya.
"Iya sama-sama, tidur lagi sebelum shalat subuh" Ujar Rifal lagi lalu kembali membaringkan badannya yang diikuti oleh Marcelea.
Marcelea belum bisa memejamkan mata, seperti matanya sedang terjaga.
"Abang ajarin Lea mengaji ya, belum fasih baca Alquran" Ujarnya.
"Iya, istriku Lea, ngantuk nih tidur lagi nanti aku bangunin" Jawab Rifal yang membuat Lea seketika wajahnya merah karena malu dengan pelan mengangguk kepala.
Marcelea sebelumnya punya pacar namun untuk panggilan selembut suaminya saat ini baru ia dengar dan rasakan. Mungkin dulu bisa dibilang cinta monyet karena mereka pacaran masih jenjang sekolah menengah pertama dan mereka pisah saat masuk menengah atas, saat itu Marcelea ikut orang tuanya yang tiba-tiba pindah karena permintaan nenek Marcelea. Namun, dengan laki-laki tersebut sempat bertemu dan sama-sama saat kuliah tapi tanpa ada kalimat ingin kembali hanya tingkah lakunya yang selalu memprioritaskan Marcelea.
Di mesjid sudah adzan tanda sudah masuk waktu shalat subuh, sebagai umat muslim maka mereka berbondong-bondong untuk ke mesjid terdekat.
Rifal dan Marcelea pun bangun untuk melakukan shalat subuh. Marcelea shalat sendiri di hotel dan Rifal shalat di masjid yang kebetulan hotel yang mereka tempati berhadapan dengan masjid.
Sedangkan Alan masih ngorok yang membuat Ray tidak bisa tidur semalaman dan berakhir Ray memutuskan untuk meninggalkan Alan tidur sendiri diruang tengah.
Ray mencuci muka dan menghampiri Alan yang masih tidur dengan kaki ia juntaikan diatas sofa yang berukuran sedang.
"Apa dia gak shalat" gumam Ray lalu ia goyangkan lengan Alan.
"Lan, gak shalat? Di mesjid udah bunyi tu" kali ini Ray berkata sedikit memekik agar Alan terbangun.
"Astaga, apa ada gempa?" Tanya Alan gelagapan.
"Iya gempa, apa Tuhan mu tidak akan marah kalau terlambat shalat?" Pertanyaan Ray itu membuat Alan jengah dan sadar akan kewajibannya seorang muslim.
"Terima kasih sudah mengingatkan aku" ucap Alan lalu ia menepuk bahu sahabatnya sembari senyum.
"Kamu memang sahabat terbaikku" Ucap Alan lagi lalu ia pamit pulang subuh itu juga.
"Ray, antar ke club itu untuk mengambil motor ku" Ujar Alan lagi.
Ray melihat sahabatnya itu dengan malas dan menunjuk kunci mobil yang digantung.
"Apa?" Tanya Alan yang tidak mengerti.
"Ambil kunci mobil Lan, apa gak lihat aku ngantuk nih. Cepat, sebelum rasa malas menguasai" Ucap Ray dengan mata terpejam.
"Ini" Ucap Alan melemparkan kunci kearah Ray.
Ray dengan memaksakan badan bangkit dari sofa dan menuju depan.
"Cepat sebelum pintu rumah aku kunci" Ucap Ray lagi.
"Sensi kayak orang datang bulan" Ucap Alan lalu keluar dari rumah Ray.
Orang lain berbondong-bondong ke mesjid sementara Ray dan Alan masih adu argumen. Orang yang lewat geleng kepala melihat mereka berdua.
"Masuk Alan, aku tidak mau orang salah paham" Ucap Ray lagi.
"Hahaha, maksud kamu dikira gay.. Astaghfirullah Ray, aku masih normal" Ucap Alan lalu masuk dalam mobil.
Ray mengantar Alan sampai depan club lalu kembali memutar mobilnya kembali di rumahnya.
"Dasar gila, aku kayak barang saja ditinggal begitu saja" umpat Alan melihat mobil Ray yang melaju pergi tanpa kata sedikit pun.
Alan mengambil motornya yang ia simpan di club malam. Lalu kembali membela jalan kota menuju rumahnya sebelum ke mesjid terdekat agar tidak ketinggalan shalat subuh berjamaah.
Alan sampai dan shalat subuh di mulai, "Alhamdulillah ya Allah aku tidak terlambat" gumam Alan dengan cepat mengambil saf.
Setelah selesai shalat dan terakhir jabatan tangan dengan orang yang disebelah masing-masing.
Alan seorang anak sekitar kompleks itu, maka ia tahu siapa yang sering shalat di masjid.
"Maaf warga baru disekitar ini?" Tanya Alan dengan ramah.
"Kebetulan aku nginap di hotel depan" jawabnya lagi.
"Ohh" Jawab Alan singkat sambil manggut-manggut, "namaku Alan, kamu?" Sambung Alan
"Rifal" Jawabnya yang singkat dari Rifal.
Mereka jalan beriringan sampai depan masjid tepat motor Alan parkir. Alan kembali mengendarai motor sedangkan Rifal melanjutkan jalan menuju hotel dimana ia menginap sambil menelfon adiknya. Karena ia tahu kalau Viona kecapean kadang terlambat bangun untung shalat.
📞"Assalamualaikum dek. Udah shalat?" Tanya Rifal sambil jalan menuju hotel dimana ia menginap.
📞"Haoommm.. wa'alaikumussalam kak, shalat subuh.. udah dong" Jawab Viona yang masih mode rebahnya.
📞"Dek, dosa kalau bohong" Ucap Rifal agar adiknya itu bisa jujur padanya.
📞 "Gak bohong kak, aku ketiduran di sajadah ni, gak tau mata ini selalu mengajak aku untuk selalu tidur" Jawab Viona pada kakaknya yang membuat Rifal tertawa.
📞"Hahaha.. oke oke.. kak matiin yaa...mau ajar iparmu mengaji... assalamualaikum" pamit Rifal dengan sedikit menggoda istrinya itu.
Rifal memberi salam sebelum masuk kamar dan disana Marcelea sudah menunggu dengan mukenah masih ia kenakan.
Marcelea yang duduk disamping suaminya.
"Ajarin ngaji" Ucapnya sembari senyum lebar dengan Al-Qur'an sudah ada ditangannya.
"Apa gak masalah belajar sekarang, soalnya aku ini bukan lagi anak kecil" ucapnya lagi dengan lembut.
"Muslim sejati, dia akan terus belajar dan terus belajar apalagi itu untuk mendekatkan diri dengan penciptanya. Jadi mulai sekarang jangan malu untuk belajar agama Allah" ucap Rifal yang membuat Marcelea tertegun.
Marcelea senang mendengar itu.
"Terima kasih bang" ucapnya sembari senyum. Lalu Rifal mengajar istrinya mengaji.
🌺
Viona membersihkan rumah yang berantakan karena akad dan resepsi kakaknya itu, makanya dalam rumah kotor dan barang berserakan dimana-mana.
"Mam, apa gak bisa nih yang potong rumput panggil tukang kebun saja" teriak Viona yang sudah membersihkan dihalaman rumah.
"Sayang untuk apa panggil tukang kebun, rumput dihalaman rumah aja masih bisa kamu kerja" Jawab ibu Heti diruang tengah tidak kalah sibuk dengan Viona.
Ibu Heti sedang membersihkan vas bunga kesayangannya sedangkan lantai rumah Viona sudah pel terlebih dahulu.
"Mama ada-ada aja buatkan aku pekerjaan rumah, itu lagi masa sudah pel lantai baru bersihkan vas bunganya" gumam Viona sambil mencabut rumput yang tinggi dihalaman rumah.
Viona untuk menghilangkan rasa jenuh dihatinya, ia memutuskan untuk menyanyi.
Viona menyanyi yang awalnya shalawat siapapun yang dengar akan ikut bershalawat bukan karena suara Viona bagus tapi untuk menutupi suara cemprengnya.
Ibu Heti yang berada di teras rumah pun ikut tersenyum lucu mendengar anaknya shalawat sambil mencabut rumput.
Viona sekarang kembali menyanyi dengan suara nyaring.
"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja, bila ayahku pergi ku dicaci dan dihina"
"Heee heee, Viona doain mama ya agar cepat mati" ibu Heti tidak terima mendengar lagu yang dilantunkan anaknya.
"Astaghfirullah Mam,. Mana ada sih Ma.. aku hanya sebatas nyanyi doang" Jawab Viona yang sudah berhenti mencabut rumput sembari menoleh kearah ibunya itu..
Helaan napas Viona begitu pelan sambil mendongak keatas melihat matahari yang begitu menyilaukan mata. Viona sadar kalau dirinya saat ini seperti matahari itu, namun bedanya ia tidak mampu menyinari orang-orang disekitarnya.
Setelah selesai kerja Viona masuk kamar untuk membersihkan badan. 10 menit kemudian sudah menyelesaikan ritual mandinya lalu ia siap-siap dengan berpakaian lebih rapi dari biasanya.
Viona keluar dari kamar sambil bersenandung ria menuju meja makan.
"Maa syaa Allah.. makanan enak nih" puji Viona sambil menghirup bau masakan itu dan tidak lupa ia menarik kursi untuk duduk.
"Makan duluan yaa" Ucap Viona lagi.
"Iya, silahkan" Viona menjawab ucapannya sendiri.
Viona makan dengan santai dan tidak lupa sekali-kali cek ponselnya. Ia makan dengan lahap.
"Kok duluan sih dek" ujar Yesi dengan membawa sambal dimeja makan.
"Buru-buru kak, doain ya kak mudah-mudahan aku diterima kerja" Ujarnya.
"Cari kerja dek? Semangat, doa terbaik untukmu" Ucap Yesi.
Yesi bahagia mendengar Viona cari kerja setelah 6 bulan wisuda baru sekarang ia berinisiatif cari kerja.
Viona menganggukkan kepala sembari senyum, "terima kasih kak, beri tahu mama ya aku pergi dulu, assalamualaikum" pamitnya setelah mengecek aplikasinya dimana taksi online sudah didepan rumah.
Dalam perjalanan Viona terus berdoa mudah-mudahan ia terima kerja oleh perusahaan yang ia tuju sekarang.
🌺
Ray sekarang fokus di bengkel yang ia baru bangun beberapa bulan, memang alat-alat bengkelnya tidak selengkap bengkel lain, karena masih terbilang baru.
Ray saat ini keluar hanya untuk sekedar menghirup udara segar diwaktu pagi menjelang siang ini. Dengan motor yang ia pakai membela jalan kota yang ramai penuh kendaraan.
Ray berhenti disebuah toko alat bangunan, ia tidak tau entah kenapa motornya mengarah di toko bangunan tersebut. Ray melihat bangunan tersebut yang begitu tinggi.
"Ngapain ya aku kesini?" Monolog Ray bertanya-tanya heran dalam hati.
"Masuk aja, siapa tau ada yang menarik untuk dibeli" gumamnya lalu ia turun dari motornya, saat itu bersamaan dengan Viona yang turun dari taksi online.
Viona tanpa menoleh kiri kanan langsung jalan melewati Ray, sedangkan Ray melihat Viona spontan memanggilnya.
"Viona" Panggil Ray dengan suara lantang agar Viona dengar.
Viona menoleh dan memastikan.
"Ray kan?" Tanya balik Viona
"Iya.. ketemu lagi" Ujar Ray yang dibalas seulas senyum oleh Viona itu, "mau cari kerja ya?" Tanya Ray lagi.
"Iya, doain ya semoga lulus" Ucap Viona lagi pada Ray. Entah kenapa Viona setiap yang tanya pasti minta didoakan.
"Iya, semoga Tuhan mengabulkan"
Jawaban Ray membuat Viona berpikir sejenak, "kok Tuhan bukan Allah" batin Viona dengan menggeleng pelan lalu ia membuang napas "aahhhaa"
"Kenapa?" Tanya Ray.
"Eehh.. gak kok" Ucap Viona dengan senyum paksa, "aku pergi dulu yaa, sampai jumpa" sambungnya sambil melambaikan tangan kepada Ray dan Ray pun membalasnya dengan lambaian.
Semua kembali ke aktivitas masing-masing. Dimana Ray saat ini keliling dalam toko bangunan tanpa tujuan tertentu sedangkan Viona sudah keluar dari tempat itu.
"Viona.. Viona.. bodoh bangat sih, kenapa gak baca semua syaratnya. Hmm" Gumam Viona menggerutui dirinya sendiri sambil jalan santai dibawah sinar matahari yang semakin lama menusuk kulit.
Viona jalan tanpa tujuan, tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti disampingnya, tanpa Viona lihat siapa orangnya ia langsung menggeserkan badannya kesamping jalan.
Ray yang melihat itu langsung memanggil namanya "Viona, aku Ray"
Viona menoleh dan sedikit mengangkat wajahnya, "ya ampun Ray, aku kira siapa.. belum pulang?" Tanya Viona hanya sekedar basa-basi.
"Baru mau pulang.. Kenapa murung, putus cinta yaa?" Tanya Ray lagi lebih berani.
"Emang mukaku kentara ya kalau aku lagi murung saat ini?. Masalah pekerjaan yang membuatku seperti ini" Ujar Viona sedikit curhat.
Entah kenapa Ray tiba-tiba terlintas dibenaknya menawarkan Viona untuk kerja di bengkelnya. Meskipun aneh, bengkel yang baru di bangun beberapa bulan lalu itu.
"Gimana kalau kamu..." Ucap Ray terpotong karena ada telepon dari ponsel Viona.
"Bentar ya" Ucap Viona lalu mengangkat telepon kakaknya itu.
📞 "Wa'alaikumussalam kak.. Ooh, oke kak.. sekarang?.. oke kak.. wa'alaikumussalam" percakapan Viona dan Rifal ditelepon.
"Maaf ya Ray, aku harus pulang, assalamualaikum" pamit Viona yang sudah di jemput oleh Yesi.
Ray melihat dari jauh masuk sebuah mobil yang menjemput Viona sedangkan Ray pun kembali melanjutkan perjalanan.
Ray balik ke rumahnya dan bersantai disana sambil menikmati suasana rumah yang tidak akan lama ia tinggalkan untuk sementara.
Berbeda dengan Viona, ia dalam mobil hanya diam sambil memikirkan nasibnya yang sampai saat ini belum kerja.
"Kenapa dek?" Tanya Yesi menyadari keadaan adiknya.
"Hidup ini memang berat ya kak?" Tanya Viona dengan arah mata menyusuri jalan kota.
"Yah begitulah Dek.. semangat, baru cari kerja sudah nyerah aja"
"Gak nyerah kak, hanya semua perusahaan yang buka lowongan itu butuh pengalaman, jadi aku itu bingung harus cari kerja dimana?"
"Sabar, pasti ada pekerjaan yang membutuhkanmu. Jadi sabar dan berusaha saja" Yesi menyemangati adiknya.
Yesi dan Viona kembali diam sampai rumah, tiba dirumah istrahat dan Viona memutuskan untuk tidur siang kali ini, ia merasa kepalanya sakit memikirkan soal pekerjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Aerik_chan
Duh teduhnya bang Rifal kayak ubin masjid
2023-12-01
0
꧁ঔৣ☬HanHan☬ঔৣ꧂
Sabar Vi, terus semangat ya, doa-nya jangan kendor, usahanya lebih giat 💪
2023-10-09
15
Sena judifa
semoga cpt dpt kerja y vio...muara cinta kita mampir
2023-09-24
1